Pagi-pagi sekali Kelvira sudah sibuk dengan kompor dan alat-alat memasak lainnya, dia tengah membuat sarapan tapi bukan untuk dirinya, melainkan untuk Arga. Semalam seusai menghabiskan berliter-liter airmata, Kelvira memikirkan keputusannya secara matang.Hari-hari selanjutnya mungkin Kelvira akan menghindar sejauh mungkin dari Arga demi meneguhkan hatinya, tapi hari ini adalah pengecualian, bisa dibilang hari ini adalah hari terakhir kebersamaannya dengan Arga, jadi Kelvira berniat untuk memberi kesan baik dipenghujung kisahnya. Dia hanya ingin menegaskan bahwa alasan dia meninggalkan Arga murni karna menghindari dosa, bukan karna sudah jenuh atau bahkan ada orang ketiga diantara mereka. Kelvira tidak ingin Arga berpikiran negatif tentang keputusannya, terlebih Kelvira tidak ingin saling membeci setelah kandasnya hubungan mereka, dan menjauh bukan berarti membenci.
"Sedang apa sayang?" suara Ibunya membuat Kelvira menghentikan lamunannya.
"Kelvira lagi buat bekal sarapan, Bu"
"Untuk Arga?"
Kelvira tersenyum sekilas sambil mengangguk, lalu menyiapkan kotak makan untuk nasi goreng yang sudah selesai dimasak.
"Kamu sendiri sudah sarapan?"
"Belum, nanti saja Bu di sekolah"
Tak ada lagi percakapan setelahnya, keheningan berlangsung cukup lama, Annisa hanya menatap putrinya yang terlihat tak bergairah, wanita berusia 26 tahun itu menghela nafas panjang sebelum kembali bersuara.
"Semalam Ibu tidak bisa tidur karna mendengar suara tangisan dari kamar kamu, Kel"
Kelvira tersentak mendengar penuturan Ibu nya, dia memilih diam dan menundukkan wajahnya.
"Kel?" Dengan hati-hati Annisa mendongakkan wajah Kelvira agar menatap dirinya, dia membelai sayang pipi putrinya. "Jangan menganggap bahwa kehilangan Arga berarti kehilangan kebahagiaanmu, karna sumber kebahagian itu dari dirimu sendiri, kamu punya banyak cara untuk bahagia. Ibu tidak ingin karna kehilangan Arga, senyum kamu tidak lagi terbit menghiasi wajah cantikmu"
"Kelvira tidak yakin apakah setelah hari ini Kelvira masih ingat caranya tersenyum" ucapannya terdengar miris.
"Jadikan Allah sebagai sumber senyummu, maka kamu akan selalu tersenyum karna Dia tak pernah meninggalkanmu walau sedetikpun"
Kelvira menatap lekat mata indah Ibunya, mata itu seolah mengirimkan kekuatan bagi tiap jiwa yang putus asa. Gadis itu tersenyum sambil menggenggam tangan Ibunya yang masih membelai wajahnya. "Ibu memang yang terbaik dan selalu yang terbaik, terimakasih sudah hadir dalam hidup Kelvira dan Papa"
"Kamu emang ahli dalam melelehkan hati Ibu, ya?" candanya.
"Eh, harusnya Kelvira lho yang bilang gitu"
Annisa hanya membalas dengan tawa, hingga terdengar suara mobil yang berhenti tepat di depan rumah.
"Kayaknya itu Arga deh, Bu" ucapnya sambil mengemasi keperluannya termasuk bekal makannya.
Lalu Kelvira mencium tangan Ibunya sambil berkata "Kelvira berangkat ya, Bu"
"Iya, sayang. Ingat pesan Ibu, bicarakan semuanya secara baik-baik, buat Arga benar-benar mengerti dan...jangan ada air mata"
Kelvira meringis mendengar pesan Ibu nya, jujur, dia sedikit cemas apakah dia bisa menyampaikan pada Arga dengan baik dan apakah dirinya juga akan baik-baik saja nanti.
Berbanding terbalik dengan hatinya, Kelvira malah mengangguk meyakinkan. "Mmm, pasti. Yaudah, assalamualaikum, Bu"
"Waalaikumussalam" balasnya lirih sambil menatap kepergian putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta [Completed]
SpiritualKelvira Anjani Pradipta gadis yang terkenal arogan, kasar dan independen, tumbuh dalam keluarga yang tidak sempurna. Perceraian orangtuanya membuat hidup remaja 17 tahun ini bebas tanpa kendali. Hingga suatu ketika kejadian besar menimpanya, membuat...