Part 18

7.6K 399 24
                                    

Sorry for typo gaess....
belom sempet di edit.. jadi kalo ada salah2 kata atau semacamnya, mohon di maklumi yaa😁

.
.
.
.
.

Alive berjalan lurus ke depan sembari menggenggam tangan Oliver yang saat ini ada di belakangnya. Gadis itu memilih untuk diam saja, kali ini dia tidak mencoba untuk melawan.

"Oliv." Panggil seorang pria tepat di ujung persimpangan. gadis itu tersenyum, Dyland datang di saat yang tepat. Tapi tidak bagi Alive, pria itu melayangkan tatapan tidak suka pada pria yang kini mulai berjalan menghampiri mereka.

"Aku mencarimu sejak tadi. Dan kalian mau kemana?" tanyanya pada Oliver, kemudian pandangannya beralih menatap Alive.

"Aku,"

"Aku tidak sengaja melihatnya di sini, dia bilang dia tersesat, untuk itu aku mengajaknya kembali." jelas Alive. Oliver sekilas menatap pria itu kemudian berdecak lalu memutar kedua bola matanya.

"Terima kasih banyak sudah mau mengantarnya. Jika tidak keberatan, bisakah dia bersamaku saja?" kata Dyland menawarkan diri. Pria itu memperhatikan keduanya, seperti pandangannya kini tertuju pada tangan Alive yang masih saja menggenggam tangan gadis itu dengan bebas.

"Bisa lepaskan ini?" ucapnya singkat. Sebelah tangan Dyland menarik gadis itu ke sisinya, sedangkan Alive tersentak tak percaya. Dyland benar-benar sialan. Tapi bagaimana pun dirinya tidak memiliki hak untuk menahan gadis itu terlalu lama.

"Sebaiknya kita segera kembali ke tempat acara. Aku tidak mau Jece sampai kecewa karena melihat kita tidak berada di sana." ujar Dyland lalu meraih bahu gadis itu dan mengajaknya berjalan bersama, meninggalkan Alive sendirian di belakang keduanya.

Sepanjang jalan pria itu sibuk mengumpat di belakang sembari merutuki dirinya sendiri karena telah bersikap seperti orang bodoh di depan mereka.

***

"Kalian kemana saja?" tanya Jece pada teman-temannya yang baru saja terlihat.

"Ceritanya panjang." kata Dyland lalu menyengir lebar.

"Jadi kalian tidak menikmati pertunjukan pameran yang baru saja kuadakan?"

"Tidak, bukan begitu. Oliver tersesat, Alive tidak sengaja menemukannya, sedangkan kami bertemu saat aku sendiri sedang mencarinya."

"Baiklah, kali ini aku maafkan. Dan untukmu Oliv, seharusnya kau bilang pada Dyland agar dia mau mengantarmu."

"Maafkan aku," ucap Oliver setengah hati. Haruskah dia menyalahkan Alive tentang kejadian ini? tidak mungkin dirinya mengaku pada Jece jika beberapa jam yg lalu mereka baru saja berciuman.

"Tidak. Semua ini salahku. Aku yang membiarkannya pergi sendirian." Kali ini Dyland yang bersuara. Dan di sini, hanya Alive yang tidak menunjukan reaksi apapun selain diam dengan raut wajahnya yang datar seperti biasa.

"Kau sendiri bagaimana?" tanya Jece sembari memperhatikan Alive.

"Apa? mereka sudah menjelaskannya. Apakah semua itu tidak cukup bagimu?" perkataan Alive telak membuat Jece sedikit kecewa. Seperti apa yang baru saja terjadi hanyalah sesuatu yang tak berarti.

"Lupakan saja. Bagaimana kalau kita berdansa?" Ajak Jece.

Oliver terkejut mendengarnya, Biasanya Pria yang akan mengajak pasangannya terlebih dahulu, tapi hal itu tidak berlaku pada gadis cantik di sampingnya itu. Alive tidak mungkin menolak, karena bagaimana pun gadis itu sudah mempertaruhkan harga dirinya di depan umum. Sebagai Jawaban, Pria itu hanya mengangkat bahunya dengan santai lalu menyambut kehadiran Jece kala gadis itu mendekatinya.

CANDIDATE'S STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang