Terima kasih udah nunggu cerita ini!!!!
Happy New Year epribadi!!
Katrin memberikan kunci mobilnya kepada salah satu pelayan pria yang berdiri di depan pintu kediaman Fay dan Ivar. Ia meminta tolong agar memarkirkan mobilnya di tempat yang seharusnya. Dengan langkah berlahan ia mulai berjalan memasuki rumah besar itu, menyusul Clara yang sudah lebih dulu berlari kecil ke dalam Rumah.
Hari ini ia berinisiatif untuk menjemput keponakan cantiknya itu. Ia tahu Fay pasti masih memikirkan kata-katanya tadi, jadi bisa jadi saat ini otak dan hatinya masih belum stabil. Fay butuh waktu sendiri untuk memikirkan segalanya. Kalau sudah begitu pasti Fay akan memilih menyibukkan dirinya sendiri di butik, tanpa gangguan siapa pun. Ia berharap ucapan kasarnya pagi tadi, bisa sedikit mengikis sedikit kebenciannya dan mulai menggeserkan hatinya pada tempa yang benar.
Senyum Katrin merekah ketika sudah memasuki ruangan luas rumah tersebut. Ia melihat sepupunya Fabian sudah berdiri tegak sambil merentangkan tangan, dengan maksud ingin menggapai Clara, yang berlari di depan Katrin. Namun, sayangnya pose itu ternyata sia-sia, karena Clara lebih memilih membelokkan langkahnya menuju sang ayah, yang duduk di atas sofa sedang bergelumung dengan tab di atas pahanya.
Febian memberenggut seperti anak kecil, membuat Katrin tergelak melihat ekspresi yang tidak pantas pada wajah pria berumur tiga puluh tahun itu. Sebagai gantinya, Katrin mencium pipi Febian lembut, lalu mengikuti Clara kearah sofa.
"Daddy!!" pekik riang Clara.
Ivar langsung mengangkat kepalanya dari tab tipis di pahanya. Tiba-tiba Clara datang melompat kepangkuannya, masih dengan tas digendongannya. Dengan gemas ia mencium pipi ayahnya berkali-kali, hingga terdengar bunyi ciuman yang keras. Ivar tertawa geli dengan tindakan putrinya itu dan tidak berniat sedikit pun untuk menghentikan tingkah bocah itu.
Febian yang masih saja cemberut mulai mendekati mereka. "Clara, uncle yang menyambutmu pertama kali," kata Febian merajuk. Katrin lagi-lagi tertawa dibuatnya.
Rengekan Febian itu membuat kegiatan seru mereka terhenti. Clara memutar kepalanya ke arah Febian, "No uncle. Daddy always be the first," balasnya sambil menaikan satu cari telunjuknya, mengerjab lucu.
"Oke, Baiklah. Can you give me a kiss too?" pintah Febian lagi.
Clara mengangguk, lalu berdiri dari pangkuan ayahnya menuju Febian. Tanpa basa-basi ia mencium pipi kiri-kanan pamannya itu. Dengan segera Febian mengangkat bocah itu ke atas pangkuannya.
"Don't miss me?" tanyanya lagi.
"Hmm....little," jawab Clara sekenanya, ia sedang memainkan dasi Febian.
"Ah...sudalah. Kau memang hanya mencintai ayahmu seorang." Febian kesal, tapi hanya dibalas cekikilan kecil dari Clara.
"Kenapa tasmu berat sekali Clara?"
"Oh God, I forget."
Clara turun dari pangkuan Febian lalu duduk bersila di atas lantai. Ia kemudian membuka tas berwarna hijau toska itu dan mengeluarkan isinya. Terlihat piala dari kaca berukuran kecil, jika dicermati, di puncak piala tersebut terdapat topi koki yang di desain khusus dari kaca. Dengan bangga Clara mengangkat piala itu tinggi. Terdengar suara tepukan tangan dari paman dan bibinya, hal tersebut membuatnya semakin bangga.
"Daddy, look!" ia membawa benda itu ke hadapan ayahnya.
Ivar menerima benda itu lalu membaca tulisan yang tertulis pada badan piala The best kid helper. Ivar tersenyum, mencium kening Clara dengan lembut. "We did it, did we? Mom pasti akan senang juga melihatnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN ✔
RomanceAku membenci pria itu, teramat sangat.... Pria yang aku cintai sejak kecil, Pria yang sudah menghilangkan nyawa kedua orang tuaku, Pria yang membesarkan putriku dengan hebatnya, Pria yang kusesali kehadirannya dalam hidupku, Pria yang kudoakan kemat...