Dua Puluh Sembilan

14.9K 1K 44
                                    

Met malam minggu!!!!

Partnya pendek....^^

___________________________

Clara sudah bergerak tidak sabar menunggu sang ibu yang sejak tadi belum kembali ke mobil. Akhirnya ia memutuskan untuk turun dari mobil dan menyusul ibunya ke dalam. Tetapi, pada saat sebelah kakinya menapaki tanah, ibunya terlihat berjalan mendekat dalam kejauahan.

"Kenapa Mom lama sekali?" Clara memajukan bibirnya sebagai tanda ia sedang cemberut pada ibunya, tangannya sudah ia silangkan di depan dada, menunggu sang ibu masuk ke dalam mobil. Namun, tiba-tiba Clara terkejut melihat wajah ibunya yang memerah dan basah. "Mom are you crying?"

Fay menatap putrinya dengan mata yang berair. Bukannya ingin memperlihatkannya pada putrinya, sejak tadi ia sudah berusaha keras untuk menghentikannya, namun tangisnya semakin menjadi-jadi, bahkan wajahnya sudah memerah karena hasil usapan tangannya berkali-kali.

"Mom sakit?" tanya Clara lagi, wajahnya terlihat khawatir.

"Bukan...." Air mata Fay kembali berderai ketika menatap wajah polos putrinya yang mencemaskannya. Seketika hal itu mebuat ia mengingat kata-kata Ivar yang menyedihkan. "Clara, bagaimana dengan kita nantinya?" Dengan pelan Fay mengusap wajah Clara, yang kini mulai kebingungan akan tangis ibunya yang semakin menjadi-jadi.

"Kalau Mom sakit ayo ke dokter." Clara menarik-narik tangan ibunya kuat, meminta untuk segera masuk kembali ke dalam rumah sakit. "Clara panggil Daddy ke sini, ya?"

"Jangan, Sayang," Fay tidak ingin Ivar tahu kalau ia sempat mendengarkan pembicaraan dengan Febian. Jika Ivar tahu, maka itu akan menjadi beban yang lain lagi untuk pria itu. Fay tidak ingin Ivar terus berlarut-larut, ia benar-benar ingin membuat Ivar bahagia kali ini...ia akan mengusahakan hal itu.

"Terus kenapa Mom menangis? Hari ini katanya kita akan senang-senang."

Fay mengusap wajahnya yang basah, kemudian tersenyum pada Clara. Saat ini bersedih bukanlah jalan yang tepat...Ivar berkata benar, kita tidak pernah tahu tentang apa yang akan terjadi. Jadi sebelum waktu yang tak diinginkan datang, kita harus menikmati apa yang masih tersedia dan tersisa....Jika memang kebahagian itu tersisa sedikit, maka Fay akan menggunakannya dengan sebaik-baiknya.

Saat ini adalah tanggung jawabnya....setelah sekian lama Ivar memperjuangkan kebahagian untuknya, kini gilirannya untuk mewujudkan kebahagian Ivar yang sempat ia hilangkan bertahun tahun lamanya. Ini waktunya untuk mencoba mengobati hati yang pernah ia lukai dengan amat sangat.

"Maafkan Mommy, Sayang. Tadi ada pasien yang meninggal, Mom ikut terharu," bohong Fay. Walau hatinya masih mencelos ngilu dan panggkal hidungnya masih terasa berdenyut, ia tetap berusah untuk menahan gejolak kesedihan yang akan ia tumpahkan lagi. Harus bahagia, Fay. Harus!! Batinnya.

"Isihhh...Clara pikir Mom jatuh atau sakit," keluh Clara disusul dengan cekikilan lucunya. "Muka Mom seperti hantu," lanjutnya lagi menunjuk wajah ibunya.

Fay sontak melihat wajahnya pada kaca spion tengah, seketika tawanya terdengar ketika wajah blepotan pada kaca terlihat. Hidung memerah dan warna merah lipstick yang menghiasi pipi putihnya. Belum lagi mata yang bengkak dan sembab. Fay meringis, "Mom jelek sekali." Clara tergelak, tangannya sudah memegang perutnya. "Mom akan merapikannya dulu, lalu kita berangkat."

"Okee!!!" seru Clara masih dengan sisa-sisa tawanya.

Fay menoleh pada putrinya lalu membatin kita harus bahagia untung Daddy, sayang. "Hari ini dan seterusnya kita akan bersenang-senang, Clara."

PAIN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang