Prolog

150K 5.9K 150
                                    


Pagi ini, terasa begitu dingin tak seperti biasa, desau angin mengibarkan jilbab Kelvira yang kini tengah berjalan di koridor sekolah. Dia menebarkan senyum manisnya pada tiap orang yang ditemuinya, terlihat begitu ramah. Kelvira masuk kedalam ruangan bertulisan 'XII IPA 1'. Sesampainya disana, dia berhenti sejenak, ludahnya tercekat melihat hanya ada satu orang di kelasnya, dia bingung kemana teman-teman yang lain. Dia berusaha menyembunyikan keterkejutannya dan berjalan menuju tempat duduknya tanpa memperdulikan tatapan tajam dari Arga.

Kelvira hanya menyimpan tasnya, lalu hendak keluar lagi, dia tak ingin berduaan dengan seseorang yang masih sangat dia cintai, karna dengan imannya yang tak seberapa ini dia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.

"Selalu. Lo selalu ngehindar dari gue" kata Arga terdengar begitu dingin dan penuh luka hingga membuat Kelvira menoleh.

Saat mata mereka bertemu, getaran hangat memenuhi hati Arga, mata yang selalu menunduk dan menghindarinya itu bisa dia lihat dengan jelas sekarang, mata yang dulu selalu menatapnya penuh cinta.

"Sorry Ga, aku perlu ke toilet sebentar" Kelvira masih mencoba menghindar.

'Aku?' gumam Arga dalam hati lalu tersenyum kecut karna Kelvira terkesan formal.

"Gue nggak paham sama lo Kel, lo masih terus ngehindar dari gue, salah gue apa? Lo bisa ngomong biar gue perbaiki kesalahan gue"

Tak ada sahutan dari Kelvira, dia hanya diam sambil menunduk dalam-dalam, menjadikan lantai menjadi objek pandangnya daripada cowok ganteng di depannya.

"Saat lo minta putus, oke, gue terima walau gue masih bingung sama alasannya, tapi gue nggak bisa ngeliat lo terus kayak gini, lo masih bisa ramah sama orang-orang, sedangkan gue, lo nggak pernah ngelirik gue sedikit pun seolah gue orang yang paling hina, sebenci itu lo sama gue?"

Gadis itu mendongak, hatinya begitu terisis melihat mata Arga yang tersiratkan luka.

'Kamu salah Arga. Kamu salah, benci? Mana mungkin aku benci pada orang yang selalu aku sebut namanya dalam doaku?' Batin Kelvira menjerit.

"Seingatku, aku udah jelasin kenapa aku putusin kamu waktu itu, aku udah berubah, aku bukan Kelvira yang dulu, jadi aku mohon Arga, hargai perubahanku ini" Kelvira berhenti dan memejamkan matanya "Please.. jangan ganggu aku lagi, jauhi aku Arga"

Rahang Arga mengeras, dadanya naik turun, ada gumuruh disana. Dia paling tidak bisa melihat seseorang memohon seperti ini apalagi dengan mata yang berair, Kelvira memohon padanya agar dijauhi, yang benar saja!

"Lo yakin, Kel?"

"Ya, karna bagaimanapun kamu tetaplah masa lalu yang harus aku tinggalkan" jawabnya mantap.

Arga menangkap ada kesungguhan dalam matanya. Cowok itu menghembuskan napasnya gusar karna ada sesuatu yang telah menghimpit paru-parunya.

"Oke, kalo itu yang lo mau, gue nggak akan ganggu lo lagi. Tapi Kelvira Anjani, lo harus inget, sekalinya gue menjauh, gue menjauh selamanya, sekalinya gue pergi, gue nggak akan kembali. Catat itu sebagai peringatan"

Arga langsung keluar dari kelas dengan amarah dan sakit yang sedang menguasainya. Meninggalkan Kelvira yang kini terduduk lemas di kursinya.
Air mata yang sedari tadi dia tahan jatuh dengan sombongnya, menciptakan isakan-isakan kecil yang memenuhi ruangan yang sejak tadi sudah disulap menjadi ruangan pembeku.

Dia tidak pernah berpikir akan sesakit ini saat dia memutuskan untuk berhijrah, namun tiap kali dia menangisi kisah hijrahnya, bayangan surga terlintas dibenaknya, membuatnya bangkit dan semakin menyempurnakan hijrahnya. Dia memang mencintai Arga, sangat. Tapi dia lebih mencintai Allah lebih dari nyawanya sendiri. Jadi mana mungkin dia membuat Rabb-Nya cemburu hanya karna cinta dia pada makhlukNya yang fana.

Karna hakikat hijrah; rela kehilangan demi mendapatkan sesuatu yang lebih berharga, karnaNya demiNya dan untukNya.

Hijrah Cinta [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang