Part 17

1K 44 2
                                    

Seharusnya Airin sudah sampai dari satu jam yang lalu, tapi kenapa dia belum pulang juga? Batin ku.

Aku mulai gelisah menunggu Airin. Mungkin aku memang terlalu jahat. Menunggu seperti ini saja sudah cukup sulit, bagaimana dengan Airin yang menunggu ku selama bertahun-tahun? Ah sudah lah, yang penting penantian mu akan berakhir malam ini Airin.

"Sabar Adrian, bentar lagi Airin pasti dateng kok" ucap Aji menenangkan ku. Seperti nya Aji menyadari aku gelisah sejak tadi.

Airin incoming call.

Airin! Seru ku dalam hati. Aku langsung mengangkat telpon dari nya.

"Hallo Airin lo lagi diman -

"Maaf ini bukan Airin" ucap seseorang di sana.

"Ini siapa?"

"Kami dari pihak polisi, ingin mengabarkan pemilik handphone ini mengalami kecelakaan, kami lihat panggilan terakhir di handphone ini ke nomer mas, jadi kita ngabarin nya ke mas, mas kenal keluarga nya?"

"Ke.ce.la.ka.an? A a airin di dimana sekarang?" tubuh ku sudah sangat lemas mendengar nya.

"Rumah sakit health care mas"

Aku menutup panggilan dan langsung mengambil kunci mobil.

"Kenapa Yan?" tanya Nisa bingung

"Airin kecelakaan, ayo ke rumah sakit"

.......................................

Gelap. Disini sangat gelap. Aku terus melangkah dalam kegelapan tanpa tahu arah.

Aku menemukan cahaya. Aku bisa melihat cahaya tersebut. Aku mendapatkan harapan kembali.

Harapan? Tidak. Aku ingin berhenti berharap. Terkadang kata 'harapan' cukup menyakitkan. Harapan adalah saat kamu berani mengambil segala resiko. Harapan adalah menunggu sesuatu yang tidak pasti. Harapan adalah berusaha mendapatkan yang mungkin bisa kita dapatkan, tapi terkadang kita lupa bahwa sebagian besar harapan tidak bisa kita dapatkan.

Aku mengambil resiko tersebut. Untuk kali ini, aku memutuskan tetap berharap, untuk yang terakhir kalinya.

Aku sampai di tempat itu. Tempat yang penuh dengan cahaya. Aku melihat sesosok pria yang sangat tampan. Aku terpana melihatnya.

"Kamu ingin pergi ke tempat yang sangat indah?"

"Tempat apa itu?"

"Tempat dimana semua harapan dapat terwujud, dimana kata menunggu tak akan begitu menyakitkan, tempat dimana tidak ada yang namanya air mata"

"Tapi, aku tidak mengenal mu"

"Nama ku Bintang, aku ingin pergi ke tempat itu, tidak kah kau ingin ikut dengan ku?"

"Aku... Mau..."

....................................

"Ada pembuluh darah di otak nya yang pecah, sekarang kami memvonis nya mengalami koma, yang sabar ya mas" ucap sang dokter lalu pergi meninggalkan kami.

Tatapan ku kosong. Seolah tak ada lagi yang ingin aku lakukan. Seluruh tubuh ku seperti tak ingin bergerak sedikit pun.

"Adrian, sabar Yan..." ucap Dika

"Sekarang lo masuk ke dalem, temenin Airin, biar gue Nisa sama Dika yang ngasih tau keluarga nya" ucap Aji.

Aku duduk di kursi di sebelah ranjang Airin. Wajahnya sangat pucat, nafasnya terdengar sangat berat, tak sedikit selang yang kini terpasang di tubuhnya.

Hot ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang