e m p a t b e l a s

53.6K 3.9K 69
                                    

"Nenek, Intan jadi yatim piatu beneran sekarang," kata Intan yang sedang  samping makam baru.

Dengan nama yang tertulis di batu nisannya yang terbuat dari papan;

Nurasih

Binti

Fullan.

Kelahiran : 31 - 08 - 1947

Kematian : 14 - 04 -2017


"Katanya Nenek mau hidup terus sampe Intan sukses. Mau liat anak-anak Intan," Intan mengusap air matanya. "Mau ... mau liat Intan pake kebaya saat nikah nanti."

Barra berdiri di samping Intan, memegangi payung karena rintik hujan mulai turun.

"Ayo, Tan. Lekas kembali. Udah mau hujan," Intan mendungak, menatap Barra sebentar sebelum kembali menatap makam nenek Asih.

"Intan pulang dulu, Nek. Intan balik lagi besok, ya?" tanyanya walau yakin tidak akan ada jawaban dari pertanyaannya.

Terkadang dalam roda kehidupan, memang suka ada tanya yang tak butuh jawaban, seperti sekarang.

Intan bangkit dan mulai mengikuti langkah Barra meninggalkan makam.

○●○●○

"Assalam'mualaikum, Bun?" sapa Barra begitu panggilannya diangkat pada dering ketiga.

"Waalaikumsalam," jawab Bunda, "ada apa, Mas? Kok suaranya lesu banget."

Barra terdiam, kematian nenek Asih cukup mengguncang batinnya.

Walau Nenek Asih bukan siapa-siapa secara hukum, tapi buat Barra, Nenek Asih udah seperti nenek kandungnya sendiri. Apa lagi dia hidup jauh dari orangtua.

"Mas kenapa? Kok nangis?" tanya Bunda begitu mendengar isakan kecil.

Barra mengusap air mata yang mengalir tanpa dia sadari, denger suara Bunda aja segini sedihnya. "Kangen, Bun."

"Lah, masa sampe nangis gitu. Kaya anak kecil aja, Mas," ejek Bunda. "Ada apa, Mas? Share sama Bunda."

"Nenek ... Nenek Asih meninggal, Bun," ujar Barra akhirnya.

"Innalilahi wa innailahi rojiun, Mas yang tabah, ya? Udah dimakamin, tah?"

"Iya, Bun. Sudah."

Bunda mahfun. Barra hidup selalu jauh dari orangtua, kematian orangtua pengganti selalu membuatnya sedih, takut sewaktu-waktu orangtuanya meninggal tapi dia sedang jauh dari rumah.

"Mas lebih paham dari Bunda. Kematian, jodoh dan segalanya itu udah diatur sama Allah. Semua yang hidup ini pasti mati, kan mas?"

Barra tidak menjawab, hanya menyimak.

"Hidup di dunia ini cuma sementara, Mas. Nenek Asih udah tenang, jangan ditangisin lagi. Do'ain biar dia tenang."

"Iya, Bun. Terima kasih."

"Gimana sama si Intan, Mas?"

Bunda memang tau tentang Intan walau tak banyak.

"Untuk sementara tinggal di asrama yayasan, Bun. Enggak mungkin tinggal sama Mas."

Jomblo Sampai Halal [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang