Keterkaguman Fay masih belum berhenti mana kala mereka sudah mulai memasuki pekarangan rumah yang akan dihuninya beberapa waktu ke depannya. Beverly Hills, sejak kecil ia selalu merajuk pada orang tuanya agar pindah ke daerah mewah itu. Setelah menonton serialnya di TV, membuatnya sangat mengidolakan tempat itu, bukan pada tokoh-tokoh pada seriel tersebut. Tinggal di tempat kalangan artis pastilah sangat menyenangkan, tapi sayanganya orang tuanya langsung menolak keinginannnya itu tanpa berpikir, padahal ia yakin orang tuanya mampu membeli rumah dan tanah di daerah itu dulu.
Awalnya, ia berpikir mereka akan tinggal di pentahouse milik Ivar yang kebetulan dekat dengan milik kakaknya, di tengah kota Callifornia. Fay harus mengeram kesal beberapa kali ketika harus mengingat ia akan tinggal di antara dua pria menyebalkan itu. Sudah cukup dengan Ivar, ia tidak ingin berurusan dengan kakaknya. Karena ia yakin, kakaknya pasti akan menyusahkannya untuk menjalankan rencana-rencananya.
Seperti rumah-rumah di daerah itu pada umumnya, rumah Ivar memiliki pekarangan yang sangat luas, dengan taman-taman bunga yang terbagi-bagi menurut jenisnya. Di Sisi kanan kiri juga terdapat ait mancur yang tidak begitu besar, namun masih terkesan mewah. Terdapat pohon-pohon yang tingginya tidak seberapa yang berfungsi sebagai tanaman lindung saja.
Mobil Ivar sudah tiba lebih dulu di depan pintu utama, sedangkan Fay yang memang mengendarai mobilnya sendiri, masih menikmati taman dari dalam mobilnya dengan kecepatan sedang, jarak taman dan rumah utama memang sedikit agak jauh. Ia sengaja memilih pergi terpisah dengan suaminya dan tentu saja putrinya lebih memilih naik di mobil "ayah barunya" dibanding dirinya.
Setelah menikmati taman rumah beberapa menit, akhirnya Fay turun juga dari kursi kemudinya. Ivar sudah menunggunya di depan pintu, dengan beberapa pelayan, tidak begitu banyak dengan yang dipunyai oleh kakeknya di rumah. Ia berusaha tidak menatap wajah yang tersenyum itu, ia belum ingin mengamuk untuk saat ini.
Lagi-lagi Fay mengamati bagian rumah utama, Huge House. Dengan gaya mediterian klasik, beberapa pilar besar berdiri kokok sebagai penyangga rumah. Jendela-jendela berukuran besar, membuat rumah ini seperti trasparan. Ia kembali terkagum, setidaknya rumah itu cukup besar untuk membuatnya tidak sering betemu dengan musuhnya.
"Fay, masuklah, Clara dan Bibi Lily sudah masuk lebih dulu," kata Ivar pelan, membuyarkan pikiran Fay.
Fay tidak mengubris kata-kata itu sama sekali, ia bahkan tak menoleh untuk melihat siapa yang sedang berbicara dengannya. Ia mulai berjalan munuju lantai teras, para pelayan masih berbaris rapi untuk menyambut nyonya baru mereka.
"Mereka akan membantu_____"
"Shut up!!! Aku terlalu muak mendengar suaramu. Aku akan mengurus diriku sendiri di sini. Aku punya mulut untuk bertanya pada mereka, jadi kau tidak perlu menjelaskannya," jelas Fay dengan suara sinisnya seperti biasa, lalu melengos masuk, melewati para pelayan yang masih terkejut dengan kata-katanya.
Ivar mendesah pelan, seulas senyuman pahit dilontarkannya pada pelayan-pelayan di depannya, sebelum menyusul masuk.
Fay berjalan masuk dengan perasaan kesal, ini baru awal, ia merasa sudah ingin melempar pria itu dengan sesuatu agar tidak mengganggunya lagi. Dengan perasaan itu ia sudah tidak bisa menikmati isi bagian dalam rumah itu, yang sebenarnya terlihat sederhana dibandingkan bagian luarnya, namun ia tetap menyukainya.
Dari arah belakang ia bisa mendengar suara putrinya yang sedang bercengkrama riang dengar beberapa orang. Penasaran, ia melangkahkan kakinya menuju suara putrinya. Putrinya sedang bermain ayunan di taman belakang yang terlihat jelas di bagian dapur yang berdinding kaca. Di taman itu terdapat gazebo yang cukup besar untuk pesta keluarga, di sana ia bisa melihat Bibi Lily sedang berbincang dengan seseorang yang sepertinya ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN ✔
RomanceAku membenci pria itu, teramat sangat.... Pria yang aku cintai sejak kecil, Pria yang sudah menghilangkan nyawa kedua orang tuaku, Pria yang membesarkan putriku dengan hebatnya, Pria yang kusesali kehadirannya dalam hidupku, Pria yang kudoakan kemat...