Sorry for typo, ChingChingudeul^^
Happy Reading^^
"Ya Tuhan! Tidak adakah gaun yang lebih tertutup dari pada ini? Designer macam apa yang merancang gaun hingga kekurang bahan seperti ini? Lalu apa bedanya dengan memakai gaun ataupun bertelanjang di depan umum?"
Aku menggerutu sepanjang sesi berganti pakaian, sedangkan Alive menatapku dengan pandangan berbinar. Dasar pria brengsek!
"Sampai kapan kau akan terus menggerutu seperti itu?"
"Sampai dunia menelanmu hidup-hidup."
Aku berdecak sebal. Pria itu justru tertawa setelah mendengar ucapanku.
"Hanya di mimpimu saja. Cepat, kemari."
Oh.. Dan dia mulai berani menyuruhku.
"Tidak mau. Kau pikir kau ini siapa? Seenaknya menyuruhku kesana-kemari. Aku tidak akan melupakan sikap kurang ajarmu hari ini. Tidak! Bukan, bukan hanya hari ini saja, tapi hari-hari yang lain juga tidak akan pernah kulupakan. Ingat Alive, aku selalu mengingatnya dengan baik semua perbuatan burukmu terhadapku."
"Seburuk itukah aku di matamu? Kau saja yang selalu berpikiran negative tentang aku."
"Setelah semua yang kau lakukan selama ini, wajar saja jika aku selalu curiga terhadapmu."
"Ya, aku tahu. Dulu, mungkin sikapku memang kurang baik terhadapmu. Tapi semua itu hanya terjadi di masalalu."
"Apapun bisa saja terjadi. Bahkan seorang pemakai obat terlarang akan kecanduan setelah mereka mencoba barang haram itu. Jangankan mengkonsumsinya beberapa kali, sekali saja kau mencoba... maka akan timbul keinginan yang sama untuk melakukannya lagi."
"Dan aku bukan pecandu narkoba."
"Astaga.... Apa kau tidak mengerti juga? Itu hanya perumpamaan, bodoh!"
"Apa? Tidak. Ini lain. Seorang pecandu dengan terobsesi itu berbeda, kau tahu?"
"Terobsesi? Aku tidak membahas tentang itu. Apa hubungannya dengan itu,"
Aku terdiam beberapa saat. Ucapannya tadi membuatku berpikir ulang. Apa maksudnya?
"Tu-Tunggu! Apa katamu tadi? Terobsesi? Jangan katakan kalau kau...,"
"Kita harus pergi sekarang. Ayo cepat. Sebelum kita terlambat."
Dia menyela ucapanku. Benar saja. hal ini membuatku semakin curiga.
"Sebenarnya kau ini mau membawaku kemana, sih?" tanyaku setelah kami sudah kembali berada dalam mobil sport bewarna merah milik Alive.
Mataku menatap ke arah bawah, tepatnya pada karpet yang saat ini sedang ku injak. Sedikit kaget saat kulihat tidak ada sedikutpun noda lumpur yang menempel pada karpet bewarna hitam itu, dan... sepatuku?
"Kau! Ada dimana sepatuku?"
Aku bertanya sembari menatapnya dengan tajam. Apa dia tidak tahu bahwa sepatu itu kubeli dengan hasil jerih payahku sendiri? Pria itu benar-benar...
"Dimana sepatuku?!"
Aku kembali bertanya, sampai meninggikan nada bicaraku tapi pria itu sama sekali tidak menanggapi ucapanku. Aku mencengkram salah satu lengannya, dan kali ini sukses membuatnya menatap ke arahku sekarang.
Beberapa detik setelah kejadian itu... Alive menghentikan mobil ini dengan tiba-tiba hingga membuatku merasa begitu kaget. Aku menyentuh dadaku pelan, untuk sesaat aku mehirup napas kemuadian menghembuskannya secara perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDIDATE'S STEPBROTHER
RomanceSetelah sekian tahun berlalu, Oliver kembali bertemu dengan sosok pria yang paling di bencinya di masalalu. Alive tidak hanya kembali hadir membawa kenangan pahit yang mampu membuat kebenciannya kian bertambah, namun ada hal lain yang membuatnya leb...