Part 13 [PRIVATE]

15.8K 663 29
                                    

OLIVER

Marah.

Satu kata itu mewakili apa yang sedang kurasakan saat ini. Aku benar-benar kecewa atas segala tindakannya terhadapku selama ini. Dia tidak sebaik yang aku kira.

Beberapa jam yang lalu...

Mataku sudah terpejam saat wajahnya kian mendekat ke arah wajahku. Hembusan napasnya yang hangat bahkan dapat kurasakan mulai merambat di sekitar leher kemudian berhenti tepat di telingaku.

Dalam hal ini aku berpikir, Aku tidak merasakan apapun kecuali keheningan saja. Kedua mataku terbuka, namun kembali menemukan dia yang sedang menatapku dengan raut wajah yang sedang menahan tawa.

Aku mengernyit heran, hingga detik dimana dia melepas tawa itu kemudian aku menyadari pria brengsek ini baru saja mempermainkan aku.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanyanya di sela tawanya yang masih menggema di setiap sudut ruangan ini.

"Untuk yang terakhir kalinya aku memperingatkanmu. Setelah ini, jangan pernah sekalipun berbicara denganku!"

Setelah itu menarik selimut hingga nyaris menutupi seluruh tubuhku. Aku tidak ingin mendengar apapun lagi darinya. Aku tahu dia berusaha untuk meminta maaf, tapi tindakannya kali ini benar-benar membuatku marah.

"Hey, aku hanya bercanda... kenapa yang terjadi justru seserius ini?"

Hening~~~

"Olive, aku tahu kau belum tidur."

Bahkan ucapannya itu tidak mengubah apapun~~~

"Baiklah. Aku mengaku salah. Aku benar-benar minta maaf." gumamnya menyesali.

Dan aku sama sekali tidak bergeming. Kata penyesalan itu datang terlambat setelah tawa itu kudengar, mata ini tidak buta saat melihatnya begitu puas setelah membuat wajahku yang memerah karena menahan malu. Aku tidak menyangka dia akan bertindak bodoh seperti tadi. Sama bodohnya seperti aku yang mudah percaya hanya karena sikap manisnya akhir-akhir ini kepadaku.

***

Pagi ini aku memutuskan untuk kembali bekerja. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana raut wajah Mrs Betty yang kesal selama aku tidak ada di sana. Al... lupakan dan aku tidak ingin menyebut namanya pagi ini. Pria itu berkata bahwa dia sudah meminta ijin pada Atasanku langsung mengenai cuti sementara dengan alasan kekeluargaan. Aku tidak sepenuhnya percaya, meski pada kenyataanya Miss Laura, Atasanku itu sampai mengirim e-mail kepadaku hanya untuk membahas tentang persetujuannya itu.

Aku mempercepat waktu sarapan pagiku karena kulihat dia sudah turun dari lantai atas dan berjalan ke arah meja makan dengan penampilannya yang masih... Ahh sudahlah. Jika kujelaskan secara terperinci, hal itu hanya akan membuatku sulit beranjak kemanapun.

"Aku mencarimu kemana-mana, ternyata kau ada di sini."

Suapan terakhir. Nasi goreng itu sebenarnya masih tersisa banyak, meski rasanya enak... tapi tiba-tiba selera makanku hilang sejak kehadiran pria itu di sekitarku.

"Kau masih marah?" ucapnya langsung. Dia menyadari sikapku yang kurang bersahabat, atau raut wajah masamku yang tak dapat kusembunyikan dengan baik.

"Masih tidak ingin berbicara?" untuk yang kesekian kalinya dia bertanya. sepertinya dia tidak perduli dengan perkataanku tadi malam.

Setelah meminum jus strawberryku hingga habis kemudian mengusap pelan mulutku dengan tisyu, aku segera meraih tasku dan bergegas pergi tanpa berpamitan dengannya terlebih dahulu.

CANDIDATE'S STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang