sorry for typos.
_________________________
Malam ketika diculik, Audrey merasa patut dipanggil heroik, keren, tak kenal takut dan sebagainya. Ia masih ingat bagaimana dirinya melawan Carter beserta pasukannya. Ia masih ingat adrenalin yang memacunya untuk balik menyerang mereka semua. Ia masih ingat semua bualannya pada Carter, hingga kemudian hari-hari selanjutnya segala hal bertambah buruk, jauh dari apa yang ia perkirakan. Audrey sampai tidak betah lagi untuk hidup kalau saja ia tidak memikirkan orang-orang berharga yang ada di sekitarnya.
Audrey pernah mengutarakan bahwa Carter tidaklah menakutkan. Yang kenyataannya memang begitu. Carter bisa dibilang pendek untuk ukuran laki-laki. Garis rahangnya juga tidak setegas ayahnya yang membuat pria itu tampak garang. Intinya, Carter sangat tidak cocok untuk menakut-nakuti orang. Ia hanya pandai menggertak dan melaksanakan gertakannya. Itulah masalah dari lelaki itu. Masalah yang lebih tidak menyenangkan dibandingkan sekedar fisik yang mampu mengintimidasi.
Sehari pertama, mental Audrey disiksa gila-gilaan. Ia sampai mau menangis ketika lelaki sialan itu membahas mengenai masalah keluarganya. Entah bagaimana cara Carter tahu seluk-beluk keluarga Audrey yang ada di Australia. Carter membawa-bawa kasus kakak perempuan Audrey yang telah meninggal akibat penindasan di Sekolah Menengah Pertama. Ia juga mengungkit masa lalu ayahnya yang pernah terlibat kasus pidana. Tidak lupa dengan Carter yang menawarinya makanan basi. Demi Tuhan, Audrey sudah ingin menonjok laki-laki itu kalau ia tidak diikat.
Hari kedua, segala hal semakin bertambah buruk, buruk, dan buruk. Audrey tidak menyangka, tapi hal tersebut memang terjadi. Seseorang yang dikenalkan sebagai teman—secara tidak ikhlas—datang bergabung dengan Carter. Ia berkata ingin menjenguk Audrey untuk melihat keadaan gadis itu. Masalahnya, Audrey kenal orang itu dan ia sudah menyakinkan dirinya bahwa ia sangat membeci orang itu setelah apa yang dilakukannya dua hari belakangan ini.
Hinaan mungkin masih bisa Audrey terima. Siksaan menyakitkan juga bisa ia tahan, meski ia harus menggigit bibir bawahnya sampai berdarah. Teriakan kemarahan? Audrey juga bisa menahannya kalau saja kemarahan itu tidak ditunjukan untuknya yang notabennya tidak melakukan kesalahan apa pun.
Waktu itu sudah menjelang sore hari di tanggal sembilan belas. Audrey tidak tahu apa yang terjadi atau apa yang akan terjadi. Carter tidak memberitahunya apa pun, Audrey benar-benar buta. Buta dalam arti yang tidak sebenarnya meski dalam dirinya, Audrey juga merasa buta akibat berada di ruang sempit dan gelap terus-terusan.
Orang yang dinyatakan sebagai teman Carter itu memasuki ruangan. Ia melayangkan tatapan mencemoohnya pada Audrey, hal yang sudah sangat dikenali gadis itu. Tangannya membawa nampan berisi empat buah kentang goreng gosong dan juga segelas air putih. Langkahnya ringan. Suaranya amat halus saat berkata, "Audrey, aku membawakan makanan untukmu. Aku tahu, kau pasti lapar."
Audrey muak. Ia berusaha sekeras mungkin untuk bersikap seperti biasa. Tampak tak acuh dan tak terpengaruh—hal yang sangat sulit dilakukan ketika tubuhnya dipenuhi memar dan perutnya merintih ingin diisi.
Alih-alih suara dingin, suara paraunya terdengar ketika berucap, "Kau kemanakan balok keramatmu itu, Aiko?"
Gadis berwajah oriental itu tertawa. Tawa yang akan terlihat anggun kalau saja tatapannya tidak setajam dan sejijik itu pada Audrey.
"Benda itu pun harus langsung dibuang begitu mengenai tubuhmu. Tidakkah kau lihat betapa rendahnya dirimu saat ini, Audie? Kotor, tidak berdaya, tidak berharga, dan ... " Aiko mengeluarkan suara pura-pura muntah.
Audrey mendengus. Ia menahan air matanya agar tidak segera tumpah hanya kerena hinaan norak yang baru diucapkan lawan bicaranya itu. Dua hari menghadapinya sudah sedikit membuat Audrey dapat menyesuaikan diri. Meski hatinya sudah membentak-bentak tidak jelas dan berkali-kali meraungkan sumpah serapah yang tak biasa diucapkan oleh mulutnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathtaker || Zayn Malik / Harry Styles [au] [discontinued]
Fanfiction"I don't wanna let you know.. Just read this book." Aku hanya akan menceritakan tentang usaha Audrey Alisson yang tidak berhasil melawan rasa ingin tahunya setelah mengenal sekelompok orang di kampusnya. Keingintahuan yang semakin sulit ditolak sete...