who's baby?

137 5 0
                                    

ALOHAAAAA!!!* lambai tangan tinggi-tinggi* duh udah lama banget nih gak nulis, tangan udah gatel mau nulis n publish hehehe. di part ini aku coba dapetin feelnya Ji Hye jadi ibunya Joo Hwan. trus di part ini juga akan muncul Woo Bin. hayooo siapa yang kangen sama Woo Bin? hehehe

aku mau tanya nih pendapat kalian, menurut kalian cocokan Ji Hye sama Woo Bin apa sama Jae Won? hayooooo....

oiya bagi yang mau liat mukanya Joo Hwan kayak gimana bisa liat di multimedia yaaa!!!

***

Sambil menggendong Joo Hwan dalam dekapannya, Ji Hye berjalan pelan sambil sesekali menghembuskan nafasnya. Cuaca memang sedang dingin-dinginnya di Seoul, oleh karena itu ia menggunakan mantel yang tebal untuk menutupi tubuhnya dan Joo Hwan.

Ji Hye bingung, apa yang harus ia katakan ketika sampai di rumah nanti? Alasan apa yang harus ia berikan  pada ibunya? Akankah ibunya marah kepadanya? Haruskah ia mengakui bahwa anak yang sedang ia dekap dengan erat sekarang adalah anak Hyun Woo?

Lelah. Tubuhnya, pikirannya, kakinya, tangannya. Ia merasa lelah sekali. Rasanya seperti habis mengelilingi lapangan bola 100 kali. Sepertinya masalah mendatanginya bertubi-tubi semenjak ia menginjakkan kakinya kembali ke Korea. Kekasihnya meninggalkannya, Woo Bin yang dingin kepadanya, nasib anak yang sedang digendongnya. Harusnya dulu ia tetap di Jerman dan tidak pernah lagi menginjakkan kakinya ke Korea. Harusnya.

Tapi kalau dulu ia tetap di Jerman, ia tak akan bisa bertemu dengan anak ini.

Karena berjalan sambil melamun, ia tidak memerhatikan orang yang sedang berjalan di depannya.

BRUK

“Ah!” Ji Hye terpekik pelan, kepalanya menabrak sesuatu yang keras. Joo Hwan pun terbangun karena pekikannya.

“Kau!”

“Kau!”

Teriak Ji Hye dan Woo Bin bersamaan.

“Makanya, jalan itu hati-hati” ucap Woo Bin sambil memperhatikan Joo Hwan yang kini tengah menangis.

“Maaf aku tidak memperhatikan, permisi” Ji Hye buru-buru mengakhiri percakapannya dengan Woo Bin. Ia tidak Woo Bin bertanya macam-macam tentang Joo Hwan. “cup..cup..cup anak Eomma jangan menangis ya.” Ucapnya sambil berusaha menenangkan Joo Hwan.

“kalau begitu aku pergi dulu, maaf sudah menabrakmu. Selamat malam”

“Tunggu” Woo Bin menghentikan langkan Ji Hye dengan menahan lengannya.

“Bayi itu, bukankah bayi itu, bayi itu yang ibunya tidak sempat kau selamatkan karena kau...”

“iya, ini bayi itu. Ia anakku sekarang.” Ucap Ji Hye dingin, memotong ucapan Woo Bin.

Joo Hwan tidak mau berhenti menangis, ia sepertinya membutuhkan susu, tapi supermarket masih jauh letaknya. Ji Hye memeluk bayi itu sambil mencium-cium pipinya, untuk menandakan bahwa bayi itu belum terlalu kedinginan.

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menarik Joo Hwan pelan dari pelukannya.

Woo Bin menggendong Joo Hwan dengan sangat hati-hati dan seketika itu pula tangis Joo Hwan reda. Ji Hye yang melihatnya hanya melongo, bagaimana mungkin? Laki-laki yang begitu dingin itu bisa mendiamkan Joo Hwan dengan begitu mudah?

“rumahmu di mana? Biar ku temani” Woo Bin berucap dengan entengnya, seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka.

“Jika kau bersedia menjadi ibunya, aku juga bersedia menjadi ayahnya” Woo Bin bergumam nyaris berbisik. Perlahan ia menoleh ke sebelahnya, tetapi Ji Hye kelihatannya tidak mendengarnya, pandangannya kosong dan lurus ke depan. Sesekali ia memperhatikan Ji Hye yang menghembuskan nafas lelah.

Woo Bin tidak tahu seberapa berat dan rumitnya masalah yang sedang dihadapi oleh Ji Hye, yang ia tahu sepertinya wanita itu hanyalah wanita rapuh yang berusaha agar terlihat kuat, tegar dan ceria.

Ia tidak tahu perasaan apa ini, tapi rasanya ia harus melindungi wanita itu. Kalau saja wanita ini yang menjadi ibunya dulu, kalau saja dahulu ada wanita seperti ini yang mendekapnya dengan erat dan hangat, memperlakukannya dengan hati-hati sekali, yang terlihat tulus menyayangi bayi yang tengah digendongnya.

Woo Bin merangkul Ji Hye yang berjalan di sisinya. Ji Hye agak sedikit tersentak. Ia pun mendongak dan melihat ke sebelahnya, Woo Bin tetap terlihat acuh, tetapi ia sudah tidak sedingin dulu. Perlahan Ji Hye tersenyum kecil. Sejenak mereka terlihat seperti sebuah keluarga kecil yang bahagia. Seperti. Hanya seperti.

Sesampainya di depan pagar rumahnya. Ji Hye berbalik dan hendak mengucapkan terima kasih kepada Woo Bin tetapi laki-laki itu sudah keburu pergi duluan.

Tarik nafas, hembuskan, tarik nafas, hembuskan.

Ji Hye mengehela nafas keras sesampainya ia di rumah.

TOK TOK TOK

Ia mengetuk pintu kayu besar rumahnya. Ibunya segera membukakannya pintu, ibunya masih menggunakan celemeknya.

“Ibu sedang memasak ya ?” tanya Ji Hye pelan.

“Ya, ibu sedang membuat bulgogi kesukaanmu itu. Ayo segera masuk, nanti kau kedinginan” ibunya segera menariknya masuk ke dalam rumah.

“ibu lupa membeli so..” ucapan ibunya terhenti ketika melihat seorang bayi yang tengah digendong Ji Hye.

Perlahan ibunya mendekati bayi itu, dan memperhatikan wajahnya dengan seksama.

“bayi ini..”

“iya, Ia anak Hyun Woo oppa” Ji Hye memotong perkataan ibunya, begitu melihat ibunya mengernyitkan alis.

“lalu, mengapa ia berada bersama mu?”

봄비Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang