sorry for typos.
________________________
Audrey sedikit merasa heran ketika Harry mendatanginya petang itu. Setelah berdebat agak panjang dengan Zayn beberapa jam lalu, ia memutuskan untuk membantu Aiko merangkai bunga. Iya, perempuan keturunan Asia itu ternyata suka merangkai bunga.
Mereka juga sedikit berbincang mengenai kehidupan satu sama lain. Kendati demikian, Aiko lah yang menguasai sebagian besar perbincangan mereka. Karena Audrey sendiri tidak ingat dengan kehidupannya yang dulu.
Kala itu Aiko sedang menuturkan tentang kedekatannya dengan Zayn di masa kecil. Mereka yang sering main bersama, ini itu. Namun tidak semua cerita Aiko berhasil didengar Audrey. Karena, entah kenapa hatinya berontak untuk mendengarkan lebih jauh saat Aiko mengungkit-ungkit topik mengenai Zayn Malik.
Sebenarnya ada apa dengan lelaki itu?
Sayangnya Audrey sendiri tidak tahu.
Ia bangkit dari tempat duduk, berkata hendak ke belakang ketika Harry menemuinya. Ia datang sendiri, tidak bersama Niall. Padahal mereka berdua pergi bersama.
"Kau ikut ke rumahku, ya?" Begitu kata Harry. Perkataannya berhasil menarik perhatian Aiko. Perempuan berambut hitam itu membalas sebelum Audrey sempat membuka mulut.
"Kalian pergi? Zayn juga?" Nada terkejut kentara sekali sampai Aiko tak mampu menyembunyikannya.
Harry mengalihkan pandangannya pada Aiko. Ia tersenyum simpul. "Iya, dia bilang kami tidak boleh merepotkanmu."
Aiko mengangguk kaku, ia kembali berkutat dengan rangkaian bunganya. Kali ini tinggal Audrey yang ingin bertanya.
"Apa aku harus ikut?"
"Tidak. Tapi, lebih baik kita bicarakan di luar. Sambil jalan," Harry menengok pada Aiko. Ia menganggukan kepalanya. "Aiko, terimakasih atas semuanya. Kami minta maaf kalau menganggumu tadi malam."
Aiko mendongak, ia tersenyum--lagi-lagi terlihat terpaksa. "Tak apa, aku malah senang kalian di sini. Tapi, kapan-kapan bolehkah aku berkunjung?"
Mengerti maksud tersirat gadis itu, Harry hanya tersenyum tipis.
"Kalau kau meminta izin padaku, tentu saja boleh. Kalau Zayn, ya.. aku kurang tahu," digandengnya tangan Audrey. "Kami pergi dulu, Aiko. Sekali lagi, terimakasih."
Berjalan melenggang keluar rumah, Harry dan Audrey meninggalkan Aiko yang tampak merenung.
Di luar, Harry benar-benar melakukan apa yang barusan ia katakan. Berbicara sambil jalan. Iya, mereka akan ke rumah Harry jalan kaki. Tidak ada kendaraan di sini. Padahal jarak rumah Aiko dengannya bisa dibilang cukup jauh.
"Kau tak apa 'kan kalau kita jalan kaki?" Harry bertanya, memandang Audrey yang tengah sibuk mengikat rambutnya agar tidak tersapu angin.
"Tidak, tentu saja tidak," ia tersenyum lucu. "Asal ada kau yang siap kujadikan tumpangan kalau aku lelah."
Harry tertawa pelan, ia mengulurkan tangan untuk mengacak rambut Audrey. Membuat gadis itu cemberut. "Tentu saja, Nona. Nah, sebelum ini aku mau bilang, kau boleh saja tidak tinggal di sini kalau kau mau."
Audrey berpaling cepat, "kau mau mengantarku? Aku memang sudah ingin cepat-cepat bertemu keluargaku!" Ungkapnya bersemangat.
"Sayangnya tidak, Audrey," Harry terdengar menyesal. "Aku minta maaf. Tapi ada yang harus kuselesaikan di sini sehingga aku tidak dapat--err--meninggalkan tempat ini dalam waktu dekat. Kau bisa pulang sendiri kalau ingin. Nanti kuberitahu rute jalannya. Kau juga bisa menelponku. Ah, ya, satu lagi. Keluargamu tidak ada di sini, ingat? Aku sudah bilang kalau kau anak beasiswa, asal negara Australia. Keluargamu di sana, kau di sini tinggal sendiri. Nama belakangmu Alisson. Kedua orangtuamu punya toko roti, lalu--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathtaker || Zayn Malik / Harry Styles [au] [discontinued]
Fanfiction"I don't wanna let you know.. Just read this book." Aku hanya akan menceritakan tentang usaha Audrey Alisson yang tidak berhasil melawan rasa ingin tahunya setelah mengenal sekelompok orang di kampusnya. Keingintahuan yang semakin sulit ditolak sete...