Part 8

15.7K 699 29
                                    

Sorry For Typo Yaaa^^

Happy Reading All^^

Katakanlah bahwa saat ini aku mungkin sudah gila. Alive menciumku bukan di tempat lain seperti kening, tapi ini bibirku. Oh sialan! Apa yang bisa kulakukan sekarang? Bukan malah sebaliknya, merangkul lehernya dengan erat seperti meminta sesuatu yang lebih dari sekedar mengecup di tempat yang sama.

Aku baru menyadari sesuatu saat ciuman ini berakhir... Aku berada di pangkuannya, saat ini. Sungguh gila saat nafas beratnya berada diantara lekukan leherku. Kepalanya bersandar pada bahuku, sedangkan tangannya masih merangkul erat pinggangku.

"Apa yang sedang kau pikirkan, dan apa yang ada di dalam kepalamu saat ini adalah apa yang baru saja kita lakukan."

"Kau yang memulainya. Bukan aku."

Jelas saja aku menyangkal. Lagi pula... memang dia yang selalu memulainya, bukan? Dan bodohnya aku karena semudah itu terbuai olehnya. Brengsek!

"Apa yang kau makan beberapa tahun terakhir ini?"

"Apapun yang kumakan..
itu semua bukan urusanmu."

"Kalau begitu, mulai saat ini hal itu adalah urusanku."

"Memangnya kau siapa? Berani sekali berbicara seperti itu padaku."

Kami saling menatap. Selalu pandangan tajam yang kulayangkan, dan selalu saja... pada akhirnya senyum lima jarinya yang kudapat sebagai balasanya. Ini mengerikan.

"Berhentilah menatapku seolah-olah aku ini adalah mangsamu."

"Ya. Memang benar. Mangsa yang sekian lamanya aku incar."

"Apa? Apa kau sudah gila, huh? Lepaskan aku sekarang!"

"Mencari tahu apa yang ada di dalam pikirkan seorang wanita tentu tidak akan ada ujungnya. Ucapannya sering kali berdeda dengan tindakannya. Saat bibir itu berkata demikian, bahasa tubuhnya akan lain."

Dia menyeringai ke arahku, membuat bulu di sekujur tubuhku meremang karena merasa takut. Tapi... melihat sikapnya yang begitu percaya diri... Apakah dia berbikir bahwa aku akan kalah? Tidak akan! Aku tidak akan membiarkan dia semakin besar kepala setelah mengatakan kebenaran dari apa yang kurasakan sekarang.

"Apa maksudmu berkata seperti itu? Dengarkan aku baik-baik. Aku bukan wanita yang seperti itu!"

Lagi-lagi aku mengelak. Ya kalian tahu bukan... wanita juga memilik rasa gengsi yang sedemikian tinggi.

"Lalu apa yang baru saja kau lakukan itu, huh? Sudahlah. Tidak ada gunanya kita berdebat jika pada kenyataannya pria akan mengalah dengan apapun yang dikatakan oleh wanita."

"Tidak bisa begitu, kau sendiri yang sudah memulainya."

"Memulai apa, Olive?"

"Menciumku!"

Keheningan tiba-tiba hadir setelah kata2 nista itu keluar dari mulutku. Beberapa saat kemudian dia tertawa. Oh Ghost!

"Apa yang kau lakukan? Apa menurutmu hal ini lucu?"

"Ya. Kau benar-benar lucu... Lihatlah bagaimana raut wajahmu saat ini, Olive. Kau begitu menggemaskan."

Dia pikir aku akan termakan oleh rayuannya? Dia sangat salah.

"Aku memang tidak tahu apa saja yang telah terjadi padamu setelah berpisah saat itu. Tapi... percayalah bahwa hal paling menyedihkan bagiku adalah saat kau memutuskan untuk pergi meninggalkan kota ini. Aku merasa sekarang kau begitu ringan (read; kurus), maka dari itu aku bertanya apa saja yang kau makan selama ini...,"

CANDIDATE'S STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang