Dylan
"Gue cinta sama lo..."
Kalimat itu meluncur dengan mulusnya dari mulut gue.
Chery berdiri membeku menatap gue. Tatapannya menyiratkan keterkejutan yang jelas. Dan itu membuat gue menunggu jawabannya dengan perasaan yang tidak karuan.
Gadis ini, pusat kebahagiaan gue yang sempat menghilang beberapa tahun lalu. Dan itu akibat kebodohan yang gue lakukan sendiri. Lebih bodohnya lagi itu demi menutupi rasa gengsi dan perasaan gue yang sebenarnya, bahwa——gue mencintainya.
Menit-menit berlalu. Hanya keheningan yang mengisi. Sampai kemudian satu kenyataan menghantam telak sudut hati gue.
Dia melangkah mundur!
Perlahan, namun pasti. Lalu berbalik dan berjalan tanpa meninggalkan sepatah katapun!
Hancur.
Sakit.
Perih.
Lagi-lagi penolakan yang gue dapatkan.
HAHA.
Gue memejamkan mata rapat-rapat. Menekan rasa sakit yang semakin menjalari hati hingga diseluruh sendi.
Harusnya gue sadar. Senyumnya. Sikap manisnya yang penurut. Perhatiannya itu cuma suatu KETERPAKSAAN!
Rasanya seperti ditusuk ribuan jarum tak kasat mata. Pedih. Berdenyut-denyut dan sakit!
Tes.
Sialnya, sesuatu yang hangat itu berhasil mengalir dipelupuk mata. Ya Tuhan, kenapa rasanya sesakit ini?
Sebut gue lemah. Menangis karena hanya seorang gadis. Dan alasannya, hanya karena sebuah penolakan.
Percayalah, setangguh apapun seorang lelaki. Jika sudut hatinya tersentuh maka airmata pun turut merasakan.
Akhirnya, masih dengan hati yang hancur berkeping-keping. Gue memutuskan untuk masuk kedalam kelas. Tapi pemandangan yang gue dapat adalah lagi-lagi penolakan.
Dia menolak menatap gue.
Dalam hati gue cuma bisa tersenyum sedih. Mungkin, setelah ini gue benar-benar harus menjauhkan diri darinya.
Berhenti dari segalanya. Berhenti untuk mengganggunya. Berhenti untuk membuatnya bingung. Berhenti untuk menggapainya.
Tapi tidak untuk satu hal, gue tidak akan berhenti mencintainya. Satu-satunya jalan terbaik adalah menerima kenyataan dan pasrah pada takdir.
Sekeras apapun berusaha, kalau hatinya bukan untuk gue, gue bisa apa?
Yang bisa gue lalukan cuma membiarkannya bahagia bersama pilihannya.
"Kapan-kapan kita double date lagi ya"
"Ng——iya deh. Hehe"
"Lo kenapa sih? Kok pucet gitu?"
"Hah? Pucet? Mungkin kurang tidur gue, kan kemarin kita pulangnya kemalaman. Hehe"
"Lo bohong sama gue ya?"
"Bohong? Ng——nggak kok. Seriusan. Suer deh. Hehe"
Kenyataan yang barusan gue dengar menyatakan bahwa dia benar-benar bahagia bersama pilihannya. Dan gue——cuma pengganggu dihidupnya dari dulu bahkan hingga sekarang. Lagi, gue cuma orang asing yang kebetulan singgah dan tanpa tahu diri mengganggu hidupnya.
Ku tahu engkau pasti tahu
Bunga yang dulu begitu indah
Perginya entah kemana
KAMU SEDANG MEMBACA
Chery [21/21 END]
Teen FictionAku pengennya kisah cintaku berakhir manis seperti namaku, Chery. Dan aku tidak akan sudi jika kisah cintaku disamakan dengan ftv yang sering ditayangkan televisi. Namun pada kenyataannya, sebuah drama adalah bagian dari kisah nyata sehari-hari. Kal...