Aku mengikuti langkah dokter Ryeong menuju ruang rapat. Ternyata sudah banyak orang di ruangan ini. Kemudian aku memperkenalkan diriku kepada dokter-dokter di sana. Mereka tersenyum ramah padaku dan mulai menyalamiku. Kecuali satu orang, dia hanya duduk dan menundukkan kepalanya. Seolah ia tidak mempedulikanku yang berdiri di sini. Dia hanya melirikku sekilas, kemudian kembali menunduk dan membuka-buka dokumen di mejanya.
“ish! Apa”an dia.” Gerutuku dalam hati. Kurang ajar sekali. Aku bicara di sini, ia malah asik sekali dengan dunianya sendiri.
Setelah acara perkenalan diriku itu. Kini seluruh lampu dipadamkan. Yang ada hanya cahaya dari proyektor di depan.
Laki-laki itu ternyata ingin memberikan presentasi nya. Aku memperhatikan caranya berbicara dan menerangkan kepada semua dokter-dokter di sini.
Ia berbeda sekali. Tadi saja, aku berbicara memperkenalkan diriku, ia malah cuek saja dan terkesan tidak peduli.
Pada saat presentasi, ia tampak pandai sekali berbicara. Sesekali tangannya memperagakan apa yang ia sampaikan. Kemudian ia melihatku yang sedang memperhatikannya. Ia segera memalingkan wajahnya.
Apa-apaan sih orang ini ? dingin sekali.
Selesai rapat itu. Dokter-dokter mulai meninggalkan ruang rapat. Sekarang hanya ada aku dan laki-laki dingin itu di ruangan ini. Ia sedang membereskan laptopnya dan alat-alat presentasi. Aku sengaja menunggunya. Dengan tangan yang dilipat di dada, aku menatapnya tajam.
Sebenarnya dia ada maslaah apa sih denganku? Kelihatannya ia terganggu dengan keberadaanku di sini.
Ketika hendak melangkah melewatiku, aku menahan lengannya. Ia sedikit menolehkan wajahnya.
“perkenalkan, aku Wang Ji Hye. Aku lulusan Universitas Heidelberg Jerman. Mulai sekarang, aku bekerja di rumah sakit ini di bagian spesialis kandungan. Senang berkenalan denganmu.”
Ia menepis tanganku kasar. “aku sudah tahu, kau tadi sudah mengatakannya”. Kemudian ia berjalan begitu saja melewatiku.
“YA! YA! YA! (hei! Hei! Hei!), aku belum tahu namamu.” Ish, laki-laki macam apa itu. Harusnya ia mempersilahkan ku jalan terlebih dahulu. Di Jerman, para laki-laki sangat menghormati wanita. Mereka selalu mengutamakan “Ladies First”. Tapi, ini di Korea. Mungkin berbeda, pikirku.
Aku mengejar laki-laki itu. Tapi dia sepertinya mempercepat langkahnya. Kemudian aku baru teringat sesuatu, dokter Ryeong belum memberitahuku di mana ruang praktikku. Aku segera berlari ke arah meja resepsionis. Suster-suster itu sedang mengobrol sepertinya.
“ehmm..” aku sengaja berdehem untuk mengalihkan perhatian mereka. Dan ... itu berhasil. Suster-suster itu mulai memperhatikanku. Mereka memperhatikanku dari atas ke bawah. Seolah menilai penampilanku. Apa yang salah dengan pakaianku?. Tanyaku dalam hati. Kemudian akhirnya salah satu dari mereka bertanya padaku...
“ada yang bisa saya bantu dokter ?” kata suster itu lembut. Kadang aku berpikir bahwa, bagaimana jadinya suara mereka yang halus itu dan wajah mereka yang lemah lembut itu berubah ketika mereka berteriak dan marah. Pasti menyeramkan.
“aku dokter baru di sini. Namaku Wang Ji Hye. Aku baru bekerja di sini hari ini. Tadi aku belum sempat bertanya kepada dokter Ryeong di mana ruanganku.”
“oh, tunggu sebentar dokter. Saya akan menghubungi dokter Ryeong.” Kata suster itu.
“Yeoboseyo”
......
“ya, dokter , Dokter Wang bertanya di mana ruangannya, tadi ia tidak sempat bertanya pada anda.”
......
“ah, baik. Terima kasih dokter”. Suster itu mengakhiri pembicaraannya dengan dokter Ryeong.
“mari dokter, saya tunjukkan di mana ruangan anda”
Aku mengikuti suster itu menuju ke ruanganku. Ruanganku ada di sebuah lorong di belakang ruangan resepsionis. Di lorong ini ada dua pintu. Satu pintu itu sudah diisi oleh seorang dokter. Dilihat dari papan nama yang menggantung di sana. Papan nama itu sepertinya baru diukir.
Berarti dokter itu juga baru di rumah sakit ini, pikirku.
김우빈 (Kim Woo Bin).
Laki-laki rupanya. Semoga saja dokter ini, bukan dokter dingin dan menyebalkan itu. Doaku dalam hati. Ruanganku dan dokter itu berseberangan. Ruanganku belum ada papan namanya, mungkin karena aku baru masuk hari ini.
“terima kasih suster” ucapku lembut sambil menyalami suster baik hati itu.
Iseng, aku mendekat ke arah pintu ruangan dokter itu. Baru saja aku berdiri di depan pintu nya, aura dingin sudah menyergapku. Aku merinding sendiri.
Mungkin orang ini sudah memiliki aura dingin dari lahir, pikirku. Saat hendak membalikan tubuhku, aku terkejut bukan main. laki-laki itu menatapku tajam, kini tatapannya lebih tajam daripada saat di ruang rapat tadi.
Ternyata ... doaku tidak terkabul.
Kalau begini, bisa-bisa aku sakit jantung!.
KAMU SEDANG MEMBACA
봄비
Fanfictionaku menunggu cinta pertamaku, sehingga aku kembali ke negara ini. tetapi, di saat aku mencarinya. ia hilang. aku bertemu dengannya kembali, tetapi kini aku tidak bisa menganggapnya kekasihku lagi. ia mengkhianatiku. dengan pekerjaan ku sebagai dokte...