Hello person, happy reading!***
Hijab untuk perempuan dan sholat berjama'ah di masjid bagi laki-laki. Sama hukumnya. Wajib.***
Alifia Bilqis sent a picture.
Alifia Bilqis : Mas diriku cantik, enggak?
Rasya Athaya : Cantik.
Alifia Bilqis : Udah? Gitu doang responnya? Nyesel aku udah ngirim. Tega kamu, mz! Kretek ... kretek ... kretek (ceritanya bunyi hati yang patah)
Rasya Athaya : Apa sih, Dek? Jelas banget. Haha. Cantik kok, Adeknya aku selalu cantik. Apalagi hijab-an gitu, Masya Allah cantiknya, bidadari surga pasti iri sama kamu, Dek. Di pertahanin yaa!
Bilqis melempar hapenya ke tempat tidur Rere, "Kenapa, Qis?" tanya Rere.
"Si Abang kebiasaan, deh," gerutu Bilqis.
Rere mengerutkan keningnya, "Kenapa?" tanya Rere lagi.
Bilqis mengangsurkan ponselnya yang tadi di lempar ketempat tidur ke Rere. Rere membaca isi What's App-an antara Bilqis dan Rasya.
"Loh, kenapa emangnya? Abang kamu cuma bilangin, kan?"
"Aku enggak suka, Re," tandas Bilqis. "Aku pasti suatu saat nanti bakal hijab-an kok, pake kerudung kaya kamu. Tapi nanti setelah aku siap."
"Kapan?" tanya Rere.
"Apanya?"
"Kamu siapnya?"
"Ya ... nanti, biarin aja aku perbaiki diri aku dulu, hatiku dulu, kalo hatinya udah bener, baru luarnya."
Rere tersenyum, mendengar jawaban Bilqis. "Nanti? Nanti kapan, Qis? Yakin umur kamu sampai nanti, seperti yang kamu sebut itu?" Rere menekan kan kata nanti. "Hijabnya duluan, hatinya ngikut sambil jalan, Qis. Jangan terbalik."
"Perkara hijab bukan perkara yang mudah, Re. Aku enggak mau pake kaya orang-orang yang masih suka lepas-pasang--walau kadang kalo pergi aku suka pake kerudung--maksudku, kalo emang nanti aku udah mau berhijab, aku mau itu untuk selamanya. Perkara kapan? Ya ... enggak ada yang tau, bisa besok, bisa tahun depan, atau nanti saat aku udah nikah."
"Kenapa?"
"Apanya yang kenapa, Re?"
"Kenapa bisa ada kemungkinan, kamu mau pake kerudung setelah menikah nanti?"
Bilqis mengangkat bahunya, "Mungkin karena aku mau jadi yang terbaik buat suamiku, nanti."
Rere berdecih, "Kamu mau jadi baik buat suami kamu nanti? Kamu tau enggak, orang yang bakal jadi suami kamu nanti itu hamba Allah, kamu enggak mau keliatan baik dihadapan Allah?" tanya Rere. "Lagian kamu emang enggak sayang sama Papa kamu? Selama kamu belom nikah, kamu itu tanggungan Papa kamu, Qis. Dosa yang tercatat atas namamu, tercatat pula dicatatatan Papa kamu. Satu helai rambut pun tercatat, Qis. Tercatat."
Bilqis spechless. Bilqis selalu kagum bagaimana cara berfikir Rere, tentang apapun.
Antara Bilqis dan Rere memang terlalu banyak perbedaan, seperti perbedaan langit dan bumi, perbedaan antara siang dan malam. Tapi perbedaan itu menselaraskan, perbedaan yang membuat persahabatan mereka semakin indah.
***
"Assalam'mulaikum," ucap Bilqis begitu masuk ke dalam rumahnya.
"Wa'alaikum salam," jawab Rasya, "Sudah makan, Dek?" tanya Rasya yang duduk di sofa depan tivi bersama kertas--entah kertas apa.
"Tumben dirumah, Abang enggak ke Gemintang?" Bilqis duduk disamping abangnya.
"Enggak, Gemintang sementara di urus sama Mbak Cinta, Abang lagi ngurus buat perekrutan staff baru," jelas Rasya.
Bilqis mengangguk tanda mengerti, " Abang, aku boleh tanya sesuatu?"
"Formal banget," ejek Rasya, "tanyakan apa yang bikin kamu gelisah kaya sekarang, Dek," ucap Rasya tanpa menghentikan kegiatannya.
Bilqis menggigit bibir bawahnya, "Hm ... emang kalo pake kerudung itu, wajib banget, ya?" cicit Bilqis.
Rasya menghentikan kegiatannya, fokusnya sudah teralih ke adik semata wayangnya. "Hijab buat perempuan, dan sholat berjama'ah di masjid buat laki-laki, itu hukumnya wajib. Masih inget hukum wajib, kan?"
Bilqis mengangguk sebagai jawaban, "Bila dikerjakan dapat pahala, ditinggalkan dapat dosa, kan?"
Rasya tersenyum, adiknya memang pintar, sekali dikasih tau tentang apa pun pasti langsung paham, cuma terkadang suka ngeyel, dan menyangkal. Rasya tau, sebenernya Bilqis paham banget tentang kewajiban muslimah untuk berhijab, karena enggak sekali-dua kali Rasya memberitahukannya. Tapi Rasya juga tau, Bilqis itu manusia keras kepala yang unik, dia akan menyangkal terus-terusan jika statment yang di kasih oleh lawan bicaranya tidak sesuai dengan fikirannya, apa lagi dengan alesan yang tidak masuk di akal.
Wanita itu terbuat dari tulang rusuk yang bengkok, maksudnya, kalau di kerasi, akan patah, tapi kalau di diami, tak akan sempurna.
Bicara sama Bilqis harus sabar, kalau memang kita bisa membalas statment dia dengan benar dan pas di hati Bilqis, dia pasti akan mengikutinya. Percayalah Rasya sudah lebih dari paham bagaimana cara menghadapi Bilqis.
"Wanita itu cuma punya dua pilihan, Dek," kata Rasya. "Menjadi sebaik-baiknya perhiasan dunia, atau menjadi seburuk-buruknya fitnah dunia. Kamu pilih mana?"
"Sebaik-baiknya perhiasan dunia," cicit Bilqis. "Tapi ... apa harus berhijab? Enggak ada cara lain?"
"Berhijab itu wajib bagi mereka yang menyebut dirinya muslimah, dan enggak ada alesan untuk itu" papar Rasya, "Allah membenci dosa, namun tidak pelakunya. Sesungguhnya, Dia maha pengampun, tapi, hanya orang bodoh yang tahu Allah itu maha pengampun dan dia jadikan perkara itu alesan, untuk dia terus melakukan dosa."
Bersambung ....
An: Tadinya aku mau update sehari sekali, toh cuma revisi doang. Tapi ternyata revisi juga butuh waktu. Butuh google. Bener enggak apa yang aku tulis ini. Fufufu. Capek. Tapi capeknyaa seneng. Mudah-mudahan apa yang aku ingin sampaikan lewat kisah ini, bisa masuk ke kalian ya ....
Dan buat yang namanya kapan Barra-nya dikeluarin? Jawabannya, nanti setelah negara api menyerang. Hehe. Kan kalo udah padam baru ada bara-nya. Hehe.
Oiya, buat pembaca baru, selamat bergabung! Hope you like this story. Hehe
See you, ASAP!
Jalan cikunir no.59
Bekasi - Jawa Barat.Ayas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo Sampai Halal [REVISI]
SpiritualPernah dengar kisah cinta Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah? Kisah yang luar biasa sekali bukan. Cinta dalam diam yang nggak mungkin ada dijaman sekarang. Eh... Tapi beneran nggak ada emang? *** Ps: Aku cuma manusia biasa, jadi kalo masih ada kekuran...