왕주환 (Wang Joo Hwan)

132 3 0
                                    

Woo bin bangun ketika merasakan sinar matahari yang menelusup masuk dari celah-celah jendela menusuk matanya.

“Argh!” erangnya pelan.

Eh, Tunggu. Bukankah ia tidur di lantai ? tapi kenapa sekarang kepalanya tidak terasa sakit seperti saat menyentuh lantai ? dan malah terasa empuk ?

Perlahan woo bin mendongakan kepalanya, dan ia terkejut melihat wajah ji hye yang ada di atasnya. Ia segera bangun, dan menyadari bahwa ia telah tertidur di pangkuan ji hye.

Ia memerhatikan ji hye yang tengah tertidur dengan seksama, ji hye tertidur bersandar pada dinding, dan ia membiarkan woo bin tidur di pangkuannya. Pasti tubuhnya pegal.

Apa aku bawakan ia selimut saja ya ? pikir woo bin.

Ah, tapi untuk apa ? pikiran yang lain berseliweran muncul di kepalanya.

Ya, karena dia telah berbaik hati memperbolehkanmu untuk tidur di pangkuannya.

Setelah terdiam cukup lama, akhirnya woo bin menggendong ji hye dan meletakkan tubuh ji hye di atas ranjang pasiennya.

Ia mengelus lembut rambut ji hye, membuat ji hye menggeliat pelan. Setetes air mata, ia melihat setetes air mata jatuh dari sepasang mata indah ji hye, ketika ia menghapus air mata itu dengan ibu jarinya, ji hye menggenggam erat tangannya, membuat woo bin sedikit tersentak, dan segera menjauhkan tangannya dari pipi ji hye. Ji hye masih menangis dengan mata terpejam. Entah mengapa, sekarang woo bin melihat ji hye sebegai seorang wanita yang lemah, bukan ji hye, seorang dokter yang sigap, tetapi terkadang ceroboh dan ceria, entah mengapa woo bin merasa bahwa dirinya perlu melindungi ji hye. Tiba-tiba ji hye membuka matanya perlahan dan memeluk woo bin erat, sambil menangis, woo bin yang kebingungan melihat tingkah ji hye pun hanya diam saja, tetapi perlahan-lahan, entah dorongan dari mana, ia balas memeluk erat ji hye, membuat ji hye semakin kencang menangis, dan menelusupkan kepalanya ke arah dada bidang woo bin.

Setelah terdiam dengan keadaan itu cukup lama, mereka pun saling bertatapan dalam diam, tatapan yang sama-sama memancarkan luka, tiba-tiba ji hye mengalungkan lengannya ke leher woo bin dan mencium bibir woo bin lembut, mula-mula woo bin hanya diam saja dan tidak membalas ciuman ji hye, tetapi lama kelamaan woo bin mulai membalas ciuman ji hye. Ciuman yang lembut dengan segenap perasaan.

Alarm darurat mengagetkan keduanya, dan langsung memisahkan diri secara canggung. Ji hye menggaruk rambutnya yang tidak gatal, sedangkan woo bin membetulkan kemejanya yang agak berantakan.

“ehmm....” woo bin berdehem untuk mencairkan suasana yang tiba-tiba kaku di antara mereka. Ji hye melihat ke arah woo bin dengan takut-takut, takut lelaki itu akan mengeluarkan umpatan kasar atau mengusirnya dari ruangan ini secara terang-terangan.

“baiklah, aku harus pergi, terima kasih. Terima kasih karena sudah memperbolehkanku tidur di pangkuanmu. Mungkin aku akan mentraktirmu minum lain kali.” kata woo bin datar seraya menatap mata ji hye yang berwarna  hazel.

Wajah ji hye merona mendengar ucapan woo bin. Ia merasa ada sesuatu yang menggelitik perutnya saat woo bin menatapnya tepat di matanya. Diam-diam ia menyunggingkan senyumnya. Senyum tulus yang sudah lama tidak ia tampilkan.

Woo bin secara refleks mengacak rambut ji hye.

“aku pergi dulu.” Ucap woo bin sebelum membalikan badannya.

Semoga saja, semoga. Semoga aku dan dia bisa seperti ini untuk sementara saja. Ucap ji hye dalam hati. Ia ingin sekali waktu berhenti. Ia tidak mau, bukan, ia belum siap untuk menghadapi hari nya. Ia butuh seseorang untuk menopangnya, membantunya, memberikannya semangat untuk mengurus bayi yang kini berada di dalam ruangan bayi.

봄비Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang