Which One ?

86 3 0
                                    

“Jae Won~a! astaga!” Ji Hye buru-buru menerobos kerumunan orang itu dan menghampiri jae won yang tangan dan kakinya sudah gemetaran. Saat melihat Ji Hye, Jae Won langsung tersenyum kaku “Ji Hye....” panggilnya pelan. Ji Hye berjongkok di hadapannya dan buru-buru meminta pertolongan. “tolong, bantu aku membawanya ke rumah sakit”, bibirnya sudah membiru dan pakaiannya lembab, sepertinya tidak lama lagi Jae Won akan pingsan. Ji hye segera meminta beberapa orang di sana untuk membantunya memapah jae won ke dalam sebuah taksi. Sepanjang perjalanan, jae won bersandar pada ji hye, ji hye yang kasihan merasa jae won sudah tidak punya tenaga lagi untuk menopang kepalanya sendiri pun diam saja dan membiarkannya.

“maafkan aku..... maafkan aku ... maafkan aku jae won”. Sesampainya di rumah sakit, beberapa perawat IGD segera menggotong jae won dan membawanya ke ruang IGD. Ji Hye menunggui jae won, sampai seorang dokter tua berkacamata keluar dari ruang IGD “Dokter, bagaimana keadaannya?” “dia kekurangan cairan karena terlalu lama berada di udara dingin, tubuhnya masih sangat lemah saat ini” ucap dokter tua itu kemudian segera pergi.kini jae won yang sudah dipindahkan di ruang rawat inap, sudah sadar sedikit, saat ji hye masuk, ia segera tersenyum dan berkata “ji hye, kenapa kau lama sekali tadi? Aku menunggumu lama sekali” ucapnya dengan suara lemah. Perasaan bersalah seketika melingkupi ji hye “ itu... itu.. aku... aku tadi pulang dulu untuk melihat joo won ..” jawab ji hye tergagap. “ah iya, maaf juga, gara-gara aku, kau tidak pulang dan tidak bisa melihat joo won” terdengar penyesalan yang tulus dalam suara jae won. Ji hye tidak menjawab dan memilih duduk di kursi di samping ranjang jae won “tidak apa-apa, aku sudah menitipkannya pada eomma” ji hye merapikan tumpukan bantal jae won agar jae won merasa lebih nyaman. “sekarang, kau tidurlah” ucap ji hye pelan “tidak mau” jae won membuang pandangannya ke arah lain “yasudah, setidaknya pejamkan matamu” “kalau aku tidur, nanti kau pasti meninggalkanku” ji hye menghela nafas pelan. Dasar memang Jae won ini. “jangan pergi ji hye~a temani aku” ji hye hanya memandang jae won tetapi akhirnya dia berkata “baiklah”, walaupun sebenarnya ia masih memikirkan seseorang yang juga sedang sakit.

2 jam kemudian, jae won tengah terlelap, ji hye yang dari tadi terus berada di samping jae won memutuskan untuk keluar sebentar dan naik ke lantai 7, ruang praktek woo bin, jae won juga dirawat di rumah sakit yang sama. Saat membuka pintu, ji hye melihat woo bin juga masih  terlelap di ruangannya yang sekarang sudah gelap. Setelah keluar drai ruang praktek woo bin, ji hye melangkahkan kakinya ke taman belakang rumah sakit, ia melihat jam tangannya, jam 3.25, maish terlalu pagi untuk pulang ke rumah, juga tidak ada kendaraan umum yang beroperasi. ia pun memilih duduk di bangku paling pojok dekat kolam. Ia membuka ponselnya dan memandangi foto joo won yang tengah tertidur pulas, ia menarik nafas perlahan, sambil merapatkan mantelnya “joo won, dangsin-ege eomma leul geuliwo (ibu sangat merindukanmu)” ia mengelus ponselnya, berharap itu adalah joo won. perlahan, ji hye mengadahkan kepalanya, dan angin dingin segera menerpa wajahnya, seperti menamparnya, dalam hati ia berharap semoga masalah yang ia hadapi bisa segera selesai dan ia bisa hidup dengan tenang seperti semula. Ia berharap impiannya terwujud, ia berharap sekali. Saat sedang memejamkan matanya, tiba-tiab seseorang datang dan segera memeluknya dari belakang..

봄비Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang