Clara dan tidak bisa dipungkiri Fay juga ikut terkesimah dengan hasil kerja Ivar. Semua terlihat sempurna dari cara membuat, membakar, hingga acara finishingnya. Ivar bisa melakukannya dengan sangat baik.
"Wah...Daddy is Cool," pekik riang Clara, masih memandang cake berbalur warna putik bak salju, ditaburi kacang yang dihancurkan kasar, dan ditabah dua buah leci hijau. Reaksi tersebut jelas-jelas membuat Fay kesal, seharusnya ia yang mendapatkan pujian itu. Tetapi, kenyataannya ia memang sama sekali tidak bisa apa-apa, benar-benar ibu yang payah.
Ivar melirik reaksi Fay yang tertunduk kesal. Ia tahu kalau ia sudah menghancurkan moment pagi wanita itu. Setelah ini Fay pasti akan tambah membencinya.
"Kalau begitu sekarang minta Bibi Lily untuk membersekan hasil rekamannya. Lalu minta para pelayan untuk mengemas cake ini. Pergilah mandi dan bersiap-siap."
"Oke....," Clara langsung melompat ke tubuh ayahnya, Ivar menarik Clara dalam gendongannya. "Mommy come here!!" ajak Clara sambil mengayun-ayunkan tangannya.
Fay menaikan alisnya, tidak mengerti dengan maksud putrinya. Terlalu lama menunggu, Clara menarik tangan ibunya kasar. Karena gerakan yang tak terduga-duga itu, membuat tubuh tidak siap Fay, membentur punggung kanan Ivar.
Wangi tubuh Ivar menyereng penciuman Fay, lagi-lagi ia harus menghirup wangi sialan itu. Tidak ingin terbuai lama, Fay mulai mendorong tubuhnya. Akan tetapi, gerakan tangan mungil Clara lebih cepat darinya. Tangan putri kecil itu, menarik tubuh ibunya lebih rapat ke punggung ayahnya. Hingga ia bisa memeluk keduanya dengan erat, masih Clara yang berada pada gendongan ayahnya.
Apa yang anak umur 8 tahun mengerti dengan persaan berkecamuk kedua orang tuanya. Ia terlalu senang dengan situasi ini. Dan sepertinya memeluk lebih erat dan lama adalah salah satu cara yang melintas dipikiran anak itu.
Fay tidak mungkin dengan kejamnya melepaskan kaitan tangan putrinya di belakang lehernya. Apalagi ketika melihat senyum merekah itu, yang ada jika ia melakukannya, putrinya akan kecewa padanya. Setelah menghancurkan cakenya di awal tadi, tidak mungkin ia juga harus merusak moment tersebut.
Tetapi yang membuatnya tidak nyaman adalah posisinya yang sekarang. Tubuhnya bersandar pada punggung Ivar, postur Ivar yang memang tinggi harus membuat ia mencium bahu lelaki itu. Sialnya lagi, wangi tubuh itu makin menggelitik hidungnya....Dan hangat. Tubuh di depannya terasa hangat, hal itu membuat hatinya seperti tercubit sesuatu. Hati sialan.
Ivar sendiri sudah menahan nafasnya sejak tadi, tubuhnya sedikit menegang dengan cara putrinya. Ia tidak mampu bergerak atau melakukan sesuatu. Deruh nafas hangat Fay terasa jelas di bahunya, bahkan ia bisa merasakan bibir mungil itu di bahunya. Tapi, ia sangat menyukai rasa itu, kenyamanan yang sudah hilang bertahun-tahun, kehangatan yang sudah lenyap entah kemana. Hati perihnya seperti terobati sedikit, hanya sedikit, tapi ia tetap menyukainya. Ia harus mengucapkan terima kasih pada putrinya nanti.
"Thank you Dad, Mom. I love you both," Ujar Clara, sambil mencium orang tuanya secara bergantian.
"Mom, too."
"Dad, too." Ucap Fay dan Ivar secara bersamaan. Membuat Clara cekikilan senang, hingga ia lagi-lagi memberikan kecupan sayang untuk mereka berdua.
Clara mulai melepaskan pelukan eratnya. Membuat Fay dan Ivar, membuang nafas pelan. Mereka terlihat canggung. Fay dengan salah tingkah membuka apron-nya, lalu melirik kesal pada Bibi Lily yang ternyata masih setia menonton dengan senyum manis, dan mata yang sedikit berkaca-kaca. Yang benar saja...
"Aku mau mandi dengan Mommy hari ini. Masih ada waktu sebelum jam 11, kan?"
Fay terkejut dengan pernyataan putrinya, ini adalah kali pertama Clara melakukannya untuk itu. Selama ini putrinya selalu melakukan segala sesuatunya sendiri, sepertinya usahanya untuk merebut hati putrinya membawakan hasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN ✔
RomanceAku membenci pria itu, teramat sangat.... Pria yang aku cintai sejak kecil, Pria yang sudah menghilangkan nyawa kedua orang tuaku, Pria yang membesarkan putriku dengan hebatnya, Pria yang kusesali kehadirannya dalam hidupku, Pria yang kudoakan kemat...