21

47.7K 4.1K 70
                                    

"Wah, seru ya Mas di sana? Foto-foto pantainya juga bagus. Yang aku inget, apa tuh, nanti katanya Mas mau ke sana lagi sama istri Mas ya? Duh, siapa calonnya?" Rere semakin bersemangat melihat muka Barra pias. "Bilqis ya Mas Bilqis?" Rere tertawa di akhir kalimatnya.

"RE!" tegur Barra. Membuat tawa Rere berhenti seketika. Melihat wajah kaget adiknya. Barra tersadar, sepertinya dia sudah kelewatan. "Maafin Mas, Re. Mas nggak bermaksud ngebentak kamu," jelas Barra. Tangannya mengusap ke wajahnya.

Ya Allah Ya Robbi. Astaghfirullah, astaghfirullah.

"Nggak papa, Mas. Maaf aku bercandanya kelewatan," kata Rere pelan.

Mendengar nada suara adiknya yang bergetar, Barra berjalan, kemudian duduk di samping Rere di atas tempat tidur. "Nggak sayang, Mas yang kelewatan udah bentak kamu. Mas dimaafin 'kan?" Rere mengangguk. Melihat anggukan dari kepala adiknya, Barra tak tahan untuk tak memeluk adiknya yang terkadang kelewat usil itu. Dia hampir saja membuat Rere menangis, kakak macam apa dia itu. "Tapi, serius. Mas nggak suka diledek kaya tadi, karena ... karena Mas malu." Rere mengangguk.

"Aku janji nggak bakal ngeledekin Mas lagi, asal Mas cerita sama aku."

***

Sekarang posisi kakak-beradik itu sudah berganti. Barra yang duduk di kursi kecil yang memang disediakan di kamar Barra, sedangkan Rere tiduran dengan kuping siap mendengarkan.

"Kamu tau 'kan Mas nggak mungkin pacaran, sampe kapanpun Mas gak mau pacaran. It looks boring for me. Karena ketika Mas punya istri nanti, takutnya Mas nggak bisa ngasih ... hmm ... Ngasih keromantisan? Dalam artian yang betul-betul romantis yang bukan romantis 'bekas' gitu. Ketika Mas megang tangan istri Mas, rasanya ya biasa aja. Gak kaya, apaaaaaaa gitu rasanya. Karna sebelum Mas nikah, udah berapa tangan perempuan yang Mas pegang. Ketika meluk istri Mas, rasanya ya biasa aja. Karena sebelum Mas nikah, Mas udah kenyang meluk-melukin perempuan lain, serem abis 'kan? Kasian dong istri Mas, dikasih pelayanan bekas semua," Barra memberi jeda untuk dirinya bernapas dan memberi Rere waktu untuk memahami kata-katanya. "Kamu tau, selama ini Perempuan yang deket sama Mas cuma kamu sama Bunda aja. Di luar itu, nggak ada. Mas ngejaga diri Mas, Re. Percayalah. Kamu juga harus ngejaga diri kamu ya?" Rere mengangguk. "Mas awam untuk masalaah kaya gini, Re. Mas bingung ... takut juga. Mas nggak tau, kenapa semenjak baca What'sApp yang dikirim Bilqis ke kamu, Mas nggak bisa mandang dia biasa. Mas udah ngehindarin dia, Mas semakin rajin ikut pengajian."

Rere mengangguk, mengerti problema yang sedang dirasakan oleh Masnya itu. Karena sejatinya, dia pasti akan seperti itu. Tapi enaknya dia perempuan, yang hanya harus duduk manis menunggu pangeran berkuda putih datang ke rumah, berbicara dengan Ayahnya, memintanya menjadikan istri. Aih-aih, baru ngebayangin aja Rere udah senyum-senyum sendiri.

"Mas udah siap nikah?" Barra mengangguk. "Tunggu apa lagi? Datangi wali Bilqis, Mas. Kuyakin Bunda dan Ayah bakal setuju."

"Mas ngerasa aneh, Re. Mas belum siap."

Rere bangkit dan berjalan ke arah Barra, melipat kedua kakinya dengan lutut dijadikan tumpuan, agar wajahnya bisa sejajar dengan wajah Barra, "Mas," panggilnya pelan. Setelah yakin mendapat perhatian Barra, Rere melanjutkan, "Kenapa menunda? Menikah itukan ibadah. Allah udah berjanji untuk memberikan kemudahan bagi hambanya yang bersungguh-sungguh dalam berusaha. Nggak ada pasangan yang sempurna, sebagai pemimpin genggamlah tangannya bersama-sama hadapi, arungi dan terjang cerita dunia. Milikilah sifat tangguh seperti Ayah, lembut seperti ibu dan bersahabat seperti saudara. Karena bidadarimu meninggalkan mereka demi memilih hidup bersama kamu. Menikah itu menyempurnakan Agama, mengumpulkan pahala, maka jadikan dia mulia dengan menikah." Begitu menyelesaikan ucapannya Rere memeluk Barra dan menangis dipelukan Barra. Entah menangis untuk apa, pokoknya malam ini Rere mau nangis aja. Bahagia. Karena sebentar lagi Mas-nya akan meninggalkan gelar jomblo sampai halalnya. In Sha Allah.

***

Catata kaki :

Filosofi menikah yang diucapin Rere itu dikutip dari Film pendek you tube di channel UkhtySally dengan judul; 10 Alasan Pria Menunda Nikah. [Kalian wajib nonton! Seru-seru video-video di sana. Selain menambah wawasan, juga dapet ilmu]

***

Selamat Menjalan 'kan puasa.
Udah hari ke-21 (Ada yang tau udah masuk malam apa namanya?) Hehe.
Jangan lupa digas solawatnya. Ibadahnya. Senyumnya. Karena apapun yang kamu lakukan pahalanya double.

Btw, kuusahakan sebelum lebaran cerita ini bakal selesai. Karena kunggak mau bersaing sama Bang Toyib, 3x puasa 3x lebaran nggak selesai-selesai. Kusudah nggak sabar untuk menulis kisah Abang Rasya yang terpaksa kupending bcs, ingin menyelesaikan kisah ini.

Please, give me a reward karena udah update 2x dalam waktu berdekatan. HAHA. Kalo komentarnya jebol, kulangsung update lagi. Kan lumayan tuh, nunggu komentar jebol, untuk istirahat.

Lemesin shay.

Kusayang kalian.

16 juni 2017

Ayas.

Jomblo Sampai Halal [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang