Tiga

21K 1.3K 12
                                    

Matahari pagi sudah menembus celah-celah jendela yang tak tertutup tirai. Dengan tubuh yang segar sesudah mandi, Fay turun dari lantai kamarnya menuju ruang makan untuk mengambil sarapannya. Dan ia yakin, kalau semua orang pasti sudah berkumpul di ruangan itu.

Pintu ruang makan dibuka oleh pelayan yang telah ditugaskan untuk itu, Fay tersenyum sekilas, sembari memberi balasan atas kerjaan pelayan tadi. Ternyata benar, seluruh keluarganya sudah berkumpul di dalam sana. Ia sengaja memilih tempat duduk yang jauh dari jangkauan keluarganya, ia bersyukur dengan meja makan yang terlalu panjang, mungkin persiapan untuk 50 orang.

Ia melirik ke arah keluarganya.. kakeknya sudah menatapnya tidak senang, karena ia lebih memilih menjauh dari mereka.

"Fay, sebentar lagi Clara bangun, Kakek tidak memiliki jawaban yang bagus untuk menjawab pertanyaannya, kenapa Mommy-nya makan terlalu jauh," Kata Reynard, masih menatap cucunya dengan tidak senang. "Apa Kakek harus bercerita tentang Ibunya yang tidak menyukai keluarga ini?" sambungnya, ketika Fay seperti tidak peduli.

Fay mendengus kesal, lalu mengangkat pantatnya dari kursinya, dan pindah ke kursi di sebelah kakeknya yang memang kosong.

Reynard tersenyum. "Kau terlihat sangat manis jika menurut." Fay menatap kakeknya sekilas, lalu mulai mengisi piringnya yang kosong dengan beberapa makanan. Seorang pelayan mulai menumpahkan susu ke dalam gelasnya.

"Kenapa makananmu sedkit, Fay?" tanya Mya, istri dari Jorge.

"Stop act like my mom, I hate that," kesal Fay tanpa berpaling dari piringnya.

Mya mendesah pelan, kembali menundukan kepalanya, sedikit menyesal sudah bertanya padahal ia tahu sendri bagaimana watak keponakannya.

"Oh iyaa.... Sampai kapan kalian tinggal di rumah ini? Alan kau tidak bekerja?" Fay memandang ke arah sepupunya yang duduk tepat di hadapannya.

Alan menaikan satu alisnya. "You care?"

"In your dream, aku sebenarnya mengusirmu," jawab Fay sarkastis.

Alan tertawa geli. "Damn....I miss you!!"

Fay ikut tertawa, ia mungkin membenci keluarganya, tapi bukan dengan sepupu-sepupunya, karena bagi Fay mereka adalah sahabat, mereka terlalu menakjubkan untuk menjadi bagian keluarga mengerikan ini. Dan Fay juga percaya kalau mereka adalah korban dari pengkhianatan kedua orang tua mereka, sama seperti dirinya.

"So...Where is Katrin? Sepertinya sangat menarik kalau kita bisa menghabiskan malam di club seperti biasanya. Kita sudah lama tidak hang-out bersama," ujar Fay antusias dengan rencana malamnya yang memang sering ia lakukan, bahkan ketika di Paris.

"Ehm..." Reynard berdehem keras, ia tidak suka dengan perbincangan dua cucunya itu. "Sebagai pemberitahuan Fay, Sayang. sepupumu Katrin sedang honeymoon bersama suaminya. Dan Kakek sangat tidak suka kalian membicarakan tentang club di saat makan."

"Apa aku peduli kau suka atau tidak, Kakek?" gumam Fay. "Dan aku turut kasihan dengan pernikahan Katrin, aku berharap dia bisa bahagia dengan pernikahannya itu." Senyum mengejek tersungging di bibirnya.

Hening... Fay tahu semua mata sudah tertuju padanya, terutama kakek dan kedua orang tua sepupunya, tapi masa bodoh dengan itu. Ia tidak akan pernah merasa terintimidasi dengan apapun di rumah ini, terutama kakeknya.

"Good Morning!" tiba-tiba suara mungil itu terdengar dari arah pintu. Mereka sudah tahu kalau yang datang adalah si mungil Clara. Dengan wajah yang masih aut-autan bangun tidurnya dan tubuh yang masih di balut piyama lucu.

Fay tertegun memandang sosok mungil itu, tiba-tiba ia merasa belum siap untuk bertemu dengan putrinya sendiri. Terlalu canggung, ia belum tahu apakah putrinya menyukainya atau tidak, berhubung sang Mommy meninggalkannya sejak kecil. Fay terdiam menatap piringnya yang sudah setengah kosong, ia belum berani memandang putrinya. Ia tak tahu harus berbuat apa.

PAIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang