sorry for typos
__________________________________
Meja berbentuk persegi panjang yang lebar itu terlihat normal sekali ketika dikelilingi oleh lima lelaki. Mereka berlima duduk di tiap kursi yang menghadap pada meja.
Suasana sangatlah sunyi. Tidak ada yang mau membuka mulut. Padahal, mereka semua sudah tau hal apa yang harus dibahas.
Niall, orang yang mengusulkan perundingan ini, sedang menatap Zayn serta Harry dengan jengah. Ia mengharapkan dua orang itulah yang angkat bicara terlebih dahulu. Sedangkan Liam dan Louis, keduanya malah tampak kelelahan dengan posisinya yang sedang bertopang dagu.
Louis sesekali menguap. Niall berdecak pelan, akhirnya ia berdehem sebelum berbicara.
"Jadi, di sini kita harus membahas mengenai--"
"Tidak usah sok formal, Horan. Bicaralah dengan cepat. Aku sudah ngantuk," Louis menyela dengan malas.
Niall mendengus, ia mengabaikan kalimat Louis barusan. Lelaki itu memang sering merusak suasana. Padahal semua ini niatnya akan berjalan serius.
"--membahas mengenai kesalahan yang kita perbuat. Kalian tau kesalahan apa?"
Lagi-lagi, Louis yang menjawab.
"Ditakdirkan menjadi seperti sekarang ini. Yeah, itu kesalahannya."
"Bukan, Bodoh," desis Niall. Kentara sekali sedang kesal. "Kita melibatkan terlalu banyak orang. Para perempuan itu. Tapi yang terpenting adalah Audrey dan Mila. Dua orang itu belum tahu mengenai apapun. Jadi, bagaimana?"
Tidak ada yang menjawab. Niall masih menumbukan pandangannya pada Zayn dan Harry. Tapi keduanya tetap bungkam. Baru ketika Niall hendak kembali angkat bicara, Liam menyuarakan pendapatnya.
"Beritahu mereka," jawab Liam singkat. Semua orang di dalam ruangan ini langsung menyiratkan tatapan apakah-kau-gila? "... atau, pulangkan mereka. Aku tadi belum selesai bicara. Jangan pandangi seperti itu!"
Kediaman itu kembali muncul. Lagi-lagi menandakan bahwa kedua ide tersebut tidaklah bagus. Tapi, tidak ada jalan lain. Memangnya apa yang bisa mereka perbuat? Keadaan sekarang ini sudah semakin parah. Masalah itu tidak bisa diselesaikan hanya dengan kabur. Karena, mereka akan terus dikejar kalau tetap kabur dan bukannya menghentikan akar permasalahannya.
Sepertinya Niall tidak bisa menahan dua insan itu untuk tetap bungkam. Akhirnya ia menanyai mereka berdua akan ide apa yang terbaik.
"Pulangkan mereka saja," Zayn berkata singkat. "Tugas kita selesai. Kita sudah menyelamatkan mereka. Jadi, sekarang cukup pulangkan. Seperti katamu, sudah terlalu banyak orang yang terlibat."
Hampir semua diantara mereka berempat setuju dengan pendapat tersebut. Tapi beberapa detik kemudian Harry menyela.
"Keadaan masih tidak aman. Menurut kalian, kita akan memulangkan mereka berdua kemana?" Tuntut Harry. Suaranya terdengar sangat normal, tidak terasa ngotot ataupun apa. "Jadi, lebih baik beritahu mereka. Aku yakin mereka akan segera memaklumi. Seperti halnya Soph dan Ele."
"Kau kira mengatakan kebenaran mengenai identitas kita semudah mengumumkan tugas kuliah dari dosen?"
"Itu lebih baik daripada mengembalikan mereka ke kota yang sedang dalam keadaan buruk. Kau sendiri tidak memikirkan itu? Bagaimana dengan keselamatan mereka?"
"Bagaimana dengan keselamatan mereka? Yang benar saja. Kita sudah menyelamatkannya," Zayn menatap Harry seakan lelaki itu sangat bodoh. "Kau tidak berpikir efek apa yang bakal terjadi kalau kita memberi tahu semuanya? Mereka akan menanyakan banyak hal. Termasuk masalah besar ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathtaker || Zayn Malik / Harry Styles [au] [discontinued]
Fanfiction"I don't wanna let you know.. Just read this book." Aku hanya akan menceritakan tentang usaha Audrey Alisson yang tidak berhasil melawan rasa ingin tahunya setelah mengenal sekelompok orang di kampusnya. Keingintahuan yang semakin sulit ditolak sete...