Sam Pov
Setelah berjabat tangan dengannya, Alex kembali berbaring di atas ranjang dengan posisi tengkurap. Aku mengernyitkan dahi. Mau apa dia?
"Nah sekarang pijat aku. Pegal banget nih," ucapnya sembari memejamkan kedua matanya.
"Enak saja! Memangnya aku tukang pijit hah?" tanyaku protes.
"Haha, ohhh iya aku lupa. Kau memang bukan tukang pijit, melainkan tukang sapi. HUWAHAHAHAHA!!!"
Huwaaaa mami! Dia mengejekku terus. Ya walaupun itu gara-gara kebodohan aku sendiri sih.
"Sutt ih berisik! Lihat nih pipi aku udah merah! Jangan ngejek terus sih!"
"Haha, ya sudah makanya pijitin dong. Aku tidak ajan mengejek lagi deh."
Akhirnya aku pun mendaratkan tanganku di bahunya Alex dengan malas. Aku mulai memijatnya secara perlahan. Dan kalian tahu? Dia malah mendesah!
"Sshhh ahhhh," refleks aku langsung memukul kepalanya. Aduh, maafkan aku Lex.
"AWW! Sakit gila! Kenapa kau memukulku heu?" ucapnya sembari mengelus-elus kepalanya.
"Yaa kamu kenapa malah mendesah gitu? Tahu ah, ngeselin banget sih!"
"HAHA, ya lagian itu mijit atau ngelus sih? Pelan amat perasaan, ya jadi aku mendesah lah," ucapnya dengan wajah innocent-nya.
"Tahu ah bete!"
Aku pun lebih memilih untuk duduk di sofa yang ada di ujung kamar Alex. Aku duduk sembari melipatkan kedua tanganku di dada dan bibir yang sangat sangat maju. 5cm mungkin? Yang jelas aku bete, bete dan bete!
"Biasa aja dong itu bibirnya. Minta dicium? Ngomong aja, gak usah kode-kode begitu," godanya sembari cekikikan.
Arrgghh menyebalkan! Sepertinya aku sudah membuat keputusan yang salah dengan menerima tawarannya itu. Dia terus saja menggoda dan mengejekku! Untung saja aku menyukainya. Jika tidak, mungkin sudah aku tendang dia ke samudera antartika.
Ehhh tapi kan badan dia gede banget, yang ada malah aku yang ditendang ke sana. Oke, aku tidak jadi nendang dia ke sana. Yaa tapi tidak apa-apa deh jika dia terus mengejek atau menggodaku. Terserah maunya apa. Yang jelas aku menikmatinya kok. Yang aku butuhkan hanyalah mental dan kesabaran.
Huh, semangat Sam!!!
Tok tok tok... terdengar suara pintu diketuk dari luar.
"Alex... Sam... ayo turun ke bawah. Mom sudah siapkan cake kesukaan kalian," ucap bibi Vio dari luar.
Mendengar kata 'cake' aku langsung berdiri dan sedikit berlari menuju pintu keluar. Aku langsung turun ke bawah dan menuju ke ruang makan.
Aku pun duduk di meja makan. Alex menyusulku dan duduk tepat di sebelahku. Huh, cari kesempatan dia.
"Ngapain kamu duduk sebelah aku? Pindah sana gih." Aku menunjuk kursi yang ada di depanku. Dan dia malah menatapku sembari senyum-senyum tidak jelas.
"Ahh, aku tahu. Kau ingin memandangi wajahku kan? Maka dari itu kau menyuruhku untuk pindah ke sana. Oke, aku akan pindah jika memang itu maumu," jelasnya menyebalkan. Mendengar hal itu, membuatku langsung mencegahnya.
"Ihh, percaya diri sekali ini orang tua. Ya sudah, tidak usah pindah! Diam saja di sini. Dasar menyebalkan"
"Oh, ternyata sekarang kau ingin dekat-dekat denganku, begitu?" ucap Alex seraya mencolek-colek bahuku. Arrghh menyebalkan sekali! Serba salah!
"Terserah kamu saja!"
Tidak henti-hentinya Alex terus menggodaku. Huh, dasar top menyebalkan! Setelah sebentar menunggu, akhirnya bibi Vio datang dengan membawa kue di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[MPS1] Bad Boy & Cute Nerd [18+ END]
Romance[MPREG SERIES 1] NOTE : SEBAGIAN PART DI-PRIVATE. HARUS FOLLOW KALAU MAU BACA. ------------------------------------ Bagaimana ceritanya ketika seorang Bad boy yang terkenal sebagai seorang Playgay dijodohkan dengan seorang Pemuda Nerd? Lets find o...