Pagi-pagi sekali aku sudah mengacaukan dapur. Sampah sayur dan telur terlihat dimana-mana.
Bang Fay dan Nara yang baru pulang jogging sampai geleng-geleng kepala tanpa berkomentar. Sementara bunda, cuma bisa ngelus dada ketika melihat dapur sudah mirip kapal pecah akibat ulahku.
"Nanti pulang sekolah bakal Chery beresin, Bund" kataku sambil menyium pipi bunda. "Chery berangkat sekolah dulu ya. Assalamu'alaikum"
Setelahnya aku berlari-lari kecil keluar rumah. Berjalan menuju halte yang ada dipersimpangan kompleks tempatku tinggal. Dan berharap cepat-cepat sampai kesekolah sebelum Dylan.
Aku tersenyum kecil menatap kotak bekal ditanganku. Didalamnya ada hasil jerih payahku sedari subuh tadi. Dan aku membuatnya penuh perasaan dan perjuangan.
Yang menjadi pertanyaannya adalah, kenapa aku harus melakukan ini semua? Aku sendiri tidak tahu alasannya, mungkin saja karena aku merasa bersalah sudah meninggalkannya kemarin.
Semoga aja Dylan mau nerima masakanku ini.
Bismillah.
Tuhan, bantu Chery yaa.
»« »« »«
Aku melirik jam tangan. Masih setengah tujuh, itu artinya bentar lagi Dylan muncul.
"Wooy," seseorang menepuk pundakku dari arah belakang.
Gue menoleh dan mendapati Ratu dengan wajah berserinya. "Oh elo..." sahutku malas.
"Ngapain lo sepagi ini nongkrong diparkiran?" tanyanya.
Mampus. Gue kudu jawab apa coba? Jujur nggak mungkin. Yang ada gue diketawain sama makhluk satu ini.
"Hayo ngaku, nungguin siapa lo?"
"Yaaa... nunggu elo lah" ujarku berbohong.
"Beneran nunggu gue?" tanyanya lagi. "Bukan lagi nungguin Dylan, kan?"
"Iih, ya bukan lah" kilahku pura-pura bete.
"Ya kali aja lo nungguin Dylan"
Suara motor berhenti mengalihkan pandanganku dari Ratu. Tak jauh dari tempat aku berdiri sekarang, Dylan terlihat sedang melepaskan helmnya.
Tatapan kita bertemu. Baru saja aku mau tersenyum, Dylan sudah berpaling dan seperti pura-pura tidak melihatku. Bahkan saat melewatiku, Dylan sama sekali tidak menoleh seupritpun dan entah kenapa aku merasa kesal.
"Pagi, Dylan Farrenzi" sapa Ratu ceria.
Sejenak Dylan menghentikan langkahnya. Senyumnya mengembang menatap Ratu.
"Pagi, Ratu Adelia" sapanya balik.
"Ganteng banget pagi ini" ujar Ratu dengan centilnya.
"Ah bisa aja lo," sahut Dylan tanpa melirik sedikitpun kearahku. "Lo juga cantik banget pagi ini"
"Ah Dylan. Lo bisa aja"
"Lan..." panggilku pelan.
"Eh," Dylan menepuk bahu Ratu pelan. "Gue masuk duluan ya"
Ratu membentuk jari telunjuknya dan jari jempolnya menjadi huruf O. "Sip"
Dylan pun berjalan tanpa repot-repot menjawab panggilanku. Sepertinya hasil jerih payahku subuh tadi bakal sia-sia melihat sikap Dylan tidak seperti biasanya.
"Kenapa lo? Kok mendadak layu gitu?" suara Ratu membuyarkan pikiranku.
Aku menggeleng lemah. "Nggak apa-apa kok. Yuk masuk kelas"

KAMU SEDANG MEMBACA
Chery [21/21 END]
Genç KurguAku pengennya kisah cintaku berakhir manis seperti namaku, Chery. Dan aku tidak akan sudi jika kisah cintaku disamakan dengan ftv yang sering ditayangkan televisi. Namun pada kenyataannya, sebuah drama adalah bagian dari kisah nyata sehari-hari. Kal...