AUTHOR
Alive terlihat begitu sibuk dengan berkas-berkas kantor yang kian menumpuk di atas meja kerjanya. Sejujurnya tidak ada hal lain yang dia kerjakan selain mengetuk-ngetuk penanya di atas meja sembari melamunkan sesuatu hingga dia tidak menyadari seseorang telah memanggilnya.
"Alive." Panggil seorang pria.
"Axelleon Alive" hingga saat ini dia sekalipun tidak memberikan respon.
"Axelleon Alive Hegwen?!" Dan untuk yang ke sekian kali nama itu di sebut, Alive bahkan baru menyadarinya saat orang itu menaikan nada bicaranya.
"Oh, maaf. Apakah ada hal penting yang ingin kau sampaikan?" tanyanya pada seorang pria bernama Joshua.
Joshua adalah sahabat Alive, pria itu menggantikan posisi merry yang sebelumnya bekerja sebagai sekretaris Alive. Wanita cantik itu menyerahkan surat pengunduran dirinya beberapa minggu yang lalu dengan alasan akan menikah.
Alive telah mengajukan sebuah penawaran dengan kata lain, Marry akan tetap bekerja dengannya setelah menikah nanti. Tapi di luar dugaan, wanita itu justru menolak tawaran itu karena sebelum menikah, Merry telah membuat sebuah kesepakatan dengan calon suaminya.
Selang beberapa hari setelah Merry keluar, Alive mendengar kabar bahwa Joshua baru saja menyelesaikan studynya di Inggris. Dan untuk memastikan kebenaran itu, Alive segera mencari tahu tentang keberadaan Joshua melalui orang-orang kepercayaanya.
Di dalam ruangannya, Alive hanya perlu duduk manis sembari menunggu kabar baik itu. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mencari tahu ada dimana pria itu sekarang? Karena seorang Alive tentu bisa melakukan apa saja, keculi... ya, kalian mungkin sudah tahu apa itu kelemahannya.
Kembali pada Joshua. Pria itu baru saja pulang dari Australia. Setelah menyelesaikan tugasnya di sana, dia memilih untuk kembali secepat mungkin karena ada hal penting yang harus dia sampaikan pada Alive. Tapi, setelah melihat reaksi Alive yang seperti itu, Joshua berpikir bahwa kedatangannya kali ini mungkin kurang tepat.
"Ada yang ingin kau sampaikan?" Alive kembali bertanya setelah sekian lama menunggu jawaban dari sosok pria di hadapannya itu.
Joshua berdecak tak percaya. Pria tampan dengan tinggi sekitar 180-an itu menatap Alive dengan pandangannya yang tajam. Setelah mendengar pria itu berbicara dengan gayanya yang sok angkuh dan menyebalkan, pada akhirnya__ Joshua akan tetap mendengarkan apa saja yang keluar dari mulut sialan super menyebalkan milik pria itu.
"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Joshua kemudian duduk di atas sofa berwarna hitam yang letaknya tak jauh dari Alive.
"Ya, seperti yang kau lihat, aku selalu baik-baik saja." ujarnya datar lalu menatap layar laptopnya kembali. Jika orang lain tahu apa yang sedang dia lakukan sekarang, mungkin mereka akan menganggap bahwa dirinya gila karena sejak tadi hanya mengetik, menghapus, kemudian mengetik kembali nama Oliver di layar laptopnya.
"Apa kau yakin? Ku beri tahu. Kau terlihat seperti anak remaja yang baru saja merasakan patah hati." canda pria itu lalu beranjak mendekat ke arah Alive.
"Shit! Siapa itu Oliver?" Lanjut Joshua bersama rasa ingin tahunya yang begitu tinggi
"Sialan! Apa yang sedang kau lakukan di sini?!" Alive bertanya dengan nada kesal setelah menyadari Joshua telah berdiri di sampingnya.
"Seharusnya aku yang bertanya padamu, Ada hubungan apa kau dengan Oliver?" tanya Joshua tak kalah sengit.
"Itu bukan urusanmu. Cepat Kembali ke ruanganmu, Josh." perintah Alive lalu berdiri menatap Joshua sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDIDATE'S STEPBROTHER
عاطفيةSetelah sekian tahun berlalu, Oliver kembali bertemu dengan sosok pria yang paling di bencinya di masalalu. Alive tidak hanya kembali hadir membawa kenangan pahit yang mampu membuat kebenciannya kian bertambah, namun ada hal lain yang membuatnya leb...