Spirit for my baby boy!

110 1 0
                                    

aku lagi niat nulis nih hari ini. hahaha. kayaknya bakal bikin beberapa part lagi nanti malem. lagi terbawa suasana HUA! padahal mah besok ulangan. tapi gapapa demi menuntaskan ide ini. kalo kaga dtulis bisa lupa lagi ceritanya mau nulis apa. hehe

*****

Apa apa apa? Apa yang harus aku katakan pada Eomma? Apa ini saat yang tepat untukku mengatakannya? Haruskah aku mengatakannya sekarang juga?

Ya Tuhan, bagaimana ini?

“Ji Hye, mengapa bayi ini bisa bersamamu?”

“Ji Hye?”

Ibu terus memanggil namaku, meminta penjelasan dariku mengapa Joo Hwan bisa ada bersamaku?

“Ji Hye? Jawab ibu!”

“Eomma, bayi ini... bayi ini.. sebenarnya... “

 aku bingung haruskah aku menjelaskannya pada Eomma? Sedangkan Eomma belum tahu menahu soal hubunganku dengan Hyun Woo. Eomma belum tahu mengenai Hyun Woo yang sudah menikah, dan istrinya yang meninggal karena.. karena... terlalu banyak mengalami pendarahan, bahkan sebelum aku sempat menyelamatkannya dan membantu proses persalinannya. Dan kini anak mereka yang ada bersamaku.

Satu..dua..tiga..

Sambil menghembuskan nafas berat, aku menjelaskan semua pada Eomma. Semua bahkan sampai detail terkecilnya. Bagaimana aku mencoba membunuh anak ini, bagaimana aku juga mencoba menyelamatkannya sekuat tenaga, bagaimana aku memberikannya nama, bagaimana aku mencoba merancang masa depannya. Semua kuceritakan. Sambil bercerita, air mataku menetes begitu saja. Rasa lelah, frustasi, depresi, kebingungan yang selama ini selalu menghantuiku rasanya menguar begitu saja.

Eomma memelukku erat, aku menangis dengan kencang di pelukan eomma. Eomma terus menerus mengusap punggungku, berusaha menenangkanku. Rasanya tenang sekali seperti ini, rasanya beban di seluruh tubuhku hilang. Aku ingin sekali selamanya seperti ini . Hanya ada aku dan eomma, kembali ke kehidupanku sebelumnya.

Aku menggeliat pelan, aku masih berada di sofa tempat semalam aku bercerita kepada eomma. Pegal sekali rasanya badanku. Sudah pagi, sebentar lagi aku harus ke rumah sakit.

“eommaa.. eomma... eommaaaaaaaa..” aku berteriak mencari eomma di dapur dan kamarnya, tetapi ia tidak ada. “mungkin ke pasar?” tanya ku dalam hati. OH! Joo Hwan! Semalam aku meletakkannya di kamarku, apakah ia sudah bangun ya?

Dengan perlahan aku membuka pintu kamarku. dan yang membuat mataku terbelalak lebar adalah eomma yang sedang menggendong Joo Hwan, sambil bersenandung kecil untuknya. Eomma yang tengah memeluk Joo Hwan dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

“eomma..” aku menghampiri eomma dan memeluk pinggangnya, “eomma, Joo Hwan sudah bangun sejak tadi ya?”

“ani (tidak), baru saja dia bangun”

“eomma, dia tampan sekali ya?”

“iya, seperti ayahnya.”

Ayahnya. Ayahnya. Seperti ayahnya. Ya memang benar, seperti ayahnya. Bagaimana kabar ayahnya ya? Sudahlah.

“eomma, mungkin aku akan pulang telat malam ini.”

“kenapa?” tanya eomma sambil meletakkan Joo Hwan perlahan di kasur ku.

“ada operasi yang harus kutangani”

“baiklah, nanti kalau ada apa-apa segera hubungi eomma ya?”

“arasseo eomma (aku mengerti)”

Kemudian aku mengecup pipi Joo Hwan yang kemerahan itu, dan segera berlalu ke kamar mandi.

Aku harus melanjutkan hidupku! Aku tidak boleh terus-terusan mengeluh dan terus menyalahkan diriku sendiri, this is my destiny! Aku harus bekerja lebih keras dan lebih giat demi Joo Hwan! Aku harus memberikan kehidupan yang layak untuknya. Aku harus menjadikannya orang yang hebat jika ia sudah besar. Ya! Aku harus!

봄비Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang