this confussion

135 2 0
                                    

Woo bin mendengar isak tangis seorang wanita di ruang tunggu pasiennya. ia melihat ji hye sedang terisak, membekap mulutnya dengan kedua tangannya berusaha agar suara tangisnya tidak begitu terdengar. ia bingung dengan keadaan ji hye yang sejak tadi aneh. Ia juga bingung mengapa ji hye ada di depan ruang tunggu khusus untuk pasiennya.

“kau.. apa yang kau lakukan di sini ?” tanya woo bin sambil menutup pintu ruang praktiknya dari luar.

Ji hye masih saja terisak, kini tangisnya semakin kuat.

“menangislah sepuasmu di sini, aku akan pergi keluar membeli kopi, kau mau ?” tanya woo bin cuek, ia sebenarnya kasihan melihat keadaan wanita ini, tetapi ia bingung apa yang ia harus lakukan.

Ketika woo bin hendak melewati ji hye, ji hye memegangi tangan woo bin sambil perlahan-lahan mengangkat kepalanya.

“gajima (jangan pergi)” kata ji hye dengan suara paraunya, kemudian ia menarik tangan woo bin lebih keras, sehingga woo bin agak membungkuk ke arahnya, dan kemudian ia memeluknya erat.

Woo bin yang kaget dengan perlakuan ji hye hanya bisa melongo sesaat. Ia pun akhirnya menuruti kemauan ji hye dan tetap membiarkan tubuhnya di peluk ji hye.

Woo bin tidak sadar saat ini, tubuhnya bergerak lebih cepat daripada otaknya. Ia membalas pelukan ji hye sambil mengusap rambutnya.

DEG

Meskipun otaknya memerintahkannya untuk tidak melakukannya.

Ji hye menangis lebih keras dipelukan woo bin, kini jas putih woo bin telah basah oleh air mata ji hye.

“temani aku minum sebentar, kumohon” rengek ji hye sambil melepaskan pelukannya pada woo bin.

“kumohon, satu kali saja”

“hmm..” woo bin bergumam pelan. Kemudian melangkah di belakang ji hye.

Mereka akhirnya mampir di sebuah kedai kecil di belakang rumah sakit. Mereka memesan soju dan tteupokki.

Woo bin minum hanya 5 gelas, karena kalau lebih dari itu, ia bisa mabuk. Sedangkan ji hye sudah habis 2 botol.

Woo bin ingin menghentikannya, namun “ah, peduli apa aku” ucapnya dalam hati. Akhirnya ia membiarkan ji hye minum sampai 4 botol.

“hei, woo bin-a, kau itu sebenarnya tampan sekali, namun kau itu dingin.” Racau ji hye mulai tidak jelas.

“woo bin, apa sih yang kau lakukan kalau kau ada di posisiku ? kekasihku ternyata menghianatiku dan ia ... malah menikahi wanita lain, wanita yang tadi itu lho. Nah sekarang masa tadi dia memintaku mengasuh bayinya? Kau sakit hati tidak sih kalau kau jadi aku ?” racau ji hye, kini sambil menangis.

“kau itu jangan sok kuat, apasih yang kau lakukan? Tadi kenapa juga kau menamparku, kau pikir tidak sakit apa ? tapi.. hehe, aku juga jadi sadar, terima kasih, terima kasih Hyun Woo ku sayang”

Hyun woo ? siapa dia ?. ucap woo bin dalam hati.

Ah! Pasti laki-laki yang tadi ia ceritakan?

Kini tangan ji hye merenggut kerah kemeja woo bin.

“YA! Aku itu bertanya padamu!” bau alkohol menguar dari mulut ji hye, tatapan matanya pun seperti orang ‘teler’.

“aku ? aku akan mengasuh bayi itu” jawab woo bin pelan dengan suara dalam. Ia tahu, nasih bayi itu kurang lebih sama dengannya, dibuang dan ditinggalkan, sakit. Ia tidak mau ada bayi lagi yang mengalami hal yang sama sepertinya. Itupun ia masih beruntung, ayah angkatnya menyayanginya seperti anak kandungnya sendiri.

“sakit hati tidak sih ?” tanya ji hye

“sakit hati ? cih” cibir woo bin. “untuk apa sakit hati ? sakit hati itu untuk orang yang masih punya hati”.

“ya, benar. Kau itu tidak punya hatiiiii!!!” teriak ji hye. Untung saja kedai ini sepi, jadi yang mendengar mereka hanya ahjumma pemilik kedai itu.

Ji hye pun akhirnya tertidur di meja setelah berteriak.

“ckckckc”

Sudahlah, aku tinggal saja. “ahjumma, aku titip dia ya!” teriak woo bin kepada ahjumma itu.

Tetapi baru 5 langkah ia berjalan, perasaan tidak tega dan rasa bersalah melingkupinya. Ia pun akhirnya balik ke dalam kedai, dan berusaha menggendong ji hye di pundaknya.

“aduh! Dia berat sekali sih!” keluh woo bin.

Akhirnya woo bin menggendong ji hye sampai rumah sakit dan membawanya ke ruang praktiknya.

봄비Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang