e n a m b e l a s

55.3K 3.9K 86
                                    

Barra melemaskan tubuhnya yang terasa kaku akibat tidur hampir 8 jam di Bandara H.A.S. Hanandjoeddin atau dikenal juga dengan nama Bandar Udara Internasional Buluh Tumbang.

Seharusnya dia dan Intan sudah sampai di Tangerang dan sudah dalam perjalanan ke bekasi semalam. Tapi entah ada kendala apa dari maskapai penerbangannya, keberangkatannya ditunda sampai 8 jam. Dan dia terpaksa menginap di bandara semalaman.

Sekarang sudah jam 8 pagi, perkiraan dia akan sampai di Bandara Soekarna-Hatta sekitar jam 10-an. Dia ada pertemuan dengan salah satu calon bosnya jam 1 siang nanti, di salah satu kafe di mall yang tidak jauh dari rumahnya. Barra pasrah kalau dia akan telat karena macet, di kota besar macet tidak ada solusinya walau sudah ada tol sekalipun. Hanya saat idulfitri macet teratasi.

Jarak dari Tangerang ke Bekasi itu dari ujung ke ujung. Barra hanya berdoa mudah-mudahan jalanan tidak macet-macet banget.

*

"Kita naik taksi nggak papa, kan? Soalnya saya nggak enak kalo minta jemput sama orangtua saya." Barra menjelaskan sambil jalan ke arah taksi Bandara Soekarno-Hatta barisan paling depan.

Intan mengangguk, "Nggak papa, Kak."

Barra memasukan tasnya juga tas Intan ke dalam bagasi taksi. "Oke kalo gitu. Oiya, nanti saya ada pertemuan dulu dengan calon bos saya, kita ke sana dulu ya, sekaian sarapan ... eh, makan siang deh ya, bukan sarapan lagi," ralat Barra.

Lagi-Intan hanya mengangguk.

Taksi mulai berjalan meninggalkan bandara, menuju Bekasi. Arah rumah Barra.

Barra mengeluarkan ponselnya. Menghubungi adiknya--Rere.

Barra : Re, mas udah di Soetta. Udah di jalan ke bekasi. Tapi nanti mas ada ketemu dulu sama calon bos mas yg baru di MM, bisa jemput di sana, nanti?

Rere : Sama Intan, mas? Nggak sabarr ketemu adik baruuuu. Iya, nanti telp aja ya kalo udah selesai. Adikku jangan lupa dikasih makam lho, mas.

Rere : Makan.

Barra : Oke! Dikasih makam ya, Re.

Rere : makan, mas. Makan. Typo tadi tuu.

Barra : iya adik. Makasih, Re.

Rere : Sama-sama masku yang ganteng dan shalih, tapi masih jomblo! Bahahhahah.

Barra yang duduk di kursi depan tertawa, lalu menggelengkan kepala membaca balesan dari sang adik. Adiknya yang sering banget ngeledekin dia jomblo tapi nggak sadar kalo dirinya juga jomblo.

Tanpa Barra sadari, Intan yang duduk di kursi belakang terpesona dengan sebentuk tawa kecil, bahkan gelengan kepala yang Barra lakukan.

***

Barra menghentikan langkahnya menuju lantai terbawah yang ada di mall, di mana mushola berada, karena intereupsi getar dari ponselnya.

Mas Atha : Saya sholat sebentar ya, mungkin agak telat ke lokasi. Kamu pesen makan dulu aja, Fidz.

Barra tersenyum, dia juga telat. Tapi masya Allah ada aja kejadian yang bikin dia enggak telat.

Barra : Barra, Mas. Barra. Bukan Hafidz. Iya, saya pesen makanan duluan kalo gitu, ya?

Mas Atha : 30 juz, kan?

Barra : In Sha Allah, Alhamdulillah :)
Mas Atha : Hafidz itu diberikan buat orang yang sudah menghafal al-qur'an sebanyak 30 juz bahkan sampai ke-akar-akarnya, Muhammad Al-Barra Al-Hafidz. Itu sebuah gelar.

Jomblo Sampai Halal [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang