Part 12 [PRIVATE]

17.1K 648 60
                                    

Ada tiga hal yang paling aku benci di dunia ini.

1. Masa laluku
2. Alive
3. Dan perceraian kedua orang tuaku.

Meski semua berlalu cukup lama, tapi hal itu masih membekas dan seperti baru saja terjadi beberapa hari yang lalu.

Tidak semua masalalu itu berkaitan tentang kebahagiaan, tapi... apa yang telah terjadi padaku saat itu adalah sesuatu yang tidak seharusnya aku ingat di masa depan. Tapi bagaimana bisa aku lupa? Ketika orang yang seharunya aku lupakan kini telah kembali dengan sikapnya yang sedikit berbeda.

***

"Axelleon Alive Hegwen"

Kudengar Miss Bella mulai memanggil satu persatu muridnya.

Pria itu selalu berada di urutan pertama karena kelas ini hanya ada dua nama yang berawal dari huruf A. Entah mengapa... sejak kelas 1 Junior High School hingga saat ini, dia dan aku selalu berada di kelas yang sama.

Jika hal ini adalah sebuah kebetulan, maka anggaplah bahwa aku sedang tertimpa kesialan. Berada di dekatnya dalam waktu yang cukup lama, hal itu membuatku seperti terkurung di dalam neraka.

"Oliver Janne Wyhtsnell"

Aku benci ketika dia memanggil nama panjangku dengan nada yang mengejek.

"Oliver Janne."

Bahkan sekalipun dia hanya memanggil sebagian namaku, dia tetap saja meledekku.

"Olive, Apa yang sedang kau lakukan?!"

Kali ini terdengar berbeda. Bukan suara Alive yang kudengar saat ini. Selang beberapa detik aku baru menyadari ketika tatapan itu mengarah padaku.

"Kau ingin tetap berada di kelasku atau tidak, Olive?!" kata Miss Bella memperingati.

"Sa-saya... akan tetap di sini, Miss." jawabku tak enak hati. Semua orang terlihat sedang menatapku dengan pandangan yang tak suka. Aku selalu begini, di benci. Lagi pula siapa yang mau berteman dengan orang sepertiku?

"Dasar Tuli." Pandanganku beralih pada sosok anak laki-laki yang berada tepat di belakangku. Alive.

***

"Hey, Bulat. Apa yang sedang kau lakukan di sini? Ini tempatku, sialan!" Seorang anak perempuan itu menyingkirkan bekal makan siangku hingga akhirnya tumpah di atas lantai.

"Tidak bisakah kau bicara baik-baik padaku? Aku bisa pergi kelain tempat jika itu maumu."

"Pergi begitu saja setelah mengotori tempatku? Dengan kau duduk di sini saja sudah membuat tempatku ini tercemar virus. Bagaimana jika aku berubah menjadi buruk rupa sepertimu? Memiliki tubuh yang besar, dan bermuka tebal setebal kacamatamu itu?"

Hahaha~~~

Semua terdengar mentertawakanku.

Aku selalu berusaha bersikap tenang setiap kali menghadapinya. Aku berlutut sembari memunguti bekal makan siangku yang telah tumpah tanpa perduli bagaimana ucapan buruknya terhadapku. Aku bisa saja melawannya tanpa ada rasa takut, tapi... seberapa keras aku nelawannya, tidak ada satupun yang akan membelaku. Tidak, kecuali sahabatku, Abellena.

"Dan sekarang, coba kalian lihat apa yang sedang terjadi saat ini?! Dia sudah seperti gelandangan yang sedang kelaparan. mengais sampah di bawah meja. Ewh... menjijikan." ucap yang lainnya.

"Melihatnya di sini membuat selera makanku hilang." ucap Fellycia kemudian melenggang pergi bersama sikap sombongnya yang telah mendarah daging.

***

CANDIDATE'S STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang