Part 2.

19.6K 862 11
                                    

OLIVER

"Kau yakin baik-baik saja?"

Suara itu masih terdengar begitu jelas. Yah, aku tidak akan pernah bisa lupa bagaimana suara pria yang dulu pernah memaki dan mengejekku habis-habisan. Aku benci dia... Demi Tuhan sangat membencinya.

"Atas nama perusahaan kami, saya pribadi mengucapkan kata maaf yang sebanyak-banyaknya kepada anda Mr Hegwen. Saya harap anda bisa memaklumi sikap karayawan saya barusan."

Aku mengernyit heran, dalam hati aku berkata... Memangnya apa salahku?
Dan lihatlah.. pria itu justru tersenyum manis ke arahku, mengedipkan salah satu matanya dengan genit. Sialan! Kurang ajar sekali pria ini.

"Sebagai rasa bersalah kami atas insiden tadi, kami mengijinkan anda untuk memilih siapa saja yang akan melayani anda."

Ya Tuhan... apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana bisa Mrs Betty bersikap terlalu rendah diri begitu? Iblis macam apa yang sudah merasukinya?! Aku sampai tidak habis pikir. Sejak kedatangan pria itu ke butik ini... seluruh karyawan wanita bahkan sampai tak berkedip saat melihatnya.

Pria itu berjalan mengitari kami, memperhatikan kami satu persatu. Aku enggan menegakan kepala dan memilih untuk menunduk. Dalam hati aku berdoa... yah, siapa tahu dia memang sudah sepenuhnya lupa dengan wajahku. Tentu, tentu saja dia lupa... lagi pula siapa aku baginya sampai harus diingat seperti itu?

Diam-diam aku memperhatikannya dari sudut mataku... Kulihat dia sudah kembali berdiri di sebelah Mrs Betty.

"Bagaimana? Apakah ada salah satu di antara mereka yang akan anda pilih?" tanya Mrs Betty dengan nada cemas.

Pria itu terdiam cukup lama... membuat kepalaku terasa begitu lelah karena terlalu lama menunggunya dan harus tetap menunduk sampai dia benar-benar pergi dan menjauh dariku.

"Aku ingin dia. Gadis itu yang menemaniku."

"Akhirnya dia menjatuhkan pilihannya..." batinku. Aku bernafas lega. Sedikit demi sedikit berani mengedarkan arah pandangku.

"D-dia? Apakah anda yakin?!" kudengar dari nada bicara Mrs Betty yang kuyakini sedikit ada keraguan.

"Ya tentu saja. Saya pikir tidak perlu mengulangnya lagi. Anda tahu bahwa waktu saya begitu penting, dan tidak seharusnya terbuang sia-sia hanya untuk sesuatu hal seperti ini."

Bulu romaku merinding. Entahlah... aku sendiri tidak mengerti kenapa tiba-tiba rasanya menjadi horor begini.

Tatapan tidak mengenakan itu tertuju padaku. Seluruh karyawan wanita begitu terang-terangan memperlihatkan raut wajah tak sukanya, sedangkan Mrs Betty terlihat begitu pasrah kemudian mendekatiku.

"Sebenarnya ada apa?" bisikku pada Stevy. Gadis itu hanya terdiam lalu menggelengkan kepalanya.

"Oliver, ikut saya sekarang!" Kudengar perintah dari Mrs Betty begitu menggema.

Aku berjalan mengikutinya. Pria itu berjalan di sampingku sembari mengikuti Mrs Betty.

***

Kami telah tiba di lantai 2 butik ini. Langkah kakiku masih mengekori Mrs betty bersama pria sialan itu yang saat ini berada di sampingku. Lihat saja sepanjang perjalanan menuju lantai atas matanya sesekali menatapku dengan pandangan anehnya. Pria brengsek itu tersenyum menggoda dan membuatku seketika berpaling muka saat kulihat dia sedang terang-terangan menatapku dengan begitu liarnya.

"Sialan!" Lirihku mengumpat di sepanjang jalan.

Langkah kami berhenti. Kami bertiga saling berhadapan satu sama lain. Saat ini Mrs Betty memberi instruksi... Menjelaskan sesuatu yang harus kulakukan selama berada di bawah kuasa Pria brengsek itu. Tidak seharusnya aku melakukan pekerjaan ini, seharusnya bukan aku, gara-gara pria menyebalkan itu. Oh god!

CANDIDATE'S STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang