Di part ini kuselipkan jawaban atas pertanyaan yang di ajukan di kolom komentar ya.
"Jadi yang bener itu Insya Allah atau In Shaa Allah?"
Enjoyed!
***
Barra sudah kembali mengajar di Gemintang. Gemintang walau basic awalnya adalah sebuah yayasan berbasis asrama untuk yatim, piatu dan dhuafa, namun banyak warga sekitar yang juga ikut datang kala sore hari untuk mengantar anaknya mengaji. Dan Rasya, sebagai kepala pimpinan menerima dengan senang hati.
"Udah sehat, Bar?" tanya Rasya begitu melihat Barra memasuki ruang staff.
"Alhamdulillah, Bang. Perawatnya cantik sih, jadinya sehatnya cepet."
Rasya tertawa mendengarnya. "Bisa aja, Barr. Jangan bikin saya minta dapet jodoh cepet sama Allah dong."
"Hahaha ... semoga disegerakan, Bang. Nggak bakal nyesel pokoknya. Nikah itu luar biasa pokoknya. Nano-nano rasanya."
Rasya dan Barra tertawa di sela-sela obrolan mereka. Sekarang masih pukul enam pagi, biasanya ruang staff Gemintang akan ramai pukul tujuh karena semua kegiatan Gemintang dimulai pukul delapan.
***
Mbak istri : Masku, pulang jam berapa?
Barra tersenyum membaca pesan yang masuk di ponselnya disela-sela mengajar.
Barra : Kaya biasa. Jam 5 paling cepet. Paling lamanya nggak tau. Takutnya ada hal mendadak. Kenapa sayang?
Mbak istri : Nggak papa. Hehehe. Semangat kerjanya!
Barra teringat ucapan temannya sewaktu di pesantren dulu. Begini katanya; kita (sebagai laki-laki) itu terlahir dengan perasaan yang menurut mereka (para perempuan) nggak peka. Padahal kalo dipikir-pikir kadang cewek juga terlalu banyak bermain kode. Maunya dingertiin, maunya dipahamin. Dikit-dikit ngambek, kalo ditanya jawabnya, 'nggak papa' giliran dicuekin dia bilang 'kamu tuh nggak bisa ngertiin aku' terus kita nanya lagi 'kamu kenapa?' Terus dia jawab lagi 'nggak papa' gitu-gitu aja terus ya, sampe di Indonesia turun salju.
Barra tertawa mengingat kenangan itu. Dulu Barra pikir itu hanya teori yang nggak masuk diakal, tapi ternyata sekarang terbukti.
Barra : Aku usahain pulang sore, Ya? Kayaknya aku kangen kamu.
Merasa pesannya tak dibalas, Barra kembali memasukkan ponselnya ke dalam kantung celanyanya.
Ahh ... Bilqis. Kenapa begitu menggemaskan. Ujar Barra pelan.
"Pak, Dini udah selesai," tegur salah satu murid Barra membuat Barra meletakkan ponselnya dan kembali mengajar.
***
Di tempat lain, tepatnya di dalam sebuah kamar Bilqis menggigit bantal yang berada di pangkuannya begitu membaca balasan pesan Barra.
Baya : Kaya biasa. Jam 5 paling cepet. Paling lamanya nggak tau. Takutnya ada hal mendadak. Kenapa sayang?
Bilqis : Kang|
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo Sampai Halal [REVISI]
SpiritualPernah dengar kisah cinta Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah? Kisah yang luar biasa sekali bukan. Cinta dalam diam yang nggak mungkin ada dijaman sekarang. Eh... Tapi beneran nggak ada emang? *** Ps: Aku cuma manusia biasa, jadi kalo masih ada kekuran...