Tapi apa peduli Airin? Dia aja belum tentu suka sama aku.
....................
Esok harinya.
Masih pukul 4.30 pagi. Namun aku sudah rapi dan siap untuk pergi. Sebenarnya acara camping ini selesai pada siang nanti, tapi aku harus mengikuti lomba PMR hari ini. Aku memang sudah lama tergabung dalam ekstrakurikuler PMR, dan sudah cukup sering diikutkan ketika ada lomba dari PMR sekolah lain.
Aku sudah mendapat izin dari ketua panitia dan pembina. Aku berangkat ke tempat lomba diantar oleh Adrian. Kebetulan yang sangat bermanfaat. Jika Adrian tidak ada, aku mungkin sudah bingung bagaimana untuk bisa ke tempat lomba.Di sepanjang jalan Adrian selalu mengajak ku mengobrol. Tentu saja aku dengan senang hati mengobrol dengannya.
Adrian terlalu nekat. Sejujurnya dari awal aku sudah memberitahunya untuk menunggu di sebuah halte yang sudah pasti akan dilewati rombongan PMR sekolahku. Namun Adrian yang berniat tidak ingin membuang waktu untuk menunggu pun akhirnya malah membuat kami tersesat.
"Udah lah, mending kita putar balik aja ke halte tadi, daripada makin jauh nyasarnya" kataku
"Iyaudah deh" jawab Adrian pasrah.
Kami pun kembali ke halte yang aku maksud tadi.
Kami pun menunggu. Menunggu memang sangat tidak menyenangkan, apalagi menunggu seseorang yang belum pasti akan datang. Namun menunggu hal yang sudah pasti, ataupun menunggu bersama seseorang yang sudah lama dinanti akan membuat menunggu menjadi lebih menyenangkan.
.......................
Tubuhnya yang mungil membuatku ingin mendekapnya dalam peluk ku setiap bertemunya. Matanya yang indah tapi tak pernah sekali pun bertemu dengan mataku dalam waktu yang lama. Menunggu bersamanya adalah momen yang tidak akan pernah aku lupakan. Aku disini Airin, Adrian yang selalu menunggumu.
.........................
"Adrian, kak Adit ngechat gue katanya mereka ada di warung deket perempatan"
"Yaudah lo tunggu di sini ya, biar gue samper buat ngarahin ke sini" Adrian pun langsung pergi meninggalkan ku sendirian.
Adrian memang sangat baik. Jauh dari kata baik, ia selalu baik padaku kapan pun dimana pun. Mungkin aku salah, Adrian memang selalu baik kepada semua orang, mungkin aku yang salah menanggapi, hanya saja aku yang berharap terlalu lebih.
(Di tempat lomba)
Matanya yang tajam sudah terpejam dari beberapa menit yang lalu. Wajahnya yang jelas menunjukkan kelelahan membuatku tidak jadi membangunkan nya. Adrian tertidur di hadapanku sekarang. Kalian harus tau betapa menggemaskannya saat dia tertidur, aku bahkan ingin mencubit pipinya saat itu juga. Tapi tenang saja, aku masih punya hati dan tidak mungkin tega membuatnya terbangun dalam keadaan lelah seperti itu.Tepat jam 10.00 aku masuk ke lapangan untuk membuat sebuah tandu. Oiya, di PMR aku sebagai pembuat tandu, jadi tugasku hanya membuat sebuah tandu secepatnya dan seperfect mungkin.
Aku sudah siap dengan bambu blandar dan tali tandu ditanganku. Ketika waktu dimulai aku dengan lincah memainkan kedua benda itu. Namun tanpa sengaja aku melihat Adrian sudah terbangun dan kini ada di pinggir lapangan melihatku. Konsentrasi ku mulai buyar. Tali ku terurai panjang dan dengan bodohnya aku menghabiskan waktu untuk mengguljng kembali tali tersebut. Hitungan simpul jangkar ku tiba-tiba membingungkan ku sendiri. Entah apa yang ada di pikiranku saat ini.
Empat menit sudah berlalu dan aku sudah berhasil menyelesaikan sebuah tandu bersama pasangan tanduku. Mataku mulai panas saat aku mendapatkan skor yang tidak sempurna karena banyak melakukan kesalahan. Aku pun langsung pamit pada pelatihku untuk kembali ke tempat camping.
Di sepanjang jalan air mataku menetes. Beruntung aku memakai helm, sehingga Adrian tidak akan menyadari kalau aku menangis. Kali ini aku membuat orang lain kecewa. Aku tidak bisa membantu ekskul ku untuk membawa piala seperti lomba sebelumnya.
.........................
Aku tahu Airin menangis. Matanya sudah berkaca-kaca sebelum ia memakai helmnya tadi. Aku bingung harus bagaimana. Di sepanjang perjalanan ke tempat camping aku hanya terdiam. Memberi kesempatan untuk Airin menumpahkan emosinya dengan menangis. Airin... Kalau kamu mau menangis, menangis saja dihadapan ku, jangan biarkan ada orang lain melihatmu menangis, kamu harus tau bahwa pundak ini selalu menunggu sandaran darimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Chocolate
Teen FictionKisah seorang remaja yang masih tidak bisa melepaskan asmara dunia putih birunya. Adrian, first love Airin sukses membuat Airin bingung antara bertahan, atau melepaskan. Kisah ini tak hanya membahas tentang sebuah asmara, tetapi persahabatan, dan ai...