Secangkir hot chocolate menemani ku ketika mengenang nya. Sebuah buku berwarna biru laut terletak di depan ku. Seseorang yang pernah menjadi hal terpenting bagi ku, yang sudah memberikan banyak kenangan untuk ku, semua nya tertulis lengkap dalam buku biru yang kalian sebut diary.
###########
Hujan gerimis mengiringi langkahku menuju sekolah hari ini. Aku masih duduk di bangku smp tepatnya di kelas 8b. Entah angin apa yang datang pagi ini, sahabatku Seilla menungguku di gerbang dengan senyum yang sangat lebar kali tinggi.
"Kenapa lo la? Senyum-senyum udah kayak orang gila di perempatan depan" ucapku sambil menahan tawa
"Enak aja orang gila, gue lagi seneng nih, baca pengumuman di mading gih gercep buru". Aku pun berlari ke depan mading bersama Seilla
Pengumuman nama peserta seleksi lomba bahasa
1. Dina sania
2. Amar abdullah
3. Winny azzahra
4. Raihan akbar
5. Asri Lestari
6. Dimas Nugraha
7. Vinka violita
8. Adrian Bramantio
9. Airin Anggraeni
10. Asep SaifulMataku melebar saat membaca 'Airin Anggraeni'.
"La, ada nama gue la, gue kepilih buat seleksi la"
"Seneng kan lo sekarang, tadi aja ngatain gue kayak orang gila"
"Hehe, maaf La"
Aku dan Seilla pun masuk ke dalam kelas dengan wajah yang berseri-seri.
(Latihan hari pertama.)
Kulitnya putih, tinggi, postur tubuhnya ideal, wajah yang sangat mudah memikat hati para perempuan. Aku tidak tahu siapa dia, yang pasti dia salah satu peserta yang terpilih untuk mengikuti seleksi lomba bahasa. Eh tunggu tunggu, satu-satunya nama yang aku tidak tahu siapa dia itu hanya Adrian Bramantio, berarti...."Rin!" Asep menepuk bahu kananku hingga lamunanku buyar.
"Eh i.. Iya a.. Ada apa Sep?" jawabku terbata-bata.
"Nih kertas folionya, hari ini tema cerpen nya ketulusan, panjang ceritanya se-folio penuh ya" jawab Asep sambil memandang ku dengan wajah penasaran.
"Oke, thanks ya"
"Lo ngeliatin Adrian ya dari tadi?"
"Hah?! Siapa yang ngeliatin sihh, orang gue lagi mikir mau nulis cerpen apa"
"Dih sewot, tapi gapapa sih kalo lo ngeliatin, kali aja nyangkut, eh kayaknya gak bakal nyangkut deh, lo kan udah ditakdirkan jadi jomblo akut, hahaha" wajah penasaran Asep pun berganti dengan tawa yang mengejek.
"Lah jomblo kok ngatain jomblo mas"
"eh maap maap aja nih, gue gak jomblo —
"Tapi jones" potong Raihan menahan tawa.
"Kok jones? Kamu anggep aku apa Rai?" ucap Asep dengan muka yang dibuat sedih, membuat kami semua yang melihatnya tertawa terpingkal-pingkal.
"Lo ngomong lagi gue telen sep" ucap ku menahan tawa.
"Sadis amat mbak, takut ahhh... Guysss ada cewek jomblo mau nelen gue nihh, tolongin dongggg" ejek Asep sambil berpindah tempat ke belakang Dina.
Semua pun tertawa melihat tingkah kami, termasuk cowok yang ternyata benar bernama Adrian itu.
Hari pertama latihan cukup menyenangkan, ruang perpustakaan menjadi berisik karena tawa dan canda kami. Walaupun baru hari pertama, kami sudah cukup berbaur, namun tidak dengan Adrian, ia jarang bersuara, hanya ikut tertawa bila kami tertawa akan tingkah konyol dari seseorang diantara kami.
(Latihan hari kedua)
Perpustakaan masih sepi. Bukan karena peserta lain terlambat, tapi karena aku yang terlalu cepat datang. Aku pun memutuskan untuk menunggu di dalam, namun satu menit kemudian Adrian datang sendirian, sepertinya ia juga terlalu cepat datang. Waktu sudah berjalan 15 menit, dan kami masih berada dalam kesunyian. Tidak ada yang mau memecah keheningan. Merasa tidak nyaman akhirnya aku pun memberanikan diri membuka pembicaraan."Adrian ya?"
Ups, aku langsung menutup mulutku. Ya iyalah dia Adrian, bodoh banget sih aku nanya kayak gitu. Tiba-tiba Adrian ikut berbicara.
"Iya, lo Airin kan? Udah dateng dari lama ya?"
"Eh, eng eng enggak kok, cu cu cuma be beda satu menitan sama lo" jawabku terbata-bata.
"Gausah tegang gitu kali, santai aja ngomong sama gue mah"
"Eh, iya"
Kami pun mengobrol sekitar 10 menitan hingga akhirnya para peserta seleksi yang lain datang. Seperti kemarin kami berlatih penuh canda dan tawa, begitu juga dengan Adrian yang hanya ikut tertawa.
(Latihan hari ketiga)
"Hmmm, sudah bagus sih ceritanya... Tapi EYD nya masih banyak yang salah, dilatih lagi ya Airin" kata Bu Indah saat mengoreksi cerpenku.Semua peserta diberi komentar oleh Bu Indah, dari peserta pidato, dongeng, baca puisi, menulis puisi, dan membuat cerpen.
"Hari ini terakhir kalian latihan, besok kita sudah tahap seleksi ya, pulang sekolah langsung kesini bawa perlengkapan sesuai mata lomba masing-masing, sekarang kalian lanjutkan latihan nya ibu mau ada urusan" Bu Indah pun meninggalkan ruang perpustakaan.
Kami melanjutkan latihan terakhir dengan serius, namun hal itu hanya bertahan selama 15 menit. Kami malah bercanda kembali.
"Kira-kira siapa ya yang bakal lolos seleksi besok?" gumam Asep.
"Kalo cerpen sih mending gue aja Sep yang lolos, lo kan katanya mau ke rumah tante lo buat ngambil kucing, kalo lo ikut lomba kasian itu kucing lo php-in" celetukku bercanda.
"Enak aja lo, itu kucing udah pengertian sama gue, kalo gue ngambilnya nanti juga itu kucing masih setia nungguin gue"
"Kucing aja setia, masa doi enggak" celetuk Vinka.
"Doi lo playboy sih Vin" ejek Dina yang pandangannya tidak beralih dari buku dongeng yang sedang dihafalnya.
"Mending playboy lah, daripada lo doinya enggak peka, jhaaaa" jawab Vinka menahan tawa dan disambut oleh cemberut diwajah Dina.
Tiba-tiba aku tak sengaja melihat Asep mengambil sesuatu dari mejaku dengan cepat.
"Asepppp!!!! Pulpen gue lo betak yaaa, balikin ihh" teriakku saat melihat pulpen warna cokelat di tangan Asep.
"Kata siapa punya lo? Emang ada undang-undangnya pulpen ini punya lo" jawab Asep lalu memeletkan lidahnya.
"Gue telen lo Sep, mending lo balikin sekarang atau gue sumpahin kucing lo enggak pengertian lagi sama lo"
"Kucing aja pengertian sama gue, masa lo enggak? Wleeee"
"Sep kasih Sep, lo berdua tuh dari kemaren debat mulu udah kayak capres tau enggak" celetuk Adrian tiba-tiba.
Aku yang baru pertama kali mendengar dia ikut berbicara dengan kami terkejut. Seakan-akan suara Adrian tadi membuatku pergi menjelajah ke dalam bayangan-bayangan yang ada dipikiran ku.
"Airin! Ini lo enggak mau pulpen nya? Lo ngeliatin Adrian mulu ntar dimakan loh sama dia!" seru Asep menyadarkanku.
"Lo kata gue kanibal" jawab Adrian santai.
Aku pun langsung mengambil pulpenku dari Asep.
Langit mulai gelap mengatakan bahwa kami harus segera pulang."Mar, lo pulang naik apa?" tanyaku.
"Jalan, lo dijemput? Atau mau bareng?"
"Bareng deh, gue juga jalan nih, ayah belum pulang"
"Oke, Adriannnnn ayo pulang" teriak Amar.
"Gak usah teriak juga kali Mar, yaudah ayo" jawab Adrian
"Loh rumah Adrian emang dimana?"
"Di perumahan Cendrawasih, kita lewat situ aja Rin, ada jalan pintas ke perumahan Pertiwi di situ" jawab Asep.
Aku pun hanya bisa menurut karena memang tidak begitu tahu jalan pulang kecuali yang biasa aku lewati bersama ayah.
(Tahap seleksi)
Tak hanya bu Indah yang menyeleksi kami, tetapi ada empat guru bahasa lainnya yang ikut menyeleksi sesuai dengan mata lomba masing-masing. Setelah satu jam berlalu, tahap seleksi pun selesai. Kami menunggu hasil seleksi di luar perpustakaan sekitar 30 menit, lalu dipanggil kembali ke dalam."Ibu akan memberitahu siapa 5 orang yang lolos dan akan mewakili sekolah dalam lomba bahasa yang akan dilaksanakan 2 hari lagi. Yang pertama untuk lomba Mendongeng akan diwakili oleh.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Chocolate
Teen FictionKisah seorang remaja yang masih tidak bisa melepaskan asmara dunia putih birunya. Adrian, first love Airin sukses membuat Airin bingung antara bertahan, atau melepaskan. Kisah ini tak hanya membahas tentang sebuah asmara, tetapi persahabatan, dan ai...