Bab 16

50.2K 3.2K 51
                                    


Hari sudah semakin sore, semburat jingga kemerah-merahan yang biasanya menghiasi langit kini seolah ditelan awan yang menjatuhan rintik-rintik air. Kelvira kini tengah berteduh di bawah pohon dekat Rumah Tahfidz untuk menunggu jemputan Papa nya, dia terlihat kedinginan karna bajunya mulai basah terkena hujan. Kepalanya menengadah memandang langit, membiarkan wajahnya dibasahi tetes-tetes hujan, matanya terpejam berusaha meresapi salah satu rahmat Allah ini.

Allahumma shoyyiban nafi'an. Yaallah, turunkanlah bagi kami hujan yang bermanfaat. Dalam hatinya dia merapalkan doa.

"Kel?" Suara Fattan menginterupsi, dia langsung turun dari motornya dan menghampiri Kelvira. "Papa belum jemput?"

"Eh, Kak Fattan. Belum Kak, kayaknya Papa masih di jalan"

"Naya mana? Biasanya dia nemenin kamu"

"Dia pulang duluan, buru-buru katanya"

Fattan terlihat berpikir, dia sebenarnya tidak tega membiarkan Kelvira menunggu sendirian, tapi kini hanya ada mereka berdua disini, tidak baik laki-laki dan perempuan bukan mahram berduaan karna yang ketiganya adalah setan, dia juga tidak ingin ada fitnah karna berkhalwat dengan perempuan yang bukan mahramnya.

"Kamu nggak apa-apa sendirian, Kel?" tanya Fattan terlihat cemas.

"Aku nggak apa-apa, Kak Fattan nggak usah khawatir" Kelvira mencoba meyakinkan.

Tanpa ragu Fattan melepas jaket yang dikenakannya dan mengulurkannya pada Kelvira. "Kamu pasti dingin, Kel, jangan sampe kamu sakit"

Merasa tidak enak, Kelvira langsung menggeleng. "Kak Fattan kan naik motor, jadi Kakak yang lebih butuh jaket itu"

"Aku bawa jas hujan" Fattan masih mengulurkan jaketnya, dia termasuk tipe orang yang tidak suka ditolak.

Dengan ragu akhirnya Kelvira menerima jaket itu lalu memakainya. "Makasih, Kak"

Fattan mengangguk sambil tersenyum hangat. "Yaudah, aku duluan ya Kel"

"Ya, hati-hati Kak Fattan" lirihnya.

"Kamu juga Kel, assalamualaikum" pamitnya lalu bergegas melajukan motornya meninggalkan Kelvira yang sendirian di tengah hujan.

Dalam hati Kelvira membalas salam sambil menatap kepergian Fattan, diam-diam gadis itu tersenyum lalu mengeratkan jaketnya. Tiba-tiba ponselnya bergetar karna ada pesan masuk, dia segera merogoh sakunya dan sebuah pesan dari Papanya memenuhi layar ponsel.

Nak, sepertinya Papa tidak bisa jemput kamu, ada rapat mendadak yang tidak bisa ditinggalkan, kamu naik taksi aja ya. Maafkan Papa, sayang.

Kelvira langsung melihat keadaan sekitar yang tampak sangat sepi, tak ada satupun taksi yang melewat. Dia mendesah frustasi, satu-satunya angkutan umum yang biasa lewat sesore ini hanya bis dan terpaksa dia harus berhujan-hujanan ria menuju halte yang cukup jauh dari tempatnya kini.

Kelvira menutupi kepalanya dengan hoodie lalu siap berlari menembus hujan, namun ditengah jalan dia merasa rintik-rintik hujan yang membasahinya langsung lenyap padahal hujan belum juga usai. Dia menghentikan langkah dan sontak mendongakkan wajahnya, ternyata ada sebuah payung yang menaunginya dan pemilik payung itu tidak lain adalah Arga.

"Nih, pake" suara Arga tak terdengar jelas karna gemuruh hujan.

Kelvira masih diam mengamati raut wajah orang yang sangat dicintainya itu. "Lo kenapa belum pulang?" Kelvira setengah berteriak agar suaranya bisa terdengar.

Alih-alih menjawab, Arga malah meraih tangan Kelvira dan memberikan payung itu. "Jangan sampe lo sakit, Kel" lirihnya.

Tatapan Arga begitu lembut, Kelvira sampai menahan napas sejenak melihatnya, dia bisa melihat cinta yang mengakar di mata Arga tak berkurang sedikitpun walau sudah tersakiti. Gadis itu mengalihkan pandangannya menghindari kontak mata dengan Arga, dia tidak ingin Arga melihat matanya yang kini sudah berkaca-kaca. Selang berapa detik akhirnya bis yang ditunggu pun tiba, Kelvira bersyukur karna dia bisa segera pergi dari sini.

Hijrah Cinta [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang