Sisi gelap yang terpendam

4.2K 394 5
                                    

Austin bingung mendapati dirinya kini ada disebuah ruangan besar yang kosong dan gelap. Tiba-tiba seberkas sinar menyilaukan datang dari arah depan. Austin berjalan pelan ke arah sinar tersebut yang ternyata adalah sebuah pintu keluar. Di langkahkannya kaki keluar dari tempat itu yang memberi pemandangan sebuah hutan bersalju yang cukup gelap dan mengerikan karena di tumbuhi oleh pohon-pohon pinus yang berdiri saling berdekatan dengan batangnya yang besar dan panjang sehingga menghalangi sinar bulan yang ingin masuk.
Tanpa disadarinya, sepasang mata berwarna merah sedang mengamatinya dari balik kegelapan.

Salju turun sedikit demi sedikit dan udara mulai berhembus kencang. Austin berjalan disekitar tempat tersebut untuk mengamati tempat mengerikan itu.

Hembusan dingin angin menerpa bagian belakang lehernya, austin lalu memutarkan badannya, tiba-tiba sesosok berwarna hitam bermata merah darah berdiri di hadapan nya yang dengan cepat mencekik dan mengangkat austin hanya dengan 1 tangan saja, seberkas cahaya bulan lalu menerangi tempat itu melalui sela-sela daun pohon pinus dan memperlihatkan sosok gelap tersebut, betapa terkejutnya austin mendapati bahwa sosok itu mirip dengannya, bahkan bisa dikatakan itu adalah dirinya yang lain, hanya saja sosok tersebut memiliki mata berwarna merah, berkulit putih pucat seperti mayat dan memancarkan aura jahat. entah mengapa tubuh austin sama sekali tidak bereaksi menghadapi sosok itu, rasa takut yang sangat besar muncul begitu saja dalam hatinya yang membuat tubuh austin bergetar hebat.

"Hati mu gelap, penuh kebimbangan dan ketakutan yang akan membawamu kepada kebinasaan!" Seru sosok tersebut yang langsung menghantamkan tubuh austin ke tanah.

Austin membuka matanya lagi, kini ia berada disebuah tempat yang berbeda dari tadi. Ia berada disebuah ruangan berdindingkan emas. Disetiap sudut dinding terdapat timbunan-timbunan koin emas, batang emas, permata, dan berlian. Lalu sesosok yang mirip dirinya seperti tadi muncul kembali dan duduk disebuah kursi yang terbuat dari emas dan berlian sedang menggunakan sebuah mahkota emas dengan beberapa butir berlian di atas kepalanya. Sosok tersebut lalu berjalan mendekat ke arah Austin sambil tersenyum sinis

"lihatlah?! Dunia yang penuh dengan harta duniawi! Emas, perak, permata, berlian! Seperti itu lah dirimu! Serakah! Hidup hanya untuk mencari kesenangan belaka! Mencari sesuatu yang lebih padahal kau sudah memilikinya! Hati yang serakah akan harta seperti kau akan segera binasa!" Geram sosok tersebut sambil menengadah kan kedua tangannya ke atas, lalu turunlah setumpuk koin emas, perak, berlian, permata dari atas dan menimpa austin dan menimbunnya. Austin melihat dari setiap koin emas, perak, dan lain-lain seolah masing-masing memiliki mulut yang memakinya
"Kau serakah austin!"
"Mati lah kau!"
"Harta! Harta!"
"Ketenaran!"
"Serakah!"

Suara-suara tersebut memenuhi telinga dan pikirannya yang membuat Austin merasa hampir gila. Austin berteriak sekencang mungkin untuk menghilangkan suara-suara tersebut dari pendengarannya.

Austin membuka matanya lagi, kini ia berada dikamarnya sendiri sedang berbaring.

"Hanya mimpi" desahnya, ia lega ternyata semua yang ia alami hanya mimpi belaka mulai dari ia bisa mengendalikan gravitas, bertemu dengan remaja seusianya bernama jason dan seorang pria botak bertubuh kekar bernama arsen.

Austin lalu turun dari kamarnya menuju dapur untuk mengambil air putih, ia melihat sebuah cahaya lampu dari kamar makan, dengan sedikit ragu, dilangkahkannya kaki ke ruang makan dan betapa terkejutnya..

"Selamat ulang tahun!" Suara kedua orang tuanya sambil membawa sebuah cheese cake dengan 2 buah lilin berangka "18"

"Ayo tiup lilin mu dan buat permohonan !" Kata ibunya, austin lalu meniup lilin tersebut hingga padam setelah membuat beberapa permohonan

"Ayo potong kue nya dan makan bersama" kini ayahnya yang berbicara, austin lalu memotong kue tersebut dengan perasaan bahagia, hampir saja ia meneteskan air matanya karena baru kali ini ia merayakan ultah bersama kedua orangtuanya setelah sekian lama.

Austin membagikan 2 buah potongan kue tersebut kepada kedua orang tuanya

"Untuk anak ku tersayang austin tanner!" Seru kedua orang tuanya sambil melakukan cheers menggunakan piring yang berisi potongan kue tadi.

Austin lalu memakan cheese cake kesukaannya, namun aneh, austin merasa ingin muntah ketika memakannya, seolah sedang memakan sesuatu yang menjijikkan. Dilihatnya cheese cake tadi yang kini berubah menjadi tanah yang berisi cacing-cacing, dengan cepat dimuntahkannya kue yang telah ia kunyah tadi.

"Ada apa sayang?" Tanya kedua orang tuanya, austin ketakutan melihat wajah kedua orang tuanya berubah menjadi sangat mengerikan.

"Menjauh dari ku!" Teriak austin ketika sosok sosok mengerikan itu mendekati austin

"Kau anak tidak tau berterima kasih! Hidup dalam kesendirian adalah takdir mu yang akan menjatuhkan mu hingga kau binasa!" Geram kedua sosok tersebut yang terdengar sangat berat dan parau diiringi tawa sinis yang mengerikan.
Ke dua sosok tersebut lalu melemparinya dengan tanah berisi cacing tadi ke arah austin
"Kau seperti cacing yang hidup di tanah sendirian!" Teriak mereka sambil terus melempari austin dengan tanah hingga tubuh austin kotor. Austin sangat terguncang, rasa takut, kecewa, perih, panik, seolah mengalahkan dirinya. Tubuhnya sama sekali tidak dapat bergerak sesuai keinginannya, yang hanya bisa ia lakukan adalah berteriak memberontak.

"Austin! Austin!" Sebuah suara menyadarkannya. Austin mencoba untuk tetap menutup mata, tidak ingin mengalami dan melihat hal buruk lagi ketika ia membuka mata.

"Austin! Austin!!" Suara tersebut makin nyaring memanggilnya. Sepertinya austin mengenal suara itu, dengan sedikit ragu, dibukanya mata untuk melihat sosok yang memanggilnya. Jason.

"Hei bangun bung!" Seru jason, austin lalu mencoba berdiri, namun tubuhnya terasa begitu lemah dan lelah.

"Aku akan menopang mu ke air terjun agar energimu pulih lagi" kata jason sambil mencoba memapah austin yang lalu dengan kasar menolak.

"Aku tidak ingin ke air terjun itu lagi!" Teriak austin. Gara-gara air terjun itu ia mendapatkan pengalaman sangat buruk yang membuat ia hampir gila dan kehilangan akal sehatnya.

"Dengar! Aku pun merasakan hal yang sama dengan mu, bahkan lebih sering sebelum kau datang kesini!" Seru jason setengah berteriak ke arah austin

"Yang perlu kau lakukan adalah kembali dan mengalahkan semua sisi gelap mu!!" Sambung jason yang kini nadanya mulai melunak

"Apakah kau gila?! Aku tidak ingin kembali ke sana dan melihat hal buruk itu lagi!" Teriak austin marah

"Jika kau tidak kembali dan mengalahkan semua sisi gelap mu
maka mereka akan terus menghantui mu bahkan sampai kau menjadi gila sekali pun!" Teriak Jason yang menjadi sebuah pukulan besar bagi batin austin.

Austin terduduk lemas disalah satu batu dipinggir kolam air terjun. Mustahil baginya untuk mengalahkan hal-hal buruk tadi, mengingatnya pun austin tidak sanggup, tapi kata jason jika ia tidak kembali dan mengalahkan semua sisi gelapnya, maka mereka akan terus terngiang-ngiang dipikiran Austin yang akan membuat ia gila dengan cepat.

Dihirupnya udara melalui hidung dan menghembuskannya pelan melalu mulut untuk menenangkan dirinya. Mengambil keputusan disaat sedang tertekan bukan pilihan yang tepat menurut austin.
Setelah cukup tenang, austin lalu berdiri dan menatap air terjun itu lagi.

"Baiklah, aku siap!" Serunya mantap

THE SCEPTER : RISE OF THE DARKNESS ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang