Demi apa pun, kukira kalian bakal jawab, "Nggak usah, Kak. Upload-nya satu-satu aja. Kusetia menunggu." Ternyata. Syakid mas hati dede. Bunuh aja dede di rawa-rawa pangeran berkuda putih, yang masih lajang.
Kalo kata Cinta di film AADC, "Yang kamu lakukan ke saya itu, jahat."
***
Sejak malam itu, malam di mana Bilqis hadir di mimpi Barra, Barra jadi gimana gitu kalo lihat Bilqis. Jantungnya kaya yang deg-degan gitu. Barra jadi bingung, akhirnya cuma bisa istighfar, memohon perlindungan Allah dari godaan setan.
Barra sudah paham betul tentang ilmu mimpi yang mengatakan bahwa mimpi yang datang dari selain Nabi adalah bunga tidur, sesuai dengan ilmu yang dia dapat hasil pengajian bulanan rutin waktu masih di Yayasan Nusantara. Kira-kira begini kata ustadnya; Dalam riwayat Al-Bukhari dari Abi Sa’id Al-Khudzriy, Rasulullah bersabda: 'Mimpi yang baik adalah bagian dari 46 bagian kenabian.'
(Lihat: al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah: 8/22)
Sayidah A’isyah –radliyallahu ‘anha- mengatakan bahwa wahyu yang diturunkan pada masa-masa awal kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam—adalah mimpi yang baik. Dan Rasulullah tidak memimpikannya kecuali seperti cahaya di waktu subuh. Selanjutnya, yang dimaksud mimpi yang baik (ru’ya shalihah) adalah mimpi yang dialami oleh orang-orang yang shalih dan mimpi ini adalah mimpi yang benar, meskipun terkadang mimpi yang mereka alami hanya sebatas bunga tidur (adhghats). Mimpi yang dialami para Nabi adalah mimpi yang benar, dan berstatus sebagai wahyu. Sedangkan mimpi yang dialami oleh selain Nabi dan orang-orang yang shaleh kebanyakan hanya sebatas bunga tidur, karena ada peranan syetan di dalamnya.
(Lihat: al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah: 8/23)
Lalu Barra harus gimana? Sebagai orang tau agama sifat Barra ini sangat nggak baik. Makanya minggu-minggu ini Barra jadi semakin rajin datang ke pengajian-pengajian, entah diajak Rasya atau temanya yang lain. Dia sedang merasa imannya sedang diuji oleh Allah, dan cara terbaik untuk melewati itu semua adalah memperkuat imannya. Salah satunya ya itu tadi, ikut pengajian sana-sini.
Rasya yang melihat Barra sedang melamun berjalan mendekat, tangannya membawa laporan tentang pemenang lomba Adzan yang diadakan bulan lalu. Mengikuti arah pandang Barra, Rasya tersenyum. "Kamu ngapain ngeliatin adik saya sampe segitunya, Barr?"
Ya Allah.
Barra mengerjap matanya. Seolah tersambar petir Barra buru-buru menundukan pandangannya. "Astaghfirullah hal adzim," kata Barra. "Astaghfirullah, astaghfirullah."
Rasya hanya tersenyum geli melihatnya. Kemudian duduk di bangku sebelah Barra. "Ini daftar pemenang lomba adzan ya? Enaknya di kasih apa, Barr? Ada ide?" tanya Rasya berusaha mengalihkan perhatian Barra.
"Baju aja, Bang. Sama alat tulis. In Sha Allah, lebih berguna dibanding piala dan piagam," jawab Barra setelah hatinya tenang.
Rasya mengangguk, "Yaudah nanti saya yang jalan untuk beli hadiah. Kamu temani saya ya." Barra mengangguk. "Sekalian pesenin piagam, siapa tau berguna buat mereka nanti." Barra kembali mengangguk. "Yaudah itu aja." Rasya bangkit, "Oiya, Barr ... jikalau sudah yakin, langsung datangi walinya ya? Sholat istikharah jangan lupa." Muka Barra memerah mendengar ucapan berisi sindiran keras untuknya. Barra mengangguk. Rasya tersenyum melihatnya, lalu berjalan ke arah Bilqis.
***
Selesai solat isya dan berdoa, Barra bangkit dari duduknya. Melipat semua perlengkapan solatnya dan meletakkannya di atas nakas yang ada di kamarnya.
"Mending nikah sih mas, biar ada yang ngurusi," kata Rere begitu melihat Barra selesai dengan urusannya.
Barra yang tak tahu kamarnya dimasuki oleh Rere jelas kaget. "Astaghfirullah, Re. Kamu bikin Mas jantungan tau nggak?" tegur Barra. Rere hanya tertawa.
"Tadi udab ketuk pintu, udah ucap salam. Eh, pas denger suara Mas ngaji, kumasuk aja," jelas Rere.
"Wis sekarepmu!" (Eh, tulisannya gini bukan sih?) kata Barra. Rere kembali tertawa. Apa ya Mas-nya ini. Macam dede gemes kebelet dewasa yang kerjaannya dikit-dikit ngambek. "Ada apa?" tanya Barra setelah tawa Rere reda.
"Kok di halaman belakang buku ini," Rere mengacungkan buku Barra yang biasa digunakan Barra untuk 'berbicara' dengan Rere sewaktu di Bangka dulu. Keluh-kesahnya selama di Bangka yang tidak bisa dia bagi dengan siapa pun kecuali adiknya, dan kadang ponsel tidak bisa membantu. Karena pindahan, bukunya tertinggal di rumah Edo, dan baru di kirimkan sekarang-sekarang ini dan baru sampe dua minggu yang lalu dan baru dia berikan beberapa hari yang lalu, setelah dia membacanya dan mecoret slash melukis nama ... Alifia Bilqis Hurwaida. "Ada nama Bilqis?"
Ya Allah Ya Robbi ... kenapa dia bisa kecolongan (lagi) siiiiiiiiii????
"Btw, aku udah selesai baca. Sampe di akhir halaman," kata Rere lagi. Berusaha memancing reaksi Barra. Tapi, Barra hanya diam.
"Wah, seru ya Mas di sana? Foto-foto pantainya juga bagus. Yang aku inget, apa tuh, nanti katanya Mas mau ke sana lagi sama istri Mas ya? Duh, siapa calonnya?" Rere semakin bersemangat melihat muka Barra pias. "Bilqis ya Mas Bilqis?"
***
Kalo dulu itu, aku buat Barra tanpa cela. I mean Barra itu cowo idaman gue banget gitu loh. Tapi setelah dipikir. Ya Allah, emang aku udah sesempurna apa sampe ngarepin cowo se-sempurna Mas Barra? Nah, makanya di versi sekarang kubuat Barra sedikit bercela. Karena sejatinya kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Dan, kualihkan.
Dengan memunculkan tokoh Rasya (banyak juga ternyata sama yang baper sama Abang Rasya) nah, kadang kalo aku lagi jalan, aku suka ngeliat cowok-cowok yang sesibuk apa-pun tapi tetep nyempetin solat jemaah di masjid, terus papah-papah muda yang nemenin istrinya belanja (red; dorong kereta bayi, sambil megang tas istrinya dan mau jadi komentator begitu di tanya, "Gimana, Pah? Bagus nggak?"
Terus Pahmudnya jawab, "Bagus kok, Mah. Cantik. Udah beli."Nah, si Rasya ini kuingin buat seperti ini kira-kira. Jadi tipikal pria yang menurutku layak dijadikan suami. Ya ada di Rasya. Haha.
Udah gitu.Good night. Kiss.
16 juni 2017.
Ayas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo Sampai Halal [REVISI]
روحانياتPernah dengar kisah cinta Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah? Kisah yang luar biasa sekali bukan. Cinta dalam diam yang nggak mungkin ada dijaman sekarang. Eh... Tapi beneran nggak ada emang? *** Ps: Aku cuma manusia biasa, jadi kalo masih ada kekuran...