Sorry for typo(s)
____________________________
"Oh, tentu saja!"
Audrey membekap mulutnya sendiri setelah kalimat itu terlontar dari mulutnya. Ia sama sekali tidak sadar bahwa dirinya bisa dengan reflek mengucapkan itu. Padahal Audrey hanya terlalu terpesona dengan senyumannya. Ia tidak siap untuk menghadapi senyuman dengan dua lesung pipi yang sejak pertama kali melihatnya sudah membuatnya hampir pingsan.
Mila sedikit berbisik pada Audrey sehingga membuat gadis itu menoleh. Ia menunjuk Harry dengan ekor matanya. Lelaki itu ternyata masih memandang Audrey yang tadi baru saja mengiyakan tawarannya untuk bergabung.
"Sial," gumam Audrey pada diri sendiri. Ia mengambil napas dalam sebelum kembali menarik pergelangan tangan temannya itu. "Ayo, tidak apa-apa. Tidak apa-apa."
Mila mengikuti langkah Audrey untuk menghampiri meja yang ditempati kelima lelaki itu. Sesekali ia mengernyit setelah mendengar gumaman Audrey yang terus menerus berkata tidak-apa-apa. Ia mengatakan kalimat itu untuk menenangkan dirinya sendiri alih-alih membuat Mila agar ikut tenang.
Telapak tangannya mencengkram erat pergelangan tangan Mila. Ekspresi wajahnya terlihat kaku, seolah-olah mereka seperti sedang menghampiri maut.
Hal itu mau tidak mau hampir membuat Mila terbahak. Namun ketika sudah berada tepat di depan mereka semua, Mila langsung menarik niatnya untuk tertawa. Ia mengerti kenapa Audrey berekspresi seperti habis melihat hantu. Karena rasanya memang jauh berbeda dari itu.
Mila menatap kelima lelaki itu satu per satu. Memang, tidak ada yang salah. Mereka semua terlihat sangat normal. Bahkan wajahnya sangat tampan. Tapi ada hal janggal yang membuat Mila setuju dengan ucapan Audrey yang menginginkan pergi dari kantin ini sekarang juga.
Berada di dekat mereka entah kenapa mampu membuatnya takut. Padahal dari kelima lelaki itu tidak ada yang marah-marah. Bahkan, lelaki yang tadi menyapa Audrey sedang tersenyum manis pada Audrey dan dirinya.
"Y-yeah, Harry, ada apa?" ujar Audrey gugup.
Harry tertawa, "Santai saja, Audie. Kami tidak menggigit, kok."
"Betul sekali, kami tidak menggigit. Lebih senang dengan opsi lain," tambah Louis sambil terbahak.
Niall langsung menginjak kaki Louis dengan keras, membuat lelaki itu mengaduh dan langsung tutup mulut. Harry hanya bisa tersenyum masam melihat temannya yang tidak bisa mengunci mulutnya. Ia kembali mengalihkan perhatiannya pada Audrey yang ternyata sedang memaksakan seulas senyum padanya.
"Sungguh, tidak apa-apa. Kami semua orang baik," kata Harry. Kali ini ia sedikit mengerling pada Louis untuk memberi tatapan memperingati padanya. "Duduk saja."
"Eh—tidak perlu. Aku baru saja mau keluar bersama temanku," Audrey menoleh pada Mila. Meminta bantuan untuk mengiyakan ucapannya. Mila dengan cepat mengangguk, ia sedikit bergumam 'yeah' untuk memperkuat peryataan Audrey. "Ngomong-ngomong, ini Mila, temanku. Dia anak Seni."
Audrey sedikit mengenalkan Mila pada Harry. Mereka hanya mengangguk dan menggumamkan nama masing-masing tanpa berjabat tangan. Melihat Mila yang diam, Audrey mulai berasumsi bahwa temannya ini sudah menangkap alasan mengapa Audrey mati-matian ingin pergi dari sini secepatnya.
"Baiklah, kalau begitu. Aku Cuma ingin mengajakmu—kalian berdua—ke apartemen kami untuk membicarakan projek lapangan yang dikatakan Mr. Robert. Kalian pasti tahu 'kan?"
"Apartemen kalian?" tanya Audrey terkejut. Ia tersadar, dan langsung berdehem untuk menetralkan suaranya. "Maksudku, kau ingin kami sekelompok dengan kalian untuk tugas itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathtaker || Zayn Malik / Harry Styles [au] [discontinued]
Fanfic"I don't wanna let you know.. Just read this book." Aku hanya akan menceritakan tentang usaha Audrey Alisson yang tidak berhasil melawan rasa ingin tahunya setelah mengenal sekelompok orang di kampusnya. Keingintahuan yang semakin sulit ditolak sete...