32

52.2K 3.8K 167
                                    

Pagi ini Bilqis dibuat pusing slash khawatir slash bingung oleh suaminya. Bagaimana tidak, Bilqis yang sedang terlelap terbangun karena suara muntahan dari kamar mandi, Bilqis yakin itu suara Barra--mengingat mereka hanya tinggal berdua.

Bilqis berjalan ke kamar mandi, dilihatnya Barra sedang muntah di-westafel dengan kedua tangan bertumpu pada pinggiran tempat dudukkan westafel.

Bilqis menghampiri Barra, mengurut tengkuknya.

"Maaf, udah ganggu tidur kamu," kata Barra begitu muntahnya berhenti.

Bilqis menggeleng. Mengelap sekitaran bibir Barra dengan handuk yang diambil dari rak yang ada di dalam kamar mandi. "Hari ini ijin ya, Mas? Kita ke dokter dulu," kata Bilqis.

"Tapi Mas nggak papa," tolak Barra.

Bilqis tersenyum, dia ingat perkataan Rere dihari akadnya yang mengatakan kalo Barra itu sedikit takut dengan rumah sakit, dokter dan obat. Dia akan sedikit rese kalau sakit, karena susah untuk diobati.

"Yaudah nggak usah ke rumah sakit, tapi tetep ijin, ya? Istirahat dulu. Aku nggak bakal tenang kalau kamu kerja. Dan ... kalau sampai malam demam, mual dan apapun yang kamu rasain nggak turun juga, janji sama aku, kalo kamu nggak bakal nolak aku bawa ke rumah sakit."

"Iya, janji," kata Barra "nanti aku nelpon abang buat ijin," perkataan Barra membuat Bilqis tersenyum.

Bilqis memapah Barra berjalan ke luar kamar untuk kembali tidur. 

"Kamu tidur lagi aja, nanti aku bangunkan kembali pukul setengah empat untuk salat tahajud bersama."

Tanpa dua kali Barra mengamini perintah Bilqis karena kepalanya masih sangat pusing.

Bilqis tersenyum lagi melihatnya.

Begini ya rasanya punya suami? batin Bilqis. Bilqis menaiki selimut untuk membungkus tubuh Barra. Mendekatkan kepalanya lalu berbisik, "Sehat terus, Masku." Dikecupnya kening Barra, lalu kembali tertidur.

***

Bulan sudah menggantikan tugas matahari, dan demam Barra tak kunjung turun, serta keram perut yang membuat kening Barra berkerut-kerut.

"Mas," panggil Bilqis membangunkan Barra dari tidurnya. "Kita ke rumah sakit dulu yuk."

Melihat wajah khawatir Bilqis ditambah dengan sakit pada perutnya membuat Barra mengangguk tanpa menolak lagi.

Bilqis langsung mengambil baju ganti yang lebih sopan untuk Barra, setelahnya mengganti baju tidurnya dengan gamis dan khimarnya, lalu memasukan dompetnya juga dompet Barra ke dalam tas kecil, begitupun dengan ponsel-ponselnya.

"Yuk," ajak Bilqis. "Kuat jalan 'kan? Atau mesti dipapah lagi?"

"Kuat sayang, kuat. Sambil gendong kamu juga kuat kok."

Wajah Bilqis memerah, tapi hanya diam mengabaikan ucapan Barra, memilih ke luar lebih dulu untuk memanaskan mobil.

***

Barra langsung bangkit dari duduknya begitu mendengar namanya dipanggil, begitu pun Bilqis.

"Kamu tunggu di kursi aja, Bil," kata Barra begitu melihat nama yang tertera di daun pintu seorang laki-laki bernama Dr. Andri Wanananda.

"Enggak," sela Bilqis, "aku mau nemenin suamiku, nanti di dalem pasti ada susternya loh, Mas. Lagian kan ini keadaan darurat."

Jomblo Sampai Halal [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang