20

2.8K 246 26
                                    

Bayangkan bila saja

Aku tak disampingmu lagi

Apakah kau akan cari yang lain

Penggantiku...

Akhir-akhir ini aku sering sekali menangis dipojokan tempat tidur. Kamarku sudah mirip kapal pecah, sampah tisu bertebaran dimana-mana.

Bahkan ponsel yang biasanya tak pernah menganggur kini tergeletak begitu saja. Pesan-pesan yang dikirim oleh Ratu dan Nino sama sekali tak kutanggapi.

Salah satunya isi pesan Nino yang mengatakan bahwa ingin bertemu denganku. Dan ada sesuatu yang ingin diberikannya padaku tapi aku sama sekali tidak tertarik.

Sambil ditemani lagu-lagu galau aku merenungi nasib. Aku tahu, ini tidak akan membawa Dylan kembali padaku. Yang ada hanya memperparah rasa perih!

Jujur aku tak bisa

Hidup tanpa dirimu

Hanya kamu cintaku

Selamanya...

Tangisku semakin pecah ketika mengingat betapa bodohnya aku. Yang sama sekali tidak menyadari bahwa aku pun mencintainya selama ini.

Kalau saja waktu bisa terulang, aku ingin kembali dimana ada Dylan. Menuruti semua perintahnya tanpa membantah sekalipun. Mengatakan 'ya' ketika kata cinta terucap dari mulutnya yang selalu mengeluarkan kata-kata manis.

Rasa penyesalanku semakin menjadi-jadi. Meninggalkan sesak didadaku yang tak kunjung mereda. Aku memukul-mukul dada ketika hati ini tak bisa diam memanggil nama Dylan.

Aku memang tidak tahu diri. Bisa-bisanya merasa patah hati disaat statusku telah mempunyai pacar. Pacar yang akhir-akhir ini kuabaikan keberadaannya hanya karena keegoisanku.

Tok. Tok. Tok

Lagi-lagi pintu kamarku diketuk dari luar. Ini ketukan yang kesekian kalinya sejak semalam. Dan aku tetap bertahan dengan posisi meringkukku dipojokkan tempat tidur.

"Cher..." suara Ratu terdengar memanggil. "Ini gue Ratu. Buka pintunya dong"

Aku semakin menenggelamkan wajahku yang sembab dibalik lipatan kedua tanganku. Mencoba meredamkan tangisku yang tak kunjung berhenti sejak kenyataan itu menghantamku.

"Cher... buka dong. Kita curhat bareng-bareng. Kalo lo kayak gini bikin semuanya khawatir loh"

Perlahan, aku merangkak menuju pintu dan membukanya. Ternyata Ratu tidak sendirian, dibelakangnya Nino berdiri dengan ekspresi yang sulit ditebak.

"No..." panggilku dengan suara serak.

Nino tersenyum lembut. Ia melangkah masuk dan membantuku berdiri. Tangannya mengusap sisa-sisa airmata yang membekas dipipiku.

"Udah makan?"

Aku menggeleng lemah. "Belum"

"Mau keluar?"

Inginku menggeleng tetapi aku sadar, aku tidak bisa seperti ini. Status hubunganku dan Nino harus segera diklarifikasi secepatnya.

Aku tidak mau Nino terombang-ambing dan turut merasakan patah hatiku. Hanya saja, apa yang harus kuperbuat untuk hubungan yang baru seumur jagung ini?

"Chery... " Nino mengelus pipiku lembut.

Aku menatapnya lemah. "Bisa tinggalin aku sendiri?"

"Kenapa?" suara Nino terdengar parau. Dan entah kenapa itu tidak sedikitpun menyentuh hatiku yang sedang hancur.

Chery [21/21 END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang