"Kak Rino kenapa sih kak?"
"Would you be my girl, Airin?"
"Maaf kak, yang ada dihati aku bukan kak Rino...."
Aku pun pergi meninggalkan kak Rino yang terdiam karena jawaban ku.
Sejak saat itu aku dan kak Rino tidak pernah berkomunikasi lagi. Bertemu pun hanya sebatas senior dan junior dalam ekskul yang sama. Sebenarnya aku merasa tidak enak dengan kak Rino, tapi mau bagaimana lagi? Aku hanya sekedar mengaguminya, bukan menyukai nya seperti aku menyukai Adrian.
Sebentar lagi tanggal 1 januari. Semua acara yang bisa membuat ku batal pergi bersama Adrian aku batalkan. Beli baju baru, sepatu batu, semua sudah aku persiapkan.
1 Januari.
Hari ini aku sudah duduk manis di ruang tamu menunggu Adrian. T-shirt putih, celana jeans hitam, dan flatshoes hitam bergaris putih menjadi outfit of the day ku saat ini. Aku menunggu Adrian sambil membaca sebuah novel. Aku sudah terbiasa menunggu. Jadi setidaknya aku masih cukup sabar menunggu Adrian yang belum juga datang.Bip bip, handphone ku berbubyi menandakan ada chat masuk. Aku pun membuka nya.
Adrian: Airin, sorry hari ini gue gak bisa nepatin janji gue, gue harus ke bandara jemput sepupu gue, gapapa kan?
Sesuatu yang hangat mengalir dipipi ku. Adrian, lo enggak tau berapa banyak ajakan yang gue tolak cuma buat hari ini? Lo enggak tau seberapa pentingnya acara-acara yang gue batalin cuma buat hari ini? Lo emang selalu enggak pernah ngasih gue kepastian, batin ku.
Hari ini... Lembaran pertama dalam buku yang baru. Yang ingin aku isi dengan kisah kita. Tentang kamu yang dengan romantis nya mengajak ku pergi berdua, membuat kenangan pertama dalam tahun ini. Tentang aku yang merasa mendapat sebuah harapan yang besar untuk kamu Adrian.
Tapi nyata nya lembaran itu tidak pernah ada. Lembaran itu kini berisi tentang kamu yang lagi-lagi membuat ku hanya bisa berharap dan berharap. Berharap akan sesuatu yang tidak pasti. Kamu membuat ku terus menunggu tanpa kamu sadari. Kamu membuat ku hampir menyerah dengan semua ini. Aku ini apa buat mu Adrian?
10 tahun kemudian.
Aku masih menunggu. Menunggunya memberi sebuah kepastian. Sakit memang, tapi mau bagaimana lagi?
Masa putih abu-abu ku telah selesai. Bahkan tanpa sempat aku merasakan dunia putih abu-abu yang sesungguhnya. Masa putih biru ku selalu mengikuti kemana pun aku pergi, bahkan hingga sekarang.
Aku tidak menyesal. Aku tidak pernah menyesali kenyataan bahwa Adrian membuat ku tak bisa menikmati masa SMA ku. Aku malah senang. Senang karena tanpa aku sadari Adrian sudah menjadi masa putih biru dan putih abu-abu ku sekaligus.
Jika ada orang yang bertanya mengapa aku tidak pergi? Mengapa aku masih bertahan? Aku sendiri masih bingung. Seperti ingin bertahan tapi tidak dihiraukan, seperti ingin pergi tapi tak juga dilepaskan.
Hingga hari ini, Adrian bertunangan dengan perempuan lain. Aku tidak tahu namanya. Aku tidak mengenalnya. Bahkan aku belum pernah melihatnya.
Aku hadir di pertunangan Adrian. Tapi sebelum acara dimulai aku sudah bergegas pulang. Tidak mau merasakan hal yang lebih sakit lagi. Aku merasa semua nya sudah cukup. Aku tidak sanggup melanjutkan perjuangan ku lagi. Berjuang sendirian sangat lah sulit untuk dilakukan.
Aku berjalan menuju pintu keluar. Namun langkah ku terhenti ketika mendengarnya.
"Saya ingin membatalkan pertunangan ini" ucap perempuan di samping Adrian.
"Saya sudah memiliki orang lain, sebenarnya saya terpaksa bertunangan dengan Adrian karena tuntutan orang tua, tapi saya sadar ini akan berpengaruh terhadap masa depan saya, jadi saya memutuskan untuk membatalkan pertunangan ini, saya minta maaf" sambungnya, lalu pergi ke meninggalkan tempatnya berdiri tadi.
Aku sangat terkejut mendengar perkataan perempuan tersebut, namun aku memutuskan untuk tetap melangkah pulang.
Lagi-lagi langkah ku terhenti. Seorang pria tampan yang mengenakan setelan jas yang sangat rapi dan terlihat menawan itu kini ada di hadapan ku.
"Airin..."
"Gue ikut sedih atas batalnya pertunangan lo hari ini ya" ucap ku sambil berusaha terus berjalan, tetapi pria itu tetap menahan ku.
"Gue mau lo jadi tunangan gue sekarang"
PLAK, tamparan dari ku sukses mendarat di pipi nya.
"Lo tuh asal jeplak aja ya!"
"Gue serius, lo sayang kan sama gue? Udah lah jangan gengsi gitu Rin"
PLAK, tamparan kedua dari ku sukses mendarat lagi di pipi nya.
•••••••••••••••••••••••
Hai readers ^^
Author mau ngucapin Happy New Year (*'▽'*)
Khusus part ini ada #edisinewyear nya buat kalian para readers setianya Hot Chocolate ^^Baca terus Hot Chocolate yaaa
And jangan lupa voment nyaaa ^o^
Arigatou Gozaimasu (*´∇`*)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Chocolate
Dla nastolatkówKisah seorang remaja yang masih tidak bisa melepaskan asmara dunia putih birunya. Adrian, first love Airin sukses membuat Airin bingung antara bertahan, atau melepaskan. Kisah ini tak hanya membahas tentang sebuah asmara, tetapi persahabatan, dan ai...