[14] Run

2.3K 291 46
                                    

Sorry for typo(s)
________________________________

Angin malam kembali menerpa kulit Audrey sehingga membuatnya mengeratkan jaket tipis yang ia kenakan. Hamparan bintang di langit sangatlah indah, namun benda itu tak mampu membuat perhatiannya dari lelaki itu teralihkan.

Harry duduk di depan, tepat di samping tempat duduk pengemudi. Lelaki itu belum mengatakan sepatah kata pun semenjak mereka menaiki mobil. Padahal, kalau Audrey hitung, ia yakin bahwa mereka sudah di dalam sana selama tiga jam lamanya. Mobil yang dikemudikan oleh Niall hanya berputar-putar entah ke mana. Tujuannya tidak jelas, sedangkan Audrey sendiri tidak mau bertanya lebih lanjut. Ia sudah cukup puas dengan penjelasan singkat mereka tentang suku pedalaman yang katanya menyerang warga desa itu.

Mila sudah jatuh tertidur di bahunya, sedangkan Niall sedang fokus menyetir. Lelaki itu tidak mau diganggu. Sedangkan Audrey, ia sendiri tidak bisa tidur. Ia ingin mengobrol dengan seseorang. Ia ingin membuka mulut untuk mengajak Harry berbicara. Namun ia tidak bisa. Ego milik Audrey terlalu tinggi.

Deru mesin mobil tiba-tiba saja terhenti. Niall memarkirkan mobil di sebuah hutan yang di sampingnya terdapat aliran sungai. Ia mencondongkan kepalanya ke luar jendela, mencoba melihat Liam yang mengikutinya atau tidak.

"Baik," ungkapnya setelah melihat keberadaan mobil yang lain. "Aku perlu tidur dan kita belum bisa langsung kembali ke kota. Jadi, sepertinya singgah dulu di sini juga tidak masalah. Kalian bisa keluar kalau mau."

Tanpa kembali berpikir ulang, Audrey langsung membuka pintu mobil diikuti dengan Harry yang ada di depannya. Kakinya melangkah menuju daerah tepi sungai yang berada tepat di samping mobil mereka. Ia mendudukan diri di sana, membiarkan angin malam berhembus melalui sela-sela jaket yang tidak ia kancing. Matanya menerawang pada kegelapan sungai tanpa pemikiran yang begitu fokus.

Rasa kantuk sama sekali tidak menghampirinya. Audrey merasa benar-benar terjaga dengan berbagai pertanyaan yang berputar-putar di otaknya.

"Boleh aku bergabung?" Tanya seseorang dengan suara familiar.

Audrey mendongak, ia melihat bayangan wajah Harry dengan rambut ikal yang sudah mulai panjang, lalu sedikit tersenyum.

"Tentu saja," ungkapnya sambil sedikit menggeser posisi duduknya ke samping. "Di mana yang lain? Mengapa kau tidak bergabung dengan mereka?"

"Kurasa mereka semua sedang tidur. Tadi aku sempat melihat Eleanor dan Louis yang sedang bercakap-cakap sambil tiduran di luar mobil, entah membicarakan apa," Harry yang tadinya sedang menatap ke depan lalu mengalihkan pandangannya pada Audrey. "Memangnya kenapa?"

Audrey menggeleng spontan, ia sedikit tertawa. "Tidak, hanya ingin tahu."

Setelah itu suasana menjadi semakin hening karena tidak ada lagi topik pembicaraan yang hendak mereka bahas. Audrey hanya bisa menikmati keindahan malam yang ada di atasnya. Sedangkan Harry, lelaki itu tanpa sadar sudah memandangi Audrey sejak tadi. Sampai-sampai ia hampir bisa menghafal setiap lekuk wajah gadis itu dan berbagai perubahan signifikan yang ada karena kegiatan kecilnya.

Bagaimana matanya mengerjap, bagaimana ia menerawang ke atas, bagaimana cara rambut pirangnya terjatuh sampai menutupi setengah wajahnya. Lalu bagaimana ia ketika membasahi bibir bawahnya karena sudah jadi kebiasaan.

Tiba-tiba saja Audrey menoleh, membuat Harry merasa kaget setengah mati.

Sialan. Apakah aku menatap bibirnya terlalu lama?

"Jujur saja, aku masih bingung dengan kejadian tadi," ujar Audrey. "Maksudku, nanti bagaimana dengan tugas praktik kita?"

Harry langsung menetralkan ekspresi wajahnya menjadi biasa saja. Ia sedikit berdehem untuk menutupi rasa terkejutnya. Batinnya sangat bersyukur karena dari apa yang ditanyakan Audrey berarti gadis itu memang tidak sadar telah dipandangi Harry sejak beberapa saat lalu.

Breathtaker || Zayn Malik / Harry Styles [au] [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang