Cahaya matahari menyelinap masuk ke sela-sela jendela rumah sakit membuat tidur Kelvira sedikit terusik, dia menggeliat pelan sebelum akhirnya mata bening itu terbuka. Ini sudah hari ketiga Kelvira dirawat, dokter belum mengizinkannya pulang karna kondisi kakinya belum pulih."Eh Kelvira udah bangun rupanya" sapa Annisa yang baru keluar dari kamar mandi.
"Udah, Bu. Semalam Ibu menginap disini ?"
"Tidak, semalam Ibu pulang. Azzam tidak bisa tidur tanpa Ibu"
"Kasian Azzam, karna aku dia ditinggal Ibu terus. Menurutku Ibu tidak perlu menjagaku seharian, aku sudah membaik kok. Arga juga setiap hari datang, Bu"
"Tidak apa-apa, Azzam sangat baik, tadi aja saat Ibu pergi dia masih tidur. Soal Ibu menjaga kamu seharian, itu memang sudah kewajiban Ibu, jadi tidak masalah"
Kelvira hanya membalasnya dengan senyum simpul. Annisa memang seperti ibu peri yang Allah kirimkan untuknya, Kelvira memang haus perhatian dari Mama nya, tapi dia punya Annisa yang selalu ada untuk memberikan kasih sayang yang tulus padanya. Dia baru menyadari, betapa beruntungnya karna memiliki ibu tiri seperti Annisa, dan Kelvira tau satu hal, tidak semua ibu tiri mengerikan.
"Papa mana, Bu ?"
"Papa udah berangkat kerja, oh iya Ibu hampir lupa. Papa menitipkan ini pada Ibu" sambil menyerahkan sebuah paper bag pada Kelvira.
"Buat aku ?" tanya Kelvira kebingungan dan hanya dibalas dengan anggukan.
Sebuah senyum terbit dari wajahnya saat melihat pemberian Papanya. "Jilbab ?"
"Iya. Papa bilang mulai hari ini kamu harus belajar menutup seluruh aurat kamu, dan katanya ini bukan jilbab biasa, ini jilbab spesial"
"Diiih Papa ada-ada aja"
Annisa hanya terkekeh mendengarnya, dia pun memakaikan jilbab biru muda pada putrinya. "Masyaallah, kamu makin cantik, Kel. Seperti bukan Kelvira"
Kelvira antusias untuk melihat wajahnya, dia langsung mengambil cermin kecil yang dia simpan di nakas. Saat melihat pantulan wajahnya di cermim dia langsung tersenyum haru, benar kata Ibu nya, Kelvira tampak berbeda dan seribu kali lebih cantik.
"Aku speechless, Bu"
"Lebay deh kamu"
Dan mereka pun tertawa bersama. Tak terasa, dinding pembatas tak kasat mata antara mereka sudah lenyap, kini mereka benar-benar terlihat seperti seorang ibu dan anak.
"Bu.."
"Ya ?"
"Mmm, Kelvira mau minta maaf sama Ibu. Selama ini perlakuan Kelvira pada Ibu selalu kasar dan tidak sopan, Ibu gak benci Kelvira kan ?"
"Sebelum kamu minta maaf Ibu sudah memaafkan kamu, Ibu yakin kamu bersikap seperti itu hanya karna kamu belum paham. Dan apa tadi kamu bilang ? Benci ? Yang benar saja, jika Ibu benci kamu Ibu tidak akan ada disini sekarang"
Seketika hati Kelvira terasa hangat mendengar penuturan Ibunya. "Boleh aku peluk Ibu ?"
"Selalu. Peluk Ibu sebanyak yang kamu mau, Kel"
"Kok Ibu kayak Arga ya ? Suka gombal" katanya sambil memeluk Annisa erat membenamkan wajahnya di bahu Annisa. "Hmm, kalau dari dulu aku tau pelukan Ibu semenenangkan ini, aku pasti meluk Ibu terus"
"Jadi, yang sebenernya gombal siapa nih ?"
"Hehehe, Ibu sama Kelvira" sambil melepas pelukan dan tersenyum manja pada sang Ibu.
"Kelvira mau makan ? Ibu suapin ya ?"
"Nanti aja Bu, belum laper. Kelvira mau nya Ibu ngejelasin sesuatu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta [Completed]
SpiritualKelvira Anjani Pradipta gadis yang terkenal arogan, kasar dan independen, tumbuh dalam keluarga yang tidak sempurna. Perceraian orangtuanya membuat hidup remaja 17 tahun ini bebas tanpa kendali. Hingga suatu ketika kejadian besar menimpanya, membuat...