"Pakai ini."
Kedua mataku mengerjap menatap sebuah pakaian renang di atas pangkuanku.
"Aku__,"
"Tidak ada bikini, Olive. Ini pertandingan umum. Akan ada banyak orang yang melihatmu."
"Tapi apa masalahnya? Tujuanku memang berenang, Apa kau pikir aku ini sengaja ingin memperlihatkan bentuk tubuhku pada semua orang? Aku ini cukup tahu diri, Alive."
"Aku tidak perduli. Bersiaplah, setelah ini kita akan pergi."
Pria itu selalu bersikap seenaknya. Aku berjalan meninggalkannya sendirian di ruang televisi. Bergegas pergi menuju kamar untuk mempersiapkan diri.
Hari ini adalah hari dimana Aku dan Fellycia akan bertemu. Setelah satu minggu yang lalu kami membuat sebuah taruhan pada saat itu, di hari inilah__kami berdua akan membuktikan siapa yang akan memenangkan pertarungan ini?
"Apa kau gugup?"
"Sedikit. Ya... Kau tahu bagaimana Fellycia. Dia terbukti pandai berenang, selalu menjadi juara setiap kali dia mengikuti ajang kompetisi berenang antar sekolah maupun nasional. Termasuk dirimu."
"Kau hanya perlu meyakinkan dirimu sendiri. Tidak perlu mikirkan bagaimana dan sepandai apapun dia, semua hal tidak ada yang mustahil."
Aku terdiam mendengar dia berbicara. Ada benarnya memang, jika bukan diri kita sendiri yang percaya, lalu siapa lagi? Kemenangan itu terletak pada diri kita sendiri, diri kita yang berusaha, dan kita sendirilah yang akan menuai hasilnya.
Aku menatap ke arah jendela. meski sesungguhnya bukan pemandangan di luar sana yang kulihat, melainkan bayangan Alive yang tak luput dari pandanganku saat ini.
***
"Aku memberimu waktu 5 menit untuk berpikir. Sebaiknya kau gunakan kesempatan ini dengan baik, Olive. Akan ada banyak orang yang melihat kompetisi ini. Aku tidak main-main dalam hal ini."
"Maju ataupun mundur, Apa yang bisa kudapat selain tetap saja rasa malu itu akan melekat pada diriku? Aku hanya bisa berusaha, selebihnya kita lihat nanti."
"Oke. Aku tidak akan memaksamu. Kompetisi ini akan di mulai beberapa saat lagi jadi, bersiaplah."
Setelah Fellycia pergi, Alive menggenggam tanganku. Dia ternyum begitu manis, berbisik tentang sesuatu yang tidak pernah bisa kulupakan.
kata-kata itu... Ya tuhan. Aku tidak bisa menjelaskannya."Untuk kedua peserta, di harapkan untuk segera menempatkan diri di area perlombaan."
Saat ini aku sedang berada di dalam ruang ganti. Aku berdiri di depan sebuah cermin, menatap bayanganku sendiri kemudian berbicara seperti orang gila. Aku bertanya seolah-olah cermin itu adalah cermin ajaib yang dapat menjawab segala hal apapun, termasuk kompetisi ini.
Melangkahkan kaki. Dalam keadaan gugup aku meyakinkan diriku sendiri. Aku berjalan dengan pasti menuju ke area perlombaan. Kulihat Fellycia sudah bersiap di tempatnya.
"Jadi.. Kau memakai itu?" bisiknya ke arahku.
"Apa masalahmu?" jawabku acuh.
"Tck. 3 tahun yang lalu, seharusnya itu miliku. Tapi yaa... sepertinya Alive tidak tahu apa yang kumau. Dan aku menolaknya."
"Sialan. Kalian sama saja." rutukku dalam hati.
"Jangan di pikirkan." Dia kembali bersuara. Seperti tahu apa yang baru saja kukatakan. Rasanya ingin sekali menyeretnya kemudian menjatuhkannya ke jurang. Ya Tuhan... Tenangkan dirimu, Olive.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDIDATE'S STEPBROTHER
RomanceSetelah sekian tahun berlalu, Oliver kembali bertemu dengan sosok pria yang paling di bencinya di masalalu. Alive tidak hanya kembali hadir membawa kenangan pahit yang mampu membuat kebenciannya kian bertambah, namun ada hal lain yang membuatnya leb...