Part 4

1.1K 58 3
                                    

Adrian tak sengaja melihatku dan Ariel. Ia langsung memalingkan wajah dan mengajak ngobrol temannya. Entah memang dari awal sedang mengobrol atau hanya berpura-pura untuk mengalihkan perhatian.

Esok harinya, aku pulang ke rumah dengan berjalan kaki bersama teman-temanku yang rumahnya searah. Tiba-tiba dari arah berlawanan aku melihat Adrian mengendarai motornya membonceng Ghina. Aku merasakan sesuatu yang aneh dalam dadaku, tapi aku berusaha mengabaikannya. Inget lo bukan siapa-siapa dia Rin, batinku.

Esok harinya aku dan Ariel duduk berdua di kantin untuk makan siang. Tiba-tiba Adrian datang untuk membeli minuman dan melihat kami. Keadaan sudah sangat berubah. Tak ada lagi kata-kata 'sombong ya, janjinya mau saling sapa' keluar dari mulut Adrian ataupun dariku.

Kami bagaikan orang yang tak mengenal satu sama lain. Bagaikan orang asing yang tak sengaja bertemu dan saling tak peduli. Dia bukan lagi Adrian yang aku kenal. Adrian menatap Ariel dengan tatapan aneh. Beberapa menit kemudian Adrian pun pergi.

"Lo sih Rin"

"Loh kenapa gue?"

"Lo liat enggak tadi Adrian ngeliatin gue? Udah serasa mau makan gue tuh orang"

"Hahaha, kocak lo"

"Serius Rin, dia tuh gak suka lo deket sama gue, cemburu kali"

"Yakali, dia udah punya orang mas"

"Oh udah move on nih ceritanya? Cieee"

"Udah ah gak usah dibahas"

Setelah makan siang, Ariel mengantarkanku pulang. Namun sebelum sampai di gerbang depan aku bertemu Nisa. Nisa sudah tau aku dan Ariel bersahabat, namun kali ini wajah Nisa menggambarkan kecemburuan yang jelas-jelas sudah berkecamuk.

"Cie yang habis jadian" sindir Nisa.

"Siapa yang jadian?"

"Lah lo sama Ariel kan habis jadian"

"Kayaknya lo salah paham deh Nis"

"Semua orang di sekolah juga udah pada tau kali Rin kalo lo sama Ariel pacaran"

"Lo lebih percaya gosip daripada temen lo sendiri?"

"Gue percaya sama faktanya sih ya" ketus Nisa lalu pergi. Ariel yang baru datang heran melihat Nisa yang pergi meninggalkanku.

"Itu Nisa? Dia kenapa?" tanya Ariel.

"Pake nanya lagi, biasa lah, salah paham.. Cemburu gue deket sama lo"

"Oalahhh, bagus deh"

"Kok bagus?"

"Berarti dia sayang sama gue beneran, makanya cemburu"

.......................................

"Kenapa lo Nis?" tanyaku heran saat melihat Nisa cemberut di ruang tamu.

"Si Ariel tuh berduaan mulu sama Airin, banyak yang bilang sih mereka pacaran"

"Lah bukannya lo pacarnya Ariel?"

"Iya emang, tapi kayaknya bentar lagi enggak deh, liat aja sekarang si Ariel lebih sering bareng Airin daripada gue"

"Ya lo harusnya jagain pacar lo lah, kenapa dia bisa deket sama Airin? Kalo lo jagain pacar lo bener-bener pasti dia gak bakal deketin Airin!" kataku terbawa emosi.

"Eh Adrian, gue yang cemburu kenapa jadi lo yang marah, udah ah gue mau pulang! Nih gue kesini disuruh mama nganterin bingkisan ini buat mama lo" kata Nisa sambil menyerahkan sebuah bingkisan, lalu mengambil kunci motornya dari atas meja dan langsung pulang.

Iya juga sih, kenapa gue jadi kebawa emosi gini ya, padahal kan gue bukan siapa-siapanya Airin, gue juga udah punya Ghina, batinku.

Tiba-tiba handphone ku berbunyi.

Ghina: Adrian, kamu lagi di rumah enggak? Aku main ke rumah kamu ya?

Aku: Oke

Setengah jam kemudian Ghina datang. Kami pun mengobrol dan bermain game bersama di ruang tamu.

"Aku kasian sama Nisa" kata Ghina tiba-tiba.

"Kenapa?"

"Itu pacarnya, si Ariel, kan di sekolah lagi ada gosip dia pacaran sama siapa tuh, Airin ya kalo enggak salah"

"Kan cuma gosip"

"Iya tapi kayaknya beneran deh, soalnya mereka berduaan terus, main basket berdua, makan siang berdua, pulang juga berdua"

"Kamu kesini mau main sama aku atau mau ngomongin Ariel sama Airin?"

"Main sama kamu lah sayang, jangan ngambek gitu dong"

..............................

Esok harinya.
"Rin, Ariel sama Adrian berantem Rin" bisik Seilla saat aku baru masuk ke kelas.

"Hah? Dimana?!"

"Halaman depan — aku pun langsung berlari ke halaman depan sebelum Seilla menyelesaikan omongannya.

"Lo tuh harusnya bersyukur bisa jadi pacarnya Nisa, bukan malah selingkuh sama orang lain!"

"Selingkuh sama siapa sih?!"

"Lo kemana-mana sama Airin, maksud lo apa?!"

"Airin tuh sahabat —

"Ariel!!!" panggil ku sambil berlari.

Aku pun mengatur nafas saat sampai di halaman depan.

"Adrian..." ucapku pelan.

Adrian pun langsung melepaskan tangannya dari kerah baju Ariel.

"Jangan kasih tau apapun ke Airin!" bisik Adrian lalu langsung pergi meninggalkan Ariel dan aku.

(Di kantin)
"Nih minum dulu" ucapku sembari memberikan sebotol air mineral.

"Lo berantem sama Adrian? Emang ada masalah apa?"

"Enggak ada"

"Yakin?"

"Iya Airin... Mending sekarang lo pesen roti sama susu cokelat buat lo, gue yang bayar"

Aku pun tersenyum lebar dan langsung menuruti perkataan Ariel. Ariel memang sahabatku yang paling pengertian. Bahkan Seilla saja sekarang lebih sibuk dengan teman-teman barunya.

Dua hari kemudian.
Nisa semakin sinis setiap bertemu denganku. Ariel pun sempat memberitahuku bahwa Nisa tidak mau berbicara padanya.
Langkah demi langkah berlalu. Ku beranikan diri untuk menemui Nisa di kelasnya. Awalnya Nisa tidak mau mendengar penjelasanku, namun akhirnya dia menyerah karena aku yang terlalu bawel memintanya untuk mendengarkanku.

"Ariel sama gue cuma sahabatan Nis, lo harus percaya sama gue, gue juga udah suka sama orang lain, Ariel tuh selalu curhat ke gue tentang lo dan gue juga curhat tentang orang yang gue suka, gak lebih gak kurang" kata ku panjang lebar

"Lo suka sama orang lain?"

"Iya"

"Siapa?"

"Hmmm..."

"Gak bisa jawab kan lo" Nisa pun langsung membalikkan badan, namun sebelum ia melangkah aku langsung membuka mulut.

"Adrian...." ucapku lirih.

••••••••••••••••••••••••••••••

Hai readers, thanks buat kalian yang udah mau baca Hot Chocolate :)
Gimana Hot Chocolate nya? Masih belum terlalu seru ya?
Komentar dong, setiap komentar dari kalian bakal bantu banget buat bikin Hot Chocolate makin enak dinikmatin ^^

Arigatou Gozaimasu ^o^

Hot ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang