[10] Collage Assigment

2.8K 300 43
                                    

Sorry for typo(s)

Pic of kitchen at mulmed.

______________________________

Harry sedang membaca jadwal kegiatan untuk besok ketika Zayn menanyakan sesuatu yang tidak pernah ia sangka akan keluar dari mulutnya.

Lelaki itu duduk pada sofa yang ada di depannya dengan sebuah rokok yang terselip diantara jari telunjuk dan tengahnya.

Tingkahnya masih seperti biasa. Tapi pertanyaannya tidak, karena Zayn tidak pernah menanyakan hal yang tidak penting. Lelaki itu terlalu tidak peduli dengan masalah orang lain sehingga membuatnya tidak sering bertanya mengenai hal-hal kecil.

"Siapa yang sekarang dapat giliran memasak?" Tanyanya datar.

"Audrey."

"Perempuan tidak bisa memasak. Kalau tidak merusak rasa masakannya, dia hanya akan melukai dirinya sendiri."

Harry meletakan kertas bertuliskan jadwal kegiatan itu di atas meja. Matanya menajam, seolah tidak terima dengar perkataan Zayn.

"Tidak bisakah kau bersikap lebih baik padanya? Asal kau tahu, ia sudah berpikir bahwa kau membencinya. Sekarang berhenti bersikap seperti itu. Kau tidak bisa terus-terusan membuatnya merasa buruk."

Zayn menghisap rokok miliknya, lalu mengerling pada Harry dengan malas. "Apa pedulimu kalau aku membencinya? Aku tahu kau menyukainya. Jadi teruskanlah apa yang kau mulai. Kau bahkan lupa dengan larangan itu."

"Sudah berapa kali aku mengatakan padamu untuk tidak membawa-bawa masalah itu?!" Ujar Harry dengan suara meninggi. "Hanya karena masalah pribadimu sejak dua tahun lalu, kau jadi selalu mempermasalahkan larangan konyol itu."

Rahang Zayn mengeras seiring kalimat yang dilontarkan Harry. Ia mematikan rokoknya begitu saja. Rasanya sangat memuakan kalau mendengar seseorang mengungkit lagi masa lalunya. Dan kali ini, lagi-lagi lelaki ini mengungkitnya. Padahal ia tidak tahu pasti dengan apa yang sedang ia bicarakan.

"Konyol katamu?" Zayn tertawa sarkastik. "Kau sendiri yang berkata ingin berhenti melukai orang. Tapi sekarang kau justru mendatangkan bahaya pada seseorang."

"Kita sudah mempersiapkan semuanya. Berhentilah bersikap paranoid. Kenapa kau menyerah begitu saja pada takdir dan kembali menjadi pecundang? Berhenti bersikap egois, kami semua membutuhkanmu sedangkan kau sendiri bersikap sangat tak acuh."

"Egois katamu? Bukankah aku sudah memaparkan pernyataanku waktu kita berhenti mengolah obat penawar itu? Sekarang siapa yang jadi pencundang karena tak bisa mengontrol perasaannya pada seorang gadis?!"

Zayn sudah berdiri dari tempatnya dan hampir meraih kerah kemeja Harry ketika seseorang menginterupsi mereka.

Niall segera menahan Zayn yang sebentar lagi lepas kontrol. Harry dan Zayn pernah berkelahi sebelumnya hanya karena masalah yang sama seperti yang baru mereka bicarakan. Akibatnya adalah hampir membuat, Niall, Liam, dan Louis kehilangan selera makan selama satu minggu penuh. Ia tidak mau hal seperti itu terjadi lagi. Terlebih, sekarang bukan hanya ada mereka berlima yang ada di sini.

"Demi Neptunus! Bisakah kalian tidak bertengkar tiap kali ditinggal berdua?!" Keluhnya kesal. "Aku tidak mau kehilangan nafsu makan selama satu minggu lagi. Tidak akan pernah."

Zayn memandang Niall sekilas, ia berdecak dan segera menjauhkan tangan lelaki itu dari bahunya.

Disenderkannya punggung pada sofa, Zayn menatap kosong ke arah depan. Sudah sejak lama ia punya masalah dalam mengontrol emosi. Dan untuk kesekian kalinya, lagi-lagi Harry yang membuatnya hampir kehilangan kendali.

Breathtaker || Zayn Malik / Harry Styles [au] [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang