7- Ribet

2.4K 239 8
                                        

Hari ini aku bangun pagi-pagi sekali. Bahkan sebelum jam kukuk dikamarku berbunyi seperti biasanya.

Aku duduk didepan cermin menatap pantulan diriku yang baru selesai mandi. Sambil mengeringkan rambut aku mengingat percakapanku dengan Nino semalam.

Ini sungguh diluar dugaan——oke bakal aku buat perincian.

Pertama: aku belajar dirumah Nino seperti biasa.

Kedua: aku ber-SMS ria dengan Dylan.

Ketiga: hapeku disita sama Nino.

Keempat: Nino menawarkan diri untuk menjemputku siang nanti.

Kelima: dan aku mengiyakan.

"Kak Chery..." suara bariton milik adikku yang ganteng terdengar dari depan pintu kamar.

Aku menyabut colokan hairdryer dan membuka pintu kamar. "Ada apa, Dek?" tanyaku.

"Ada cowok dibawah nungguin Kak Chery" katanya.

"Cowok?" aku mengernyit. "Siapa?"

Nara——adikku itu mengangkat bahu. "Mana gue tau. Lupa kenalan" katanya sembari berlalu kekamarnya.

Kira-kira siapa yang menjemputku sepagi ini selain orang kurang kerjaan. Dan pastinya orang yang kurang kerjaan itu bukan Nino. Aku berani sumpah ini pasti si kutu kupret Dylan.

Aku bergegas menuruni anak tangga dan langsung menuju ruang tamu. Dan benar saja, Dylan sedang duduk manis di sofa ruang tamu.

"Lo?"

"Hai," sapanya sambil bangkit berdiri dan menghampiriku. "Gue nepatin janji, kan?"

"Siapa juga yang berharap lo nepatin janji" cibirku.

Dylan tersenyum lembut. "Nggak apa-apa kalo lo nggak berharap. Nanti juga lo terbiasa sama kehadiran gue" katanya sambil merapihkan rambutku yang setengah basah.

Duh, kok jantung gue mendadak berdetak nggak karuan gini sih?

Nggak. Ini nggak boleh terjadi. Emangnya Dylan siapa sih sampe bisa bikin jantung gue kembang kempis begini?

Aku langsung menepis tangannya. "Nggak usah pegang-pegang deh"

"Gue nggak pegang kok. Gue cuma bantu ngerapiin doang" jawabnya kalem.

"Pergi sana" usirku galak. "Gue bisa naik angkot sendiri"

"Angkot jam segini banyak fans nya loh"

"Gue bisa nebeng sama Ratu!"

"Ratu juga baru berangkat sama cowok" katanya lagi.

"Gue bisa bareng si ab——" aku melotot menatap Dylan. "Lo bilang Ratu berangkat sama cowok. Lo tau siapa?"

Dylan mengangkat satu alis. "Katanya sahabat, kok sahabat sendiri punya pacar nggak tau" katanya sambil tersenyum miring.

Iiih! Ngeselin.

Dengan kesal aku membalik badannya dan mendorongnya sampai ke mulut pintu depan. "Pergi sana. Gue mau berangkat sendiri aja"

Dylan berbalik menghadapku. "Yakin? Udah jam tujuh loh"

"Yaakin" kataku mantap. "Udah ah sana pergi"

"Siapa itu, Kak?" suara bunda menginterupsi.

Gawat.

Aku balik badan dan tersenyum kaku kearah bunda yang berdiri dipembatas antara ruang tamu dan ruang santai. "Bukan siapa-siapa kok, Bun"

Bunda tersenyum hangat. Eh?

Chery [21/21 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang