17

7.2K 490 11
                                    

Kelly's POV

Aku mendengar Rita sedang sibuk berbicara dengan seseorang melalui telepon. Dia terlihat sangat panik dan wajahnya sedikit pucat. Aku yang sedang bermain dengan Kelly, memutuskan berhenti dan menghampiri Rita.

Sebulan sudah kami hidup di atap yang sama serta bermain di tempat yang sama. Sedikitpun tak ada kata-kata orang tua yang terucap dari mulut gadis kecilku. Dia begitu bahagia saat bermain, tak ada sedikit kenangan yang tersimpan dalam benaknya. Sungguh gadis kecil yang sangat malang. Terkadang aku memikirkan perasaannya yang dibuang oleh orang tua kandungnya.

"Key, kita harus ke Singapore sekarang,"

"Kenapa Mbak?"

"Nyonya. . ."

Dia menghela nafas sebentar dan beranjak dari kursinya. Aku tau Nenek pasti kenapa-kenapa, lebih baik kudengarkan saja apa katanya.

"Nyonya sebenarnya telah dirawat di rumah sakit sejak 2 bulan yang lalu, sejak kepindahanmu kemari. Dan, hari ini Nyonya dipindahkan ke Singapore karena kondisinya yang semakin kritis. . ." dia menghembuskan nafas lagi.

Aku hanya menatapnya nanar. Apa maksudnya? Kenapa selama ini dia tak memberitahuku? Apa alasannya hmm? Apakah aku memang tak pernah dianggap cucunya?

"Key, tolong jangan marah dulu. Kita harus berangat 3 jam lagi, pesawat akan landed,"

"Baiklah, mending sekarang kita pulang dan siap-siap,"

Aku tak berucap apapun setelah itu. Benakku masih bertanya-tanya, ada apa ini sebenarnya? Kelly berada di gendonganku, dia tak banyak bertanya. Dia sangat mengerti dengan ekspresi wajahku saat ini dan tentu dia mengerti bagaimana moodku.

"Aku telpon Erika. Nyonya harus ketemu Erika, karena Erika salah satu bawahan Nyonya,"

"HAH?!"

Wajahku cengo, kaget medengar nama Erika disebut-sebutnya. Sejak kapan Erika menjadi bawahan Nenek? Kenapa aku semakin tidak mengerti saja hm. Apakah kebodohanku masih mengkerak di kepalaku? Atau otakku saja yang memang tetap lamban?

"Nanti akan dijelaskan semuanya, Sayang. Please konsentrasi kalau lagi nyetir," ucapnya agak panik.

Dalam waktu 15 menit, aku sudah mencapai rumahku bersama Rita. Pikiranku masih kacau, otakku tak mampu mencerna semua keadaan yang sangat unexpected ini dan tentu aku sedikit stress untuk menormalkan gelombang pikiranku. Damn! Kenapa pikiranku harus seperti ini disaat akan mengalami jetlag beberapa jam lagi? Hah.

*****

"Tolong ya, jangan banyak memikirkan sesuatu kalau kamu gamau sakit sampai di Singapore. Tenangin pikiranmu dulu,"

Aku hanya menarik dan menghembuskan nafasku dengan perlahan, berusaha menormalkan kembali kepalaku yang agak berdenyut. Kelly masih sibuk memijit-mijit lenganku, kurasa dia ingin menenangkanku juga. Kulihat Erika sedang sibuk dengan ponselnya, wajahnya pun tak kalah panik dengan Rita, dan tentu itu membuatku tak bisa merasa sedikit tenang.

"Ashilla udah agak mendingan?"

Aku mengangguk yakin atas pertanyaan Erika. Walaupun sebenarnya perasaanku masih bercampur aduk ingin mengetahui segala isi pikiran dua orang yang ada di hadapanku ini.

"Oke, kalau gitu kita harus check-in sekarang. Pesawatnya udah landed 5 menit lalu."

Aku mengikuti mereka dan membiarkan Kelly berada di gendongan Rita. Sungguh tubuhku tak sanggup menanggung beban untuk saat ini. Aku kembali merasa sangat lelah. Ayolah Key! Perlihatkan dirimu yang kuat, yang sangat berandal dan tidak tahu diri. Mana sifatku yang dulu hm? Kenapa justru aku menjadi sangat lemah dan cengeng seperti ini?

Perfect Badly (gxg) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang