"A... Adrian" ucap ku terbata-bata, seakan tak merasakan sakit lagi aku pun berdiri dan menatap Adrian.
..............................
Ia masih seperti Airin yang dulu. Terbata-bata ketika menyebut nama ku. Airin, kemana saja kamu tidak pernah datang ke sini. Kau tahu? Aku selalu menunggu mu di sini.
Kami saling menatap dalam diam. Anna yang berada di samping Airin mungkin merasa diri nya seekor nyamuk sekarang. Tiga puluh detik kemudian aku mengalihkan pandangan dari tatapan Airin. Tapi tunggu, mata ku tak sengaja melihatnya. Tetesan darah segar mengalir di lutut kaki kiri Airin! Aku menatap nya kembali, Airin masih menatap ku seakan ia tidak merasakan kaki nya terluka. Aku menghela nafas sejenak. Dasar Airin, batinku.
...........................
Sudah berapa lama kita tidak bertemu Adrian? Kau semakin tampan saja. Bagaimana kabar mu? Bagaimana hubunganmu dengan Ghina? Apa kau masih mengingatku? Apa kau merindukan ku? Aku sangat merindukan mu Adrian. Kau tau? Aku bahkan sangat ingin mengatakan aku mencintai mu saat ini juga. Sangat sulit menyembunyikan nya Adrian... Tapi aku tidak boleh egois. Kau pasti lebih bahagia bersama Ghina.
"Airin!" suara Adrian membuyarkan lamunan ku.
"Eh, iya?"
"Kaki lo tuh, lutut nya berdarah.. Maaf ya gara-gara gue lo jadi gini" ucap Adrian
"Maaf ya Airin, Adrian nabrak lo gara-gara lagi kejar-kejaran sama gue" ucap Rafli sambil menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
"Eh iya gapapa kok" ucap ku lalu tersenyum.
"Ayo ke uks, gue obatin" ucap Adrian lalu dengan sigap menuntun ku menuju uks dibantu oleh Anna yang masih diam sedari tadi.
(Di uks)
Semua mata tertuju pada ku. Adrian ini kenapa sih? Dia tidak sadar kah kalau di sini banyak anak PMR dan bahkan ada kak Adit pelatih ku?"Ehemm, enak ya diobatin" goda kak Adit sambil senyum meledek dari pinggir pintu. Anak-anak PMR yang ada di uks pun langsung menciekan aku dan Adrian, sebagian dari mereka terlihat menahan tawa.
"Adrian -
"Sebentar lagi Rin" potong Adrian sambil terus membersihkan luka ku.
"Lo lupa ya?" ucap ku pelan.
"Lupa apa?" jawab Adrian lalu mengambil betadine dan meneteskan nya di atas lutut ku yang berdarah.
"Gue kan anak PMR Adrian, gue bisa ngobatin sendiri, lagipula disini ada banyak anak PMR yang bisa ngobatin kalaupun gue enggak bisa ngobatin sendiri, and see? Kita jadi bahan tontonan mereka sekarang" ucap ku panjang lebar.
Adrian menghela nafas, lalu mengambil kasa steril dan menutup luka ku dengan kasa tersebut dan plester.
"Udah selesai bawel, lo tuh masih kayak dulu ya.. Masih bawel" ucap Adrian seraya berdiri lalu tersenyum mengacak-acak rambut ku. Beberapa detik kemudian ia pergi meninggalkan ku yang terdiam karena ulah nya barusan.
Mengacak-acak rambut. Aku masih sangat jelas mengingatnya. Kenangan itu terlintas lagi dalam pikiran ku.
Siang itu aku benar-benar emosi. Mereka sungguh tidak menghargai ku. Sia-sia saja teriakan ku yang berulang kali aku keluarkan. Hanya membuat tenggorokan ku sakit saja. Aku benar-benar sudah ingin meledak. Ku banting segala macam barang yang ada ditangan ku. Aku bahkan tidak sadar bahwa aku membuat raket badminton ku patah.
Aku duduk menyendiri di sebelah tiang di depan kelas. Berusaha menenangkan diri. Tiba-tiba seseorang mengulurkan jari telunjuknya dan disentuhkan ke tangan dan bahu ku, ingin memastikan apakah aku baik-baik saja.
Aku melihat ke empunya jari telunjuk. Sejujurnya aku ingin tertawa saat itu, ternyata Adrian yang melakukan nya. Adrian bertingkah seperti anak kecil yang polos dan ingin mengetahui apakah aku masih marah atau tidak. Wajah polos yang dibuat-buatnya sungguh menggemaskan, akan ku cubit kalau aku tidak ingat dia adalah seorang Adrian.
Tak hanya sampai di situ, Adrian melakukan hal yang lain. Ia terus menggoda ku hingga aku tak sanggup lagi menahan tawa.
"Adrian, diem ah rese lo" ucap ku menahan tawa.
"Kalo mau ketawa ya ketawa aja kali, enggak usah malu-malu gitu" ucap Adrian seraya mengacak-acak rambut ku lalu tertawa. Aku langsung memasang wajah cemberut.
Begitu lah Adrian. Entah apa yang membuatnya senang mengacak-acak rambut ku.
Jam sudah menunjukan pukul empat sore. Aku pun langsung mengambil tas ku dan pamit dengan kak Adit. Aku sudah berjanji kepada bunda untuk pulang sebelum jam setengah lima sore.
Malam hari nya. Adrian tiba-tiba mengirim chat pada ku. Hal yang entah sudah berapa lama tak pernah ia lakukan.
Adrian: Besok jogging yuk
Aku terkejut membaca nya. Sudah lama Adrian tak menghubungi ku, dan sekarang tiba-tiba tak hanya mengirim chat tapi ia juga mengajak ku jogging? Apa mungkin Adrian dan Ghina sudah putus?
Adrian: Kok diread doang, mau enggak nih?
Aku: Berdua aja?
Adrian: Iya, kenapa? Takut dikira pacaran sama bunda?
Aku: Eh enggak kok :3
Adrian: Jadi?
Aku: Yaudah ayo
Adrian: Oke, besok gue jemput jam enam pagi
Adrian memang selalu penuh dengan kejutan, batinku.
Esok harinya.
Aku dan Adrian jogging di tempat yang sama dengan pertama kali kami jogging dulu. Saat ini aku merasa dunia ku kembali lagi. Adrian membuat ku hidup lagi.
Seperti biasa setelah jogging kami sarapan di Choco Cafe, dan Adrian seperti kembali kepada diri nya yang dulu. Kami berbincang-bincang dan terkadang tertawa. Sangat menyenangkan. Aku akan memberhentikan waktu saat ini juga jika aku bisa melakukan nya.
Setelah selesai sarapan Adrian mengantarkan ku pulang. Tadinya sebelum ia pergi aku ingin bertanya sekali tentang hubungan nya dengan Ghina, tetapi niat itu ku urungkan. Ku lambaikan tangan ku saat motor Adrian mulai melaju.
.....................................
"Adrian" ucap seseorang yang membuat ku terbangun dari tidur ku.
"Kamu ngapain disini?" tanya ku pada seseorang tersebut yang ternyata adalah Ghina.
"Tadi nya mau main, tapi tadi aku liat kamu berdua sama Airin"
"Kamu enggak bilang dulu sih mau ke sini"
"Harus banget aku bilang? Aku ini pacar kamu Adrian!"
"Emang kalau pacar kenapa?" jawab ku dengan mata yang terpejam kembali.
"Kamu inget kan aku pernah bilang kamu harus jauhin Airin?"
"Kamu itu pacar aku, bukan mama aku yang bisa seenaknya nyuruh-nyuruh aku" jawab ku asal, jujur aku setengah tidur setengah sadar menjawabnya.
"Adrian! Kamu mau nya apa sih, kamu kok jadi berubah gini sama aku!"
"Putus..."
•••••••••••••••••••••••••••
Hai readers ^^
Di part ini tulisan yang garis miring dan digaris bawahi itu ceritanya adegan flashback gitu ya :)
Oiya gimana nih Hot Chocolate nya udah ada perkembangan belum? Makin bagus atau makin jelek? Hehe
And aku mau ngucapin special big thanks to readers yang udah mau baca dan vote story ini, dan juga yang udah komentar buat ngasih saran-saran yang insyaallah bakal bermanfaat banget :)So, buat kamu kamu yang masih jadi silent readers, ditunggu yaa vote dan komentar nya (*'∇`*)
Baca terus Hot Chocolate yaa (*゚▽゚)ノ
Arigatou Gozaimasu ^o^
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Chocolate
Teen FictionKisah seorang remaja yang masih tidak bisa melepaskan asmara dunia putih birunya. Adrian, first love Airin sukses membuat Airin bingung antara bertahan, atau melepaskan. Kisah ini tak hanya membahas tentang sebuah asmara, tetapi persahabatan, dan ai...