23

7.8K 430 20
                                    

Kelly's POV

2 tahun berlalu begitu saja. Aku menatap puteriku yang tengah sibuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Ada Wina yang membantunya menjawab dan Rita yang tengah berkutat dengan berkas-berkas diatas meja kerjanya. Ruangan keluarga yang kuubah menjadi ruangan kerja sekaligus tempat belajar puteriku, benar-benar sangat luar biasa. Kami menghabiskan sisa malam di dalam sini dengan ditemani alunan lembut musik klasik kesukaan mendiang Mama Wina.

"Aku mau ke toilet bentar."

Rita meninggalkan tempat duduknya. Aku mencoba memeriksa berkas-berkas yang ada di mejanya. Banyak juga. Pantas saja Nenek sangat mempercayainya sebagai sekretaris.

Aku menatap Wina yang tengah mengajarkan Kelly. Cantik. Aku bahkan tak berhenti mengagumi parasnya itu. Ada getaran hebat ketika mataku menangkap semburat merah di sekitar pipinya, begitu memesona. Aku bahkan tak dapat menyembunyikan betapa gugupnya aku ketika tangannya mengalung di pinggangku.

"Kamu pergi tidur sekarang ya. Sudah jam 9 malam, besok pagi Kelly harus olahraga kan di sekolah?" ucap Wina sambil membantu Kelly merapikan buku-bukunya.

"Iya Mam, saya pergi tidur. Sampai jumpa besok Mam," ucapnya sambil mengecup pipi Wina.

Wina membalas kecupan gadis kecilku. Aku tersenyum tipis dari belakang mereka. Memerhatikan kegiatan sederhana yang membuat hatiku sangat tenang. Kehangatan yang datang dari hal-hal sederhana, dapat menghapuskan beberapa kejenuhanku yang berasal dari kantor.

"Mam, kenapa bengong?" Kelly menatapku dengan senyuman sumringahnya. Apakah dia tahu apa yang sedang kupikirkan? Jangan sampai.

"Hah? Ti..tidak apa apa. Kamu sudah selesai? Ayo Mam antar tidur,"

Kelly menggelengkan kepalanya. Dia tersenyum padaku dan mendekatan bibirnya ke bibirku. Dikecupnya bibirku dan ia berlari meninggalkanku bersama Wina di dalam sini. Aku hanya menggelengkan kepala, begitupun Wina. Sangat heran ketika Kelly mulai mengeluarkan sifat anehnya.

"Key, aku sayang kamu."

Aku menatap matanya. Dia membalas tatapanku. Sekian lama kami bersama, baru kali ini dia mengatakan itu padaku secara tiba-tiba. Aku mendekatinya dan membuka tanganku untuk membiarkannya bersandar di dadaku. Kuelus rambutnya yang sudah mulai memanjang.

"Kenapa em?" tanyaku.

Wina tak berucap sepatah katapun. Jemarinya sibuk bermain di lenganku, sehingga membuatku menahan rasa kejang yang sangat menyiksa. Sedikit kurengkuhkan tubuhku untuk memberi kode padanya bahwa semua perlakuannya membuatku gemetaran. Aneh. Aku tahu aku sangat aneh.

"Kenapa? Geli?"

"Banget," jawabku sambil menyengir.

Wina menghentikan kegiatannya dan kini wajahnya berhadapan dengan wajahku. Bibirnya bergerak pelan menyampaikan sesuatu padaku. Entahlah. Aku menatap pergerakan bibirnya. Wajahnya semakin maju dan maju, semakin mendekati wajahku, hingga bibirnya bertaut dengan bibirku. Manis. Aku menerima perlakuannya ini.

Kubaringan tubuhku diatas karpet biru ini dan mulai mencari posisi nyamanku. Kubiarkan Wina memagut bibirku dengan sensual. Tanganku bergerak liar di bagian belakang tubuh mungilnya. Lembut, halus, dan aku menikmatinya. Turun... Turun... dan semakin tak terkendali. Aku memegang bagian bokongnya dan tanganku tak ingin berhenti melakukan ini. Otakku benar-benar tak berfungsi, semuanya dikendalikan oleh nafsu. Shit!

Wina melepaskan pagutannya dan beralih menuju dadaku. Dilepaskannya dua kancing teratas piyama yang kukenakan.Dia mengelus dadaku dengan perlahan dan sesekali memainkan putingku. Aku merasakan tubuhku menegang, syaraf-syarafku menegang. Bola mataku seakan ingin keluar dari tempatnya karena menahan perlakuan yang sangat sensitif ini. Bibirku terasa sangat perih karena tergigit gigi bagian atas dan bawahku, kedua tanganku memeluk tubuhnya dengan sangat erat.

Perfect Badly (gxg) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang